
Wahai Warganet, Maukah Kalian Nonton IndoXXI Tapi Bayar?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
28 December 2019 17:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Berita mengenai rencana penutupan situs web streaming dan situs torrent pengunduh film gratis terpopuler, IndoXXI ramai menjadi pembahasan akhir-akhir ini. Itu terjadi setelah IndoXXI membuat pengumuman bakal menutup layanan per 1 Januari 2020.
"Sangat berat hati harus dilakukan, terima kasih kepada seluruh penonton setia kami, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2020 kami akan menghentikan penayangan film di website ini demi mendukung dan memajukan industri kreatif tanah air, semoga ke depan akan menjadi lebih baik. Salam INDOXXI," tulis pengelola, seperti dikutip Jumat (27/12/2019).
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate juga telah mengatakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan fokus mengejar dan menutup situs web streaming film ilegal pada 2020. Tujuannya untuk memberantas pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
"Emang negara ini bisa maju kalau bajak-bajakan, sarjana pakai bajakan bisa gak?" kata Johnny, Senin. "Kalau bajak terus, negara kita masuk daftar negatif negara lain," lanjutnya.
Kabar penutupan IndoXXI ini pun sempat ramai diperbincangkan di jagat maya, mengingat banyaknya pelanggan situs ini. Namun begitu, tidak perlu bersedih. Sebab, di Indonesia ternyata ada banyak layanan streaming video legal tersedia, seperti VIU, iflix, Hooq hingga yang sangat populer di kancah internasional, Netflix.
Namun, berbagai situs streaming video atau layanan nonton online legal ini mematok harga langganan supaya pelanggan bisa mendapatkan film-film favorit untuk ditonton. Tetapi jangan khawatir, tidak sedikit situs streaming video dan film resmi tersebut menawarkan jasa berbayar yang murah kepada penggunanya, dan bahkan banyak 'gratisannya' juga.
Misalnya saja, Viu. Penyediaan streaming video asal Hong Kong ini menawarkan layanan berbayar yang paling terjangkau di antara penyedia streaming lain yaitu Rp 30.000/bulan untuk lima gawai sekaligus dalam waktu bersamaan.
Selain itu, ada juga Hooq, yang merupakan usaha patungan antara Sony Pictures, Warner Bros, dan Singtel yang berdomisili di Singapura. Hooq menawarkan paket per pekan hingga per bulan. Untuk biaya berlangganan Hooq adalah Rp 69.000/bulan dengan tambahan adanya promo gratis selama 30 hari. Murah, bukan?
Namun sayangnya, Hooq tidak menyediakan film-film layar lebar baru dengan cepat seperti IndoXXI. Bahkan, siaran sepakbola, anime, dan film dokumenter juga tidak ada dalam daftar.
Sementara itu, dalam layanan Viu tidak ada serial TV Hollywood, sepak bola, anime, dokumenter, dan film terbaru juga karena fokusnya memang di drama Asia, seperti drama asal Korea Selatan (Korsel), Jepang, Thailand, India, dan Hong Kong.
Netflix, dan Amazon Prime Video yang dimiliki oleh perusahaan multinasional Amazon, juga menawarkan pilihan film yang terbatas. Meski kedua layanan ini menyediakan film original produksi mereka sendiri, tetap saja mereka tidak menyediakan banyak film seperti situs bajakan IndoXXI. Terlebih lagi, biaya langganan per bulan untuk kedua layanan streaming ini terbilang sangat mahal.
Untuk Amazon Prime Video, biaya langganan dibanderol promo 6 bulan pertama US$ 2,99/bulan atau Rp 40.000/bulan untuk tiga gawai sekaligus dalam satu waktu bersamaan. Memasuki bulan ke-7, pelanggan akan dikenakan biaya US$ 5,99/bulan atau Rp 80.000/bulan.
Sementara untuk Netflix, paket langganan yang ditawarkan yaitu Rp 109.000/bulan untuk satu gawai (paket basic), Rp 139.000/bulan per dua gadget (paket standard), hingga Rp 169.000/bulan untuk digunakan empat piranti dalam satu waktu yang bersamaan (paket premium).
Berdasarkan semua fakta ini, kira-kira setujukah Anda jika layanan streaming IndoXXI membuat biaya berlanggan agar bisa membayar pajak dan tetap bisa memberikan film-film baru di bioskop dengan cepat untuk para penonton? Jika iya, kira-kira berapa biaya langganan yang menurut Anda cocok untuk diterapkan?
(dob/dob) Next Article Viral! Gangguan Jiwa Dicover BPJS Kesehatan Kok 'Mas Joker'
"Sangat berat hati harus dilakukan, terima kasih kepada seluruh penonton setia kami, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2020 kami akan menghentikan penayangan film di website ini demi mendukung dan memajukan industri kreatif tanah air, semoga ke depan akan menjadi lebih baik. Salam INDOXXI," tulis pengelola, seperti dikutip Jumat (27/12/2019).
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate juga telah mengatakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan fokus mengejar dan menutup situs web streaming film ilegal pada 2020. Tujuannya untuk memberantas pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Kabar penutupan IndoXXI ini pun sempat ramai diperbincangkan di jagat maya, mengingat banyaknya pelanggan situs ini. Namun begitu, tidak perlu bersedih. Sebab, di Indonesia ternyata ada banyak layanan streaming video legal tersedia, seperti VIU, iflix, Hooq hingga yang sangat populer di kancah internasional, Netflix.
Namun, berbagai situs streaming video atau layanan nonton online legal ini mematok harga langganan supaya pelanggan bisa mendapatkan film-film favorit untuk ditonton. Tetapi jangan khawatir, tidak sedikit situs streaming video dan film resmi tersebut menawarkan jasa berbayar yang murah kepada penggunanya, dan bahkan banyak 'gratisannya' juga.
Misalnya saja, Viu. Penyediaan streaming video asal Hong Kong ini menawarkan layanan berbayar yang paling terjangkau di antara penyedia streaming lain yaitu Rp 30.000/bulan untuk lima gawai sekaligus dalam waktu bersamaan.
Selain itu, ada juga Hooq, yang merupakan usaha patungan antara Sony Pictures, Warner Bros, dan Singtel yang berdomisili di Singapura. Hooq menawarkan paket per pekan hingga per bulan. Untuk biaya berlangganan Hooq adalah Rp 69.000/bulan dengan tambahan adanya promo gratis selama 30 hari. Murah, bukan?
Namun sayangnya, Hooq tidak menyediakan film-film layar lebar baru dengan cepat seperti IndoXXI. Bahkan, siaran sepakbola, anime, dan film dokumenter juga tidak ada dalam daftar.
Sementara itu, dalam layanan Viu tidak ada serial TV Hollywood, sepak bola, anime, dokumenter, dan film terbaru juga karena fokusnya memang di drama Asia, seperti drama asal Korea Selatan (Korsel), Jepang, Thailand, India, dan Hong Kong.
Netflix, dan Amazon Prime Video yang dimiliki oleh perusahaan multinasional Amazon, juga menawarkan pilihan film yang terbatas. Meski kedua layanan ini menyediakan film original produksi mereka sendiri, tetap saja mereka tidak menyediakan banyak film seperti situs bajakan IndoXXI. Terlebih lagi, biaya langganan per bulan untuk kedua layanan streaming ini terbilang sangat mahal.
Untuk Amazon Prime Video, biaya langganan dibanderol promo 6 bulan pertama US$ 2,99/bulan atau Rp 40.000/bulan untuk tiga gawai sekaligus dalam satu waktu bersamaan. Memasuki bulan ke-7, pelanggan akan dikenakan biaya US$ 5,99/bulan atau Rp 80.000/bulan.
Sementara untuk Netflix, paket langganan yang ditawarkan yaitu Rp 109.000/bulan untuk satu gawai (paket basic), Rp 139.000/bulan per dua gadget (paket standard), hingga Rp 169.000/bulan untuk digunakan empat piranti dalam satu waktu yang bersamaan (paket premium).
Berdasarkan semua fakta ini, kira-kira setujukah Anda jika layanan streaming IndoXXI membuat biaya berlanggan agar bisa membayar pajak dan tetap bisa memberikan film-film baru di bioskop dengan cepat untuk para penonton? Jika iya, kira-kira berapa biaya langganan yang menurut Anda cocok untuk diterapkan?
(dob/dob) Next Article Viral! Gangguan Jiwa Dicover BPJS Kesehatan Kok 'Mas Joker'
Most Popular