Teror Flu Babi, Perdagangan Babi Tak Dilarang ke Luar Sumut

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
27 December 2019 16:35
Kementan tak bisa melakukan pelarangan soal aktivitas perdagangan babi.
Foto: Rumah potong hewan Babi di Kawasan Neglasari, Tangeran, Banten, Kamis 19/9. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Peternak babi di luar Sumatera Utara (Sumut) resah dengan wabah flu babi di Sumut. Mereka mendesak agar distribusi babi dari wilayah terdampak ke daerah lain diminta dihentikan untuk mencegah penyebaran virus.

Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan Fadjar Sumping, menekankan, tidak mungkin menutup penuh distribusi babi dari Sumatera Utara yang beberapa wilayahnya terjangkit demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).

Jika peternak bisa membuktikan penerapan biosecurity dan kompartemen secara benar, dia diberikan izin untuk mengeluarkan ternaknya ke daerah lain.

"Untuk menahan atau menutup wilayah sepenuhnya itu tidak bisa dilakukan, apabila ada bukti penerapan biosecurity yang benar," kata Fadjar kepada CNBC Indonesia, Jumat (27/12/2019).



Sebelumnya, ada kekhawatiran peternak di provinsi lain jika virus ASF akan masuk melalui perantara angkutan ternak. Jika distribusi daging babi ditutup total, maka dampaknya bukan saja ke nasional, tetapi juga ke mancanegara.

Selama ini, Sumatera Utara juga memasok daging untuk diekspor ke negeri jiran seperti Malaysia dan Singapura. Namun baru-baru ini, pemerintah Malaysia dilaporkan telah melarang impor daging babi dan turunannya dari Indonesia dan negara produsen babi lainnya sejak 13 Desember 2019 menyusul mewabahnya virus flu babi Afrika di Sumut.

"Ini sama juga kita berharap negara lain masih akan menerima babi dari Padang Bulan (Batam) dengan bukti biosecurity dan hasil uji lab meskipun ada kasus ASF di Sumatera Utara."

"Jadi prinsipnya wilayah yang ada kasus harus ditutup dan setelah itu bagi farm menerapkan biosecurity dan kompartemen yang benar maka diberikan izin untuk mengeluarkan ternaknya ke daerah lain,"

"Tentunya setelah dibuktikan dengan kajian dan sertifikasi serta penerapan mitigasi risiko yang benar sesuai standar," kata Fadjar.

Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali, I Ketut Hari Suyasa, mengatakan isolasi penuh distribusi perlu diterapkan untuk menyelamatkan jutaan babi di daerah lainnya yang belum terjangkit. Ia menduga penularannya bisa juga melalui perantara angkutan ternak meski babi yang diangkut dinyatakan bebas ASF.

Namun, Fadjar meyakini bahwa semua ternak yang keluar dari Sumatera Utara telah melewati persyaratan biosecurity, termasuk di antaranya melakukan disinfeksi alat angkut, keranjang, dan sebagainya.

"Juga ternak yang boleh keluar hanya dari kandang yang tidak tertular. Jadi truk tidak boleh masuk ke wilayah tertular," kata Fadjar.

[Gambas:Video CNBC]


(hoi/hoi) Next Article Teror Flu Babi, Amit-Amit RI Senasib Seperti China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular