
APBN 2019 Jadi Instrumen Countercyclical, Apa Tuh?
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
07 January 2020 16:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian Indonesia di tahun 2019 berhasil tumbuh positif di tengah perlambatan ekonomi global yang dipengaruhi oleh dinamika perang dagang dan geopolitik, penurunan harga komoditi, serta perlambatan ekonomi di banyak negara.
Perekonomian tahun 2019 diperkirakan tetap dapat tumbuh di atas 5% karena terjaganya permintaan domestik, konsumsi pemerintah, serta investasi. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, APBN tahun 2019 didorong ekspansif dan countercyclical untuk menjalankan peran strategis dalam menjaga stabilitas makroekonomi, mempertahankan momentum pertumbuhan perekonomian domestik, dan mendorong laju kegiatan dunia usaha.
"Indonesia, dengan tekanan dan global economic environment yang tidak kondusif di tahun 2019 tadi, kita tetap mampu menjaga pertumbuhan kita di atas 5%. Kalau kita lihat dari komponen memang karena domestik, di mana kita terutama untuk konsumsi, tetap bisa bertahan 3 kuartal berturut-turut tumbuh di atas 5%. Inflasi yang rendah menyebabkan daya beli masyarakat tetap terjaga. Kalau kita lihat konsumsi pemerintah juga memberikan support untuk penurunan ekonomi ini," ujarnya di Kemenkeu, Selasa (7/1/2020).
Dengan terjaganya stabilitas ekonomi makro nasional serta efektivitas pelaksanaan program pembangunan Pemerintah, pada akhirnya menghasilkan perbaikan pada berbagai indikator kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran per Agustus 2019 turun menjadi sebesar 5,28% dari posisi yang sama tahun 2018 sebesar 5,34%. Sementara itu, tingkat kemiskinan Indonesia per Maret 2019 turun menjadi 9,41% dari sebelumnya 9,82% pada Maret 2018 dan rasio gini membaik dari 0,389 pada Maret 2018 menjadi 0,382 pada Maret 2019.
"Kita lihat perekonomian global yang menunjukkan kelemahan yang sangat nyata ini, maka tahun 2020 ada sedikit optimisme yaitu adanya recovery. Diharapkan 2019 adalah bottom dari pelemahan yang sifatnya across the globe ini, seluruh negara, mengalami pelemahan yang sama arahnya yaitu melemah. Kita berharap tahun 2020 akan ada sedikit pemulihan atau recovery," kata dia.
Realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.957,2 triliun. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2018, realisasi pendapatan negara tahun 2019 tersebut tumbuh 0,7%. Pendapatan negara tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.545,3 triliun, PNBP sebesar Rp 405 triliun dan hibah sebesar Rp 6,8 triliun.
Capaian penerimaan perpajakan tersebut tumbuh 1,7% dari realisasi di tahun 2018 sebagai dampak perlambatan ekonomi global pada kegiatan perekonomian nasional.
Selanjutnya, realisasi belanja negara mencapai Rp 2.310,2 triliun tumbuh 4,4% dari realisasinya di tahun 2018. Belanja ini terdiri dari belanja Pemerintah Pusat mencapai Rp 1.498,9 triliun atau tumbuh 3%. Realisasi belanja pemerintah pusat tersebut meliputi Belanja K/L sebesar Rp 876,4 triliun.
Realisasi belanja Non K/L sebesar Rp 622,6 triliun terdiri dari pembayaran bunga utang Rp 275,5 triliun dan subsidi sebesar Rp 201,8 triliun.
Realisasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mencapai Rp 811,3 triliun, lebih tinggi 7,1% dari realisasi di tahun 2018.
Sedangkan, realisasi defisit APBN sampai dengan akhir tahun 2019 mencapai 2,2% dari PDB, dibandingkan rencana awalnya 1,84% dari PDB dalam APBN tahun 2019. Defisit ini mencapai sebesar Rp 353 triliun, yang sedikit lebih lebar dari rencana awal di APBN tahun 2019.
Kebijakan pelebaran defisit APBN tahun 2020 tersebut dilakukan secara terukur sebagai bentuk countercyclical dengan mempertahankan stimulus belanja pemerintah pusat serta transfer ke daerah dan dana desa yang tetap tinggi dan efektif, walaupun dihadapkan pada perlambatan penerimaan perpajakan di dalam negeri oleh imbas ekonomi global ke dalam negeri.
Dengan posisi realisasi defisit dan pembiayaan anggaran tahun 2019 tersebut, diperkirakan terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp 46,4 triliun, yang setelah diaudit BPK. Melalui pengelolaan realisasi APBN tahun 2019 tersebut, Pemerintah dapat menjaga pelaksanaan APBN tahun 2019 tetap sehat dan kredibel untuk mendukung stabilitas ekonomi nasional.
(dru) Next Article Duh! Jauh dari Target, Penerimaan Pajak 2019 Kurang Rp 245 T
Perekonomian tahun 2019 diperkirakan tetap dapat tumbuh di atas 5% karena terjaganya permintaan domestik, konsumsi pemerintah, serta investasi. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, APBN tahun 2019 didorong ekspansif dan countercyclical untuk menjalankan peran strategis dalam menjaga stabilitas makroekonomi, mempertahankan momentum pertumbuhan perekonomian domestik, dan mendorong laju kegiatan dunia usaha.
"Indonesia, dengan tekanan dan global economic environment yang tidak kondusif di tahun 2019 tadi, kita tetap mampu menjaga pertumbuhan kita di atas 5%. Kalau kita lihat dari komponen memang karena domestik, di mana kita terutama untuk konsumsi, tetap bisa bertahan 3 kuartal berturut-turut tumbuh di atas 5%. Inflasi yang rendah menyebabkan daya beli masyarakat tetap terjaga. Kalau kita lihat konsumsi pemerintah juga memberikan support untuk penurunan ekonomi ini," ujarnya di Kemenkeu, Selasa (7/1/2020).
![]() |
Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran per Agustus 2019 turun menjadi sebesar 5,28% dari posisi yang sama tahun 2018 sebesar 5,34%. Sementara itu, tingkat kemiskinan Indonesia per Maret 2019 turun menjadi 9,41% dari sebelumnya 9,82% pada Maret 2018 dan rasio gini membaik dari 0,389 pada Maret 2018 menjadi 0,382 pada Maret 2019.
"Kita lihat perekonomian global yang menunjukkan kelemahan yang sangat nyata ini, maka tahun 2020 ada sedikit optimisme yaitu adanya recovery. Diharapkan 2019 adalah bottom dari pelemahan yang sifatnya across the globe ini, seluruh negara, mengalami pelemahan yang sama arahnya yaitu melemah. Kita berharap tahun 2020 akan ada sedikit pemulihan atau recovery," kata dia.
Realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.957,2 triliun. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2018, realisasi pendapatan negara tahun 2019 tersebut tumbuh 0,7%. Pendapatan negara tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.545,3 triliun, PNBP sebesar Rp 405 triliun dan hibah sebesar Rp 6,8 triliun.
Capaian penerimaan perpajakan tersebut tumbuh 1,7% dari realisasi di tahun 2018 sebagai dampak perlambatan ekonomi global pada kegiatan perekonomian nasional.
Selanjutnya, realisasi belanja negara mencapai Rp 2.310,2 triliun tumbuh 4,4% dari realisasinya di tahun 2018. Belanja ini terdiri dari belanja Pemerintah Pusat mencapai Rp 1.498,9 triliun atau tumbuh 3%. Realisasi belanja pemerintah pusat tersebut meliputi Belanja K/L sebesar Rp 876,4 triliun.
Realisasi belanja Non K/L sebesar Rp 622,6 triliun terdiri dari pembayaran bunga utang Rp 275,5 triliun dan subsidi sebesar Rp 201,8 triliun.
Realisasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mencapai Rp 811,3 triliun, lebih tinggi 7,1% dari realisasi di tahun 2018.
Sedangkan, realisasi defisit APBN sampai dengan akhir tahun 2019 mencapai 2,2% dari PDB, dibandingkan rencana awalnya 1,84% dari PDB dalam APBN tahun 2019. Defisit ini mencapai sebesar Rp 353 triliun, yang sedikit lebih lebar dari rencana awal di APBN tahun 2019.
Kebijakan pelebaran defisit APBN tahun 2020 tersebut dilakukan secara terukur sebagai bentuk countercyclical dengan mempertahankan stimulus belanja pemerintah pusat serta transfer ke daerah dan dana desa yang tetap tinggi dan efektif, walaupun dihadapkan pada perlambatan penerimaan perpajakan di dalam negeri oleh imbas ekonomi global ke dalam negeri.
Dengan posisi realisasi defisit dan pembiayaan anggaran tahun 2019 tersebut, diperkirakan terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp 46,4 triliun, yang setelah diaudit BPK. Melalui pengelolaan realisasi APBN tahun 2019 tersebut, Pemerintah dapat menjaga pelaksanaan APBN tahun 2019 tetap sehat dan kredibel untuk mendukung stabilitas ekonomi nasional.
(dru) Next Article Duh! Jauh dari Target, Penerimaan Pajak 2019 Kurang Rp 245 T
Most Popular