
Natuna Memanas, Tapi Kekuatan Militer RI Cuma 1/10 China
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
07 January 2020 18:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengamat militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie menilai kekuatan militer Indonesia harus terus ditingkatkan. Apalagi, kekuatan militer Indonesia jauh tertinggal dibanding negara lain, seperti China.
Penilaian itu disampaikan Connie merespons dinamika terkini di perairan Natuna. Mengutip Anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon, kekuatan militer Indonesia hanya 1/10 dibanding Negeri Tirai Bambu.
"Kalau terjadi perang, kita harus realistis," ujarnya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (7/1/2020).
Oleh karena itu, menurut Connie, Indonesia harus mempunyai road map atau peta jalan yang tegas terkait hal ini.
"Roadmap-nya ke mana? Amerika yang paling kuat punya aliansi NATO. China dekat Rusia, ada apa-apa mendukung. Sekarang sudah waktunya diplomasi kita ditingkatkan. Kebijakan luar negeri tak bisa terlepas dari pertahanan," ujarnya.
Indonesia hanya satu dari beberapa negara lain di Asia yang berselisih dengan China sebagai pemilik hak lautan dan pulau di Laut China Selatan. Negara-negara yang lain seperti Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, dan tentunya Taiwan.
Hitung-hitung kekuatan dan anggaran pertahanan, istilah halus untuk pendanaan dan pengembangan militer, memang perlu dilakukan. Apalagi anggaran pertahanan Indonesia pun kalah dibandingkan China.
Anggaran pertahanan Indonesia pada 2020 ditetapkan Rp 127,4 triliun. Sejak 2009 alokasi dana itu memiliki pertumbuhan majemuk tahunan 12,85% CAGR. Pertumbuhan majemuk itu lebih besar dibandingkan dengan anggaran China sejak 2014 yang hanya 7,13%.
Namun, dari sisi nilai, tentu jangan bandingkan anggaran kedua negara. Sebab, anggaran China 21 kali lipat lebih besar dibanding Indonesia (setara US$ 9,14 miliar). Anggaran China pun signifikan, yaitu mencapai US$ 198 miliar untuk 2020, dengan asumsi pertumbuhan yang sama pada 2018-2019 yang sebesar 1,49% dari US$ 175 miliar menjadi US$ 177,61 miliar.
(miq/miq) Next Article Tegas! Kapal Perang RI Usir Coast Guard China di Laut Natuna
Penilaian itu disampaikan Connie merespons dinamika terkini di perairan Natuna. Mengutip Anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon, kekuatan militer Indonesia hanya 1/10 dibanding Negeri Tirai Bambu.
"Kalau terjadi perang, kita harus realistis," ujarnya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (7/1/2020).
"Roadmap-nya ke mana? Amerika yang paling kuat punya aliansi NATO. China dekat Rusia, ada apa-apa mendukung. Sekarang sudah waktunya diplomasi kita ditingkatkan. Kebijakan luar negeri tak bisa terlepas dari pertahanan," ujarnya.
Indonesia hanya satu dari beberapa negara lain di Asia yang berselisih dengan China sebagai pemilik hak lautan dan pulau di Laut China Selatan. Negara-negara yang lain seperti Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, dan tentunya Taiwan.
Hitung-hitung kekuatan dan anggaran pertahanan, istilah halus untuk pendanaan dan pengembangan militer, memang perlu dilakukan. Apalagi anggaran pertahanan Indonesia pun kalah dibandingkan China.
Anggaran pertahanan Indonesia pada 2020 ditetapkan Rp 127,4 triliun. Sejak 2009 alokasi dana itu memiliki pertumbuhan majemuk tahunan 12,85% CAGR. Pertumbuhan majemuk itu lebih besar dibandingkan dengan anggaran China sejak 2014 yang hanya 7,13%.
Namun, dari sisi nilai, tentu jangan bandingkan anggaran kedua negara. Sebab, anggaran China 21 kali lipat lebih besar dibanding Indonesia (setara US$ 9,14 miliar). Anggaran China pun signifikan, yaitu mencapai US$ 198 miliar untuk 2020, dengan asumsi pertumbuhan yang sama pada 2018-2019 yang sebesar 1,49% dari US$ 175 miliar menjadi US$ 177,61 miliar.
(miq/miq) Next Article Tegas! Kapal Perang RI Usir Coast Guard China di Laut Natuna
Most Popular