
DMO Naik & Produksi Dibatasi, Ini Kata Pengusaha Batu Bara!
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
10 January 2020 19:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia memperkirakan domestic market obligation (DMO) batu bara tahun 2020 sebesar 25% seperti ketetapan pemerintah tidak akan tercapai.
Keterbatasan pasar dan spesifikasi yang sulit dipenuhi disebut-sebut menjadi penyebabnya. Seperti diketahui pemerintah tahun ini memproyeksikan produksi batu bara 550 juta ton. Artinya ada sekitar 137 juta ton yang harus masuk ke pasar domestik. "Kelihatannya lebih rendah," ungkapnya, Jumat, (10/01/2020).
Kontraktor batu bara yang tidak bisa memenuhi DMO tahun 2020 akan mendapat sanksi berupa denda. Melihat kembali ke belakang tahun 2018 sejak DMO dengan harga khusus diterapkan, jika DMO tidak terpenuhi, produksi akan dibatasai maksimal 4 kali dari DMO. Menurut Hendra tahun 2019 produksi dari izin usaha pertambangan (IUP) pengawasan daerah dipotong lebih dari 50%, dengan total sekitar 90 juta ton.
Namun pada realisasinya justru berbalik, produksi yang melebihi dari target justru banyak disumbang dari IUP di bawah pengawasan daerah. Sebagai informasi target produksi 2019 sebesar 489 juta ton, sempat terjadi perubahan target pada pertengahan tahun menjadi 530 juta ton, sementara realisasinya meroket jadi 610 juta ton.
"Berarti implementasi sanksi diterapkan 2018 tidak berjalan efektif di 2019, karena mekanisme perizinan tambang minerba diserahkan ke daerah," imbuhnya.
DMO batu bara menurutnya sulit terpenuhi kerena keterbatasan pasar. PLN yang memasok batu bara dalam negeri, 80% nya sudah kontrak dengan suplier. Sisanya 20% ini yang menjadi rebutan kontraktor batu bara. Kewajiban 25% ini Hendra sebut berat, apalagi jika ternyata tidak masuk dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam negeri. "Nggak masuk mereka, ini 25% ini jadi tantangan," imbuhnya.
Lebih lanjut dirinya menerangkan, target 550 juta ton tahun ini dirasa cukup meskipun pasar masih over supply. Tantangan pemerintah tahun ini adalah memastikan terget produksi bisa terjamin, karena berkaca pada tahun 2019 realisasi jauh di atas target. Hendra memproyeksikan tahun ini sekitar bulan februari harga akan rebound menjadi US$ 70 per ton.
"Global demand memang ada peningkatan tapi slow, jadi tidak terlalu signifikan. Kita harap harga rata-rata, demand di 2020 membaik. Demand China mempetahanan kuota produksi dan peningkatan demand Asia Tengara kelihatan di 2020 ke depan. Dalam negeri ini yang jadi tantangan DMO dipenuhi," jelasnya.
(gus) Next Article Mangkir DMO Bisa Kena Sanksi, Ini Kata Pengusaha Batu Bara
Keterbatasan pasar dan spesifikasi yang sulit dipenuhi disebut-sebut menjadi penyebabnya. Seperti diketahui pemerintah tahun ini memproyeksikan produksi batu bara 550 juta ton. Artinya ada sekitar 137 juta ton yang harus masuk ke pasar domestik. "Kelihatannya lebih rendah," ungkapnya, Jumat, (10/01/2020).
Kontraktor batu bara yang tidak bisa memenuhi DMO tahun 2020 akan mendapat sanksi berupa denda. Melihat kembali ke belakang tahun 2018 sejak DMO dengan harga khusus diterapkan, jika DMO tidak terpenuhi, produksi akan dibatasai maksimal 4 kali dari DMO. Menurut Hendra tahun 2019 produksi dari izin usaha pertambangan (IUP) pengawasan daerah dipotong lebih dari 50%, dengan total sekitar 90 juta ton.
"Berarti implementasi sanksi diterapkan 2018 tidak berjalan efektif di 2019, karena mekanisme perizinan tambang minerba diserahkan ke daerah," imbuhnya.
DMO batu bara menurutnya sulit terpenuhi kerena keterbatasan pasar. PLN yang memasok batu bara dalam negeri, 80% nya sudah kontrak dengan suplier. Sisanya 20% ini yang menjadi rebutan kontraktor batu bara. Kewajiban 25% ini Hendra sebut berat, apalagi jika ternyata tidak masuk dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam negeri. "Nggak masuk mereka, ini 25% ini jadi tantangan," imbuhnya.
Lebih lanjut dirinya menerangkan, target 550 juta ton tahun ini dirasa cukup meskipun pasar masih over supply. Tantangan pemerintah tahun ini adalah memastikan terget produksi bisa terjamin, karena berkaca pada tahun 2019 realisasi jauh di atas target. Hendra memproyeksikan tahun ini sekitar bulan februari harga akan rebound menjadi US$ 70 per ton.
"Global demand memang ada peningkatan tapi slow, jadi tidak terlalu signifikan. Kita harap harga rata-rata, demand di 2020 membaik. Demand China mempetahanan kuota produksi dan peningkatan demand Asia Tengara kelihatan di 2020 ke depan. Dalam negeri ini yang jadi tantangan DMO dipenuhi," jelasnya.
(gus) Next Article Mangkir DMO Bisa Kena Sanksi, Ini Kata Pengusaha Batu Bara
Most Popular