
Teror Flu Babi di Sumut Bikin Peternak di Bali Was-Was
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
27 December 2019 15:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) tidak saja merugikan peternak di Sumatera Utara yang sebagian terpapar wabah. Namun, flu babi juga bisa berpotensi mengganggu pariwisata dan upacara adat dan keagamaan di Bali, yang merupakan salah satu sentra peternakan babi di Indonesia.
"Di Bali, babi tidak hanya sebagai produk ekonomi, tetapi juga sebagai produk budaya. Ada upacara-upacara agama Hindu yang mewajibkan memakai daging babi," kata Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (27/12/2019).
Wabah ASF melanda 16 dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara (Sumut), virus menular sesama babi hingga mematikan ribuan babi di Sumut. Virus ini tidak menular ke manusia
Namun, ada kekhawatiran penyebaran virus ini sampai menjangkiti ternak di daerah lain. Namun, Hari mengaku sampai saat ini Provinsi Bali masih aman dari wabah ASF.
"Bisa dibayangkan seandainya Babi tidak ada di Bali, ini akan menjadi malapetaka terhadap budaya Bali. Sementara tamu yang datang ke Bali melihat budaya kita, tanpa disaring akan berdampak ke pariwisata," kata Hari.
Pencegahan masuknya ASF ke Bali sudah dilakukan selama setahun terakhir sejak flu babi menyerang ternak di China, apalagi kunjungan wisatawan dari negeri Panda ini ke Bali cukup tinggi.
Hari mengatakan, makanan yang berasal dari penumpang pesawat dan kapal pesiar dimusnahkan sehingga tidak sampai ke daratan.
Sebagai langkah antisipasi penyebaran wabah yang lebih luas, Menteri Pertanian Syahrul mengklaim telah memerintahkan pemerintah daerah untuk mengisolasi daerah terjangkit. Ia mengatakan, untuk babi yang sudah positif terjangkit harus dimusnahkan.
"Katakanlah virus babi yang kita takutkan itu, kami sudah lakukan pengendalian secara maksimal dilakukan oleh para gubernur, para Bupati dan jajaran pengaman yang ada. Tentu saja pengamanan sesuai prosedur memang kita harus musnahkan di sana dan itu dalam proses," ujar Syahrul, Rabu (25/12/2019).
Penerapan biosecurity dilakukan mulai dari level wilayah sampai ke peternakan untuk mengawasi lalu lintas ternak babi agar tidak menular atau masuk antar kandang atau antar wilayah. Babi yang mati dikumpulkan lalu dikubur. Jumlah babi mati diduga karena wabah ini mencapai 27.070 ekor di 16 kabupaten per 11 Desember 2019.
(hoi/hoi) Next Article Virus Misterius Diduga Picu Kematian Seribuan Babi di Bali
"Di Bali, babi tidak hanya sebagai produk ekonomi, tetapi juga sebagai produk budaya. Ada upacara-upacara agama Hindu yang mewajibkan memakai daging babi," kata Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (27/12/2019).
Wabah ASF melanda 16 dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara (Sumut), virus menular sesama babi hingga mematikan ribuan babi di Sumut. Virus ini tidak menular ke manusia
"Bisa dibayangkan seandainya Babi tidak ada di Bali, ini akan menjadi malapetaka terhadap budaya Bali. Sementara tamu yang datang ke Bali melihat budaya kita, tanpa disaring akan berdampak ke pariwisata," kata Hari.
Pencegahan masuknya ASF ke Bali sudah dilakukan selama setahun terakhir sejak flu babi menyerang ternak di China, apalagi kunjungan wisatawan dari negeri Panda ini ke Bali cukup tinggi.
Hari mengatakan, makanan yang berasal dari penumpang pesawat dan kapal pesiar dimusnahkan sehingga tidak sampai ke daratan.
Sebagai langkah antisipasi penyebaran wabah yang lebih luas, Menteri Pertanian Syahrul mengklaim telah memerintahkan pemerintah daerah untuk mengisolasi daerah terjangkit. Ia mengatakan, untuk babi yang sudah positif terjangkit harus dimusnahkan.
"Katakanlah virus babi yang kita takutkan itu, kami sudah lakukan pengendalian secara maksimal dilakukan oleh para gubernur, para Bupati dan jajaran pengaman yang ada. Tentu saja pengamanan sesuai prosedur memang kita harus musnahkan di sana dan itu dalam proses," ujar Syahrul, Rabu (25/12/2019).
Penerapan biosecurity dilakukan mulai dari level wilayah sampai ke peternakan untuk mengawasi lalu lintas ternak babi agar tidak menular atau masuk antar kandang atau antar wilayah. Babi yang mati dikumpulkan lalu dikubur. Jumlah babi mati diduga karena wabah ini mencapai 27.070 ekor di 16 kabupaten per 11 Desember 2019.
(hoi/hoi) Next Article Virus Misterius Diduga Picu Kematian Seribuan Babi di Bali
Most Popular