
Sriwijaya Akui Citranya Negatif Setelah 'Cerai' dengan Garuda
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
20 January 2020 13:59

Tangerang, CNBC Indonesia - Manajemen baru Sriwijaya Air blak-blakan mengenai kondisi terkini perseroan, setelah memutuskan hubungan kerja sama manajemen (KSM) dengan Garuda Indonesia Group.
Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena, mengaku pada masa-masa awal 'perceraian', ada kendala berat pada aspek produksi. Dia menyebut, peralatan produksi banyak berkurang jauh setelah tak lagi KSM dengan Garuda Indonesia Group.
"Awal November banyak sekali kendala, dari sisi alat produksi memang mengalami penurunan drastis," ungkapnya dalam acara media gathering di Sriwijaya Air Tower, Tangerang, Senin (20/1/20).
Kendati begitu, dia optimistis masih bisa mengembalikan kepercayaan pelanggan. Karena itu sejumlah langkah diambil untuk menyelesaikan satu per satu pekerjaan rumah (PR) perusahaan.
"Kita berhasil mengembalikan jumlah alat produksi yang tadinya 9 pesawat, sekarang Sriwijaya 14 pesawat dan NAM Air 11 pesawat," bebernya.
Dalam waktu dekat, pihaknya juga bakal mengoperasikan kembali 3 pesawat tambahan yang saat ini masih dalam proses maintenance.
"Akhir Januari mudah-mudahan ada penambahan 3 lagi. Secara bertahap kita coba mengembalikan kepercayaan masyarakat," kata Jefferson.
Selain dari aspek produksi, dia mengaku bahwa citra perusahaan juga sempat merosot.
"Sampai hari ini masih ada beberapa image yang cukup negatif dari Sriwijaya akibat pemutusan sepihak oleh GMF. Kita sedang perbaiki dan citra kita lebih baik," lanjutnya.
Untungnya, dia bilang, segenap karyawan juga punya optimisme serupa. Hal ini membuat manajemen kian leluasa untuk melakukan aksinya.
"Dari sisi karyawan sendiri semuanya berjalan cukup baik, kondusif, karyawan mendukung independensi Sriwijaya air, kita kelola sendiri, ini adalah modal utama manajemen, karena kalau tidak ada dukungan penuh karyawan akan sangat sulit," urainya.
Operasi (KSO) yang dilakukan Citilink dan Sriwijaya Group. Adapun KSO tersebut ditandatangani pada 9 November 2018. Namun, akhir Oktober 2019, kedua pihak mengakhiri kerja sama.
Cari Tempat Perawatan Pesawat Lain
Setelah 'cerai' dengan Garuda Indonesia Group, maintenance armada Sriwijaya Air tak lagi didukung penuh oleh PT GMF Aeroasia. Kini, Sriwijaya Air Group sudah menjajaki kerja sama dengan beberapa bengkel pesawat lain.
Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena menyebut, perusahaan Maintenance Repair & Overhaul (MRO) pilihan Sriwijaya Air ada di dalam dan luar negeri.
"Kami membuka kerja sama dengan MRO lain. Kita coba beberapa partner supaya kita bisa lebih baik lagi," kata Jefferson.
Di dalam negeri, pihaknya mengandalkan perusahaan MRO seperti PT Merpati Maintance Facility (MMF) di Surabaya, PT FL Technics di Cengkareng, PT Mulya Sejahtera Technology. Selain itu ada pula yang dari luar negeri.
"Itu tadi yang lokal. Ada juga regional seperti Asia Aerotechnic di Malaysia. AirAsia di Taiwan dan ST Aerospace di Singapura," kata
Perusahaan-perusahaan tersebut kini yang menangani perawatan pesawat Sriwijaya Air dan NAM Air. Dia menambahkan, kemungkinan untuk menjalin hubungan baru dengan GMF masih terbuka meski masa KSM dengan Garuda Indonesia Group telah berakhir.
"Kalau hubungan kan memang kami ini menyadari kita tidak bisa hidup sendiri, dalam bisnis apapun tidak bisa hidup sendiri. Ke depannya kita akan lihat bagaimana, kalau memang masih terbuka pintu kerja sama ya kita akan kerja sama secara bisnis," urainya.
Sementara, Direktur Teknik Sriwijaya Air Dwi Iswantoro menambahkan bahwa saat ini sebagian perawatan pesawat memang masih ada yang dilakukan di GMF. Namun, perawatan ini lebih fokus pada kontrak yang sudah berlangsung sebelumnya.
"Jadi sebenarnya saat ini yang kami konsen, pesawat-pesawat yang sedang maintenance kemudian terhenti, kami lanjutkan lagi dengan GMF. Akanya tadi konsennya sekarang melanjutkan alat produksi segera aktif kembali," imbuhnya.
Mengenai efisiensi perawatan di GMF dengan MRO lain, dia tak mau menyebutkan angka perbandingan. Yang jelas, dia membocorkan bahwa tiap MRO punya perbedaan tawaran.
"Masing-masing MRO punya proposal beda-beda. Kami sebenarnya sudah ada datanya, tapi kembali lagi kami lagi review ulang dengan finance," tandasnya.
(hoi/hoi) Next Article Ini Penjelasan Lengkap Sriwijaya Soal Rencana Setop Operasi
Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena, mengaku pada masa-masa awal 'perceraian', ada kendala berat pada aspek produksi. Dia menyebut, peralatan produksi banyak berkurang jauh setelah tak lagi KSM dengan Garuda Indonesia Group.
"Awal November banyak sekali kendala, dari sisi alat produksi memang mengalami penurunan drastis," ungkapnya dalam acara media gathering di Sriwijaya Air Tower, Tangerang, Senin (20/1/20).
"Kita berhasil mengembalikan jumlah alat produksi yang tadinya 9 pesawat, sekarang Sriwijaya 14 pesawat dan NAM Air 11 pesawat," bebernya.
Dalam waktu dekat, pihaknya juga bakal mengoperasikan kembali 3 pesawat tambahan yang saat ini masih dalam proses maintenance.
"Akhir Januari mudah-mudahan ada penambahan 3 lagi. Secara bertahap kita coba mengembalikan kepercayaan masyarakat," kata Jefferson.
Selain dari aspek produksi, dia mengaku bahwa citra perusahaan juga sempat merosot.
"Sampai hari ini masih ada beberapa image yang cukup negatif dari Sriwijaya akibat pemutusan sepihak oleh GMF. Kita sedang perbaiki dan citra kita lebih baik," lanjutnya.
Untungnya, dia bilang, segenap karyawan juga punya optimisme serupa. Hal ini membuat manajemen kian leluasa untuk melakukan aksinya.
"Dari sisi karyawan sendiri semuanya berjalan cukup baik, kondusif, karyawan mendukung independensi Sriwijaya air, kita kelola sendiri, ini adalah modal utama manajemen, karena kalau tidak ada dukungan penuh karyawan akan sangat sulit," urainya.
Operasi (KSO) yang dilakukan Citilink dan Sriwijaya Group. Adapun KSO tersebut ditandatangani pada 9 November 2018. Namun, akhir Oktober 2019, kedua pihak mengakhiri kerja sama.
Cari Tempat Perawatan Pesawat Lain
Setelah 'cerai' dengan Garuda Indonesia Group, maintenance armada Sriwijaya Air tak lagi didukung penuh oleh PT GMF Aeroasia. Kini, Sriwijaya Air Group sudah menjajaki kerja sama dengan beberapa bengkel pesawat lain.
Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena menyebut, perusahaan Maintenance Repair & Overhaul (MRO) pilihan Sriwijaya Air ada di dalam dan luar negeri.
"Kami membuka kerja sama dengan MRO lain. Kita coba beberapa partner supaya kita bisa lebih baik lagi," kata Jefferson.
Di dalam negeri, pihaknya mengandalkan perusahaan MRO seperti PT Merpati Maintance Facility (MMF) di Surabaya, PT FL Technics di Cengkareng, PT Mulya Sejahtera Technology. Selain itu ada pula yang dari luar negeri.
"Itu tadi yang lokal. Ada juga regional seperti Asia Aerotechnic di Malaysia. AirAsia di Taiwan dan ST Aerospace di Singapura," kata
Perusahaan-perusahaan tersebut kini yang menangani perawatan pesawat Sriwijaya Air dan NAM Air. Dia menambahkan, kemungkinan untuk menjalin hubungan baru dengan GMF masih terbuka meski masa KSM dengan Garuda Indonesia Group telah berakhir.
"Kalau hubungan kan memang kami ini menyadari kita tidak bisa hidup sendiri, dalam bisnis apapun tidak bisa hidup sendiri. Ke depannya kita akan lihat bagaimana, kalau memang masih terbuka pintu kerja sama ya kita akan kerja sama secara bisnis," urainya.
Sementara, Direktur Teknik Sriwijaya Air Dwi Iswantoro menambahkan bahwa saat ini sebagian perawatan pesawat memang masih ada yang dilakukan di GMF. Namun, perawatan ini lebih fokus pada kontrak yang sudah berlangsung sebelumnya.
"Jadi sebenarnya saat ini yang kami konsen, pesawat-pesawat yang sedang maintenance kemudian terhenti, kami lanjutkan lagi dengan GMF. Akanya tadi konsennya sekarang melanjutkan alat produksi segera aktif kembali," imbuhnya.
Mengenai efisiensi perawatan di GMF dengan MRO lain, dia tak mau menyebutkan angka perbandingan. Yang jelas, dia membocorkan bahwa tiap MRO punya perbedaan tawaran.
"Masing-masing MRO punya proposal beda-beda. Kami sebenarnya sudah ada datanya, tapi kembali lagi kami lagi review ulang dengan finance," tandasnya.
(hoi/hoi) Next Article Ini Penjelasan Lengkap Sriwijaya Soal Rencana Setop Operasi
Most Popular