Merinding! Selain Ikan, RI Juga Kecanduan Impor Garam
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
13 January 2020 09:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masih bergantung dengan garam impor yang setiap tahun nilai dan volumenya terus bertambah. Impor garam dipakai sebagian besar untuk kebutuhan industri, seperti yang terjadi pada impor ikan beku yang juga untuk kebutuhan industri di dalam negeri.
Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), impor garam dalam kurun waktu lima tahun terakhir naik signifikan. Total volume impor garam pada 2014 misalnya, 'hanya' 2,268 juta ton lalu pada 2018 mencapai 2,839 juta ton.
Nilai impornya justru tak mengalami kenaikan, karena faktor perkembangan harga. Pada 2014 nilai impor garam mencapai US$ 104,346 juta, lalu pada 2018 sebesar US$ 90,615 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun.
Yang menarik negara pemasok garam impor untuk Indonesia justru Singapura, meski tak besar pada 2018 dia memasok 239 ton, lalu ada China yang memasok garam impor 899 ton.
Pemasok utama garam impor untuk Indonesia adalah Australia dengan volume 2,603 juta ton setara US$ 82,389 juta, lalu disusul oleh India yang memasok 227.925 ton dengan nilai US$ 5,597 juta.
Pada 2019, pemerintah sudah memberikan izin impor garam sebanyak 2,75 juta ton, realisasinya belum dirilis oleh pelaku usaha. Namun, hingga Agustus 2019 lalu, Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) mencatat sebanyak 1,54 juta ton garam impor yang sudah masuk ke Indonesia.
Garam impor yang sudah masuk ke dalam negeri tersebut telah dialokasikan ke beberapa sektor industri. Di antaranya termasuk aneka pangan, industri chlor alkali plant (CAP), industri kertas serta industri kimia.
Persoalan impor garam ini ternyata bukan hanya soal kemampuan dan kualitas produksi di dalam negeri yang masih terbatas. Namun, saat bersamaan dibarengi dengan isu 'mafia' atau kartel garam impor. Saat Susi Pudjiastuti masih menjadi menteri kelautan dan perikanan, ia tak menutup fakta bahwa ada kartel yang bermain dalam impor garam.
"Bisa jadi. Dulu terjadi kebocoran garam impor yang dilakukan oleh industri importir garam, mereka impor lebih dari kapasitas produksi mereka. Akhirnya mereka menjadi trader, separuh lebih bocor ke pasar konsumsi. Sekarang dengan pengaturan ini mereka tidak suka. Dari dulu impor garam industri rata-rata per tahun 2 juta ton namun bocor ke pasar garam konsumsi. Garam ini masuk pada saat petambak panen dan harga petambak jadi jatuh..." kata Susi saat ditanya dugaan ada kartel garam yang bermain.
(hoi/hoi) Next Article Ini Alasan RI Belum Juga Bebas dari Cengkeraman Garam Impor!
Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), impor garam dalam kurun waktu lima tahun terakhir naik signifikan. Total volume impor garam pada 2014 misalnya, 'hanya' 2,268 juta ton lalu pada 2018 mencapai 2,839 juta ton.
Nilai impornya justru tak mengalami kenaikan, karena faktor perkembangan harga. Pada 2014 nilai impor garam mencapai US$ 104,346 juta, lalu pada 2018 sebesar US$ 90,615 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun.
Pilihan Redaksi |
Pemasok utama garam impor untuk Indonesia adalah Australia dengan volume 2,603 juta ton setara US$ 82,389 juta, lalu disusul oleh India yang memasok 227.925 ton dengan nilai US$ 5,597 juta.
Pada 2019, pemerintah sudah memberikan izin impor garam sebanyak 2,75 juta ton, realisasinya belum dirilis oleh pelaku usaha. Namun, hingga Agustus 2019 lalu, Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) mencatat sebanyak 1,54 juta ton garam impor yang sudah masuk ke Indonesia.
Garam impor yang sudah masuk ke dalam negeri tersebut telah dialokasikan ke beberapa sektor industri. Di antaranya termasuk aneka pangan, industri chlor alkali plant (CAP), industri kertas serta industri kimia.
Persoalan impor garam ini ternyata bukan hanya soal kemampuan dan kualitas produksi di dalam negeri yang masih terbatas. Namun, saat bersamaan dibarengi dengan isu 'mafia' atau kartel garam impor. Saat Susi Pudjiastuti masih menjadi menteri kelautan dan perikanan, ia tak menutup fakta bahwa ada kartel yang bermain dalam impor garam.
"Bisa jadi. Dulu terjadi kebocoran garam impor yang dilakukan oleh industri importir garam, mereka impor lebih dari kapasitas produksi mereka. Akhirnya mereka menjadi trader, separuh lebih bocor ke pasar konsumsi. Sekarang dengan pengaturan ini mereka tidak suka. Dari dulu impor garam industri rata-rata per tahun 2 juta ton namun bocor ke pasar garam konsumsi. Garam ini masuk pada saat petambak panen dan harga petambak jadi jatuh..." kata Susi saat ditanya dugaan ada kartel garam yang bermain.
(hoi/hoi) Next Article Ini Alasan RI Belum Juga Bebas dari Cengkeraman Garam Impor!
Most Popular