Mafia Migas Biang Kerok RI Tak Bangun Kilang 34 Tahun?
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
17 December 2019 11:54

Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden Joko Widodo dalam beberapa bulan terakhir berkali-kali emosi soal keadaan migas Indonesia. Sudahlah impor terus membengkak, kilang juga tak dibangun dalam 34 tahun terakhir.
"Sebetulnya, habis pelantikan itu saya minta kilang segera dibangun, tapi sampai detik ini dari 5 yang akan kita kerjakan, satupun tak ada yang jalan," kata Jokowi, di Musrenbangnas RPJMN 2019 - 2024 di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, kemarin.
Menurut Jokowi, hal ini terjadi karena masih ada oknum yang senang jika Indonesia terus-terusan impor.
"Masih ada yang senang impor minyak, saya pelajari detail, gak benar ini. Avtur masih impor, padahal CPO bisa jadi avtur. Kok kita senang impor? Karena ada yang hobi impor, ekonomi kita mandeg gara-gara hal seperti ini."
Sebelumnya, Jokowi bahkan memaparkan kecurigaannya soal masih adanya mafia-mafia migas yang ada di belakang macetnya pembangunan kilang. "Minyak hobinya impor, karena apa? Karena untungnya gede"
Pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) yang digelar akhir November lalu, Jokowi juga mengatakan mengetahui orang yang 'doyan' impor minyak dan gas (migas). Ia tak segan-segan 'menggigit' mereka yang mencoba menghalangi Indonesia mengurangi impor migas. Selama ini impor migas jadi penyebab defisit neraca dagang dan CAD.
"Saya tahu yang impor siapa sekarang. Enggak akan selesai kalau masalah ini tidak kita selesaikan," tegas Jokowi.
Jokowi berjanji akan memberantas para penyuka impor migas. Jokowi menyinggung soal masih ramainya impor minyak dan LPG. "Ada yang senang impor tapi tidak mau diganggu impornya. Baik itu minyak maupun LPG. Ini yang akan saya ganggu," kata Jokowi.
Ia berjanji akan memberantas para penyuka impor migas. Jokowi menyinggung soal masih ramainya impor minyak dan LPG. "Ada yang senang impor tapi tidak mau diganggu impornya. Baik itu minyak maupun LPG. Ini yang akan saya ganggu," kata Jokowi.
Pembangunan kilang yang mangkrak hampir selama 30 tahun tengah jadi sorotan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Lobi-lobi politik para importir minyak disebut jadi salah satu hambatan terbesar.
Salah satunya diungkap oleh mantan komisaris Pertamina dan juga mantan Menteri Pendayagunaan BUMN, Tanri Abeng.
Tanri mengatakan, praktik mafia migas sebenarnya sudah tidak ada di tubuh PT Pertamina (Persero) sejak dibubarkannya Petral pada 2015 lalu. "Kita sudah matikan itu. Sejak itu trading minyak lebih transparan, lewat ISC Pertamina," kata Tanri saat berkunjung ke CNBC Indonesia, beberapa hari lalu.
Berkat matinya Petral, Pertamina bisa berhemat hingga US$ 800 juta setahun karena sudah tidak perlu lagi urus tetek bengek impor. Nah, mestinya dengan sudah tak urus soal tetek bengek ini Pertamina bisa fokus ke proyek-proyek hulu maupun hilir. Salah satunya adalah pembangunan kilang di sektor hilir.
Untuk bangun kilang, Pertamina akan susah jika bangun sendiri. "Harus cari strategic partner, meskipun Pertamina sendiri punya duit."
Tapi meski begitu, kenapa masih sulit bagi Pertamina membangun kilang.
"Kita membangun megaproyek, direksi kita mulai 2016 selama 3 tahun kita gonta ganti dirut. Nah setiap dirut diganti, kebijakan juga ganti ini juga bikin lama," jelasnya.
Selain soal posisi direksi yang dinamis dan berganti-ganti, ada lagi hal lain yang juga jadi kendala utama.
"Selalu ada dorongan atau pressure untuk impor," kata Tanri.
Sayang, Tanri tak mau mengungkap siapa yang mendorong impor tersebut. Namun ia mengatakan saat ini pintu Pertamina sudah tertutup, tapi para importir itu terus mencari cara untuk mempressure pemerintah.
Hal serupa juga diungkap oleh Wakil Presiden RI 2014-2019 Jusuf Kalla, menurutnya salah satu penyebabnya adalah karena ada lobi-lobi importir minyak.
"Ada lobi-lobi importir minyak, tujuannya agar kita impor terus," ujar Jusuf Kalla, saat dijumpai di kantor CNBC Indonesia, Rabu (11/12/2019).
Ia menuturkan, kilang terakhir yang dibangun Indonesia adalah kilang Balongan pada 1995. Sejak saat itu, memang susah sekali membangun kilang di negeri ini. Selain ulah importir minyak yang mengganggu, ada juga permasalahan lainnya yang membuat pembangunan kilang ini terhambat.
"Dana juga masalah, tapi yang paling penting itu ya tekadnya untuk selesaikan itu. Mafia-mafia impor itu memang susah," katanya.
(gus/gus) Next Article Jokowi Curiga: 30 Tahun RI Tak Bangun Kilang Minyak, Ada Apa?
"Sebetulnya, habis pelantikan itu saya minta kilang segera dibangun, tapi sampai detik ini dari 5 yang akan kita kerjakan, satupun tak ada yang jalan," kata Jokowi, di Musrenbangnas RPJMN 2019 - 2024 di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, kemarin.
Menurut Jokowi, hal ini terjadi karena masih ada oknum yang senang jika Indonesia terus-terusan impor.
"Masih ada yang senang impor minyak, saya pelajari detail, gak benar ini. Avtur masih impor, padahal CPO bisa jadi avtur. Kok kita senang impor? Karena ada yang hobi impor, ekonomi kita mandeg gara-gara hal seperti ini."
Sebelumnya, Jokowi bahkan memaparkan kecurigaannya soal masih adanya mafia-mafia migas yang ada di belakang macetnya pembangunan kilang. "Minyak hobinya impor, karena apa? Karena untungnya gede"
Pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) yang digelar akhir November lalu, Jokowi juga mengatakan mengetahui orang yang 'doyan' impor minyak dan gas (migas). Ia tak segan-segan 'menggigit' mereka yang mencoba menghalangi Indonesia mengurangi impor migas. Selama ini impor migas jadi penyebab defisit neraca dagang dan CAD.
"Saya tahu yang impor siapa sekarang. Enggak akan selesai kalau masalah ini tidak kita selesaikan," tegas Jokowi.
Jokowi berjanji akan memberantas para penyuka impor migas. Jokowi menyinggung soal masih ramainya impor minyak dan LPG. "Ada yang senang impor tapi tidak mau diganggu impornya. Baik itu minyak maupun LPG. Ini yang akan saya ganggu," kata Jokowi.
Ia berjanji akan memberantas para penyuka impor migas. Jokowi menyinggung soal masih ramainya impor minyak dan LPG. "Ada yang senang impor tapi tidak mau diganggu impornya. Baik itu minyak maupun LPG. Ini yang akan saya ganggu," kata Jokowi.
Salah satunya diungkap oleh mantan komisaris Pertamina dan juga mantan Menteri Pendayagunaan BUMN, Tanri Abeng.
Tanri mengatakan, praktik mafia migas sebenarnya sudah tidak ada di tubuh PT Pertamina (Persero) sejak dibubarkannya Petral pada 2015 lalu. "Kita sudah matikan itu. Sejak itu trading minyak lebih transparan, lewat ISC Pertamina," kata Tanri saat berkunjung ke CNBC Indonesia, beberapa hari lalu.
Berkat matinya Petral, Pertamina bisa berhemat hingga US$ 800 juta setahun karena sudah tidak perlu lagi urus tetek bengek impor. Nah, mestinya dengan sudah tak urus soal tetek bengek ini Pertamina bisa fokus ke proyek-proyek hulu maupun hilir. Salah satunya adalah pembangunan kilang di sektor hilir.
Untuk bangun kilang, Pertamina akan susah jika bangun sendiri. "Harus cari strategic partner, meskipun Pertamina sendiri punya duit."
Tapi meski begitu, kenapa masih sulit bagi Pertamina membangun kilang.
"Kita membangun megaproyek, direksi kita mulai 2016 selama 3 tahun kita gonta ganti dirut. Nah setiap dirut diganti, kebijakan juga ganti ini juga bikin lama," jelasnya.
Selain soal posisi direksi yang dinamis dan berganti-ganti, ada lagi hal lain yang juga jadi kendala utama.
"Selalu ada dorongan atau pressure untuk impor," kata Tanri.
Sayang, Tanri tak mau mengungkap siapa yang mendorong impor tersebut. Namun ia mengatakan saat ini pintu Pertamina sudah tertutup, tapi para importir itu terus mencari cara untuk mempressure pemerintah.
Hal serupa juga diungkap oleh Wakil Presiden RI 2014-2019 Jusuf Kalla, menurutnya salah satu penyebabnya adalah karena ada lobi-lobi importir minyak.
"Ada lobi-lobi importir minyak, tujuannya agar kita impor terus," ujar Jusuf Kalla, saat dijumpai di kantor CNBC Indonesia, Rabu (11/12/2019).
Ia menuturkan, kilang terakhir yang dibangun Indonesia adalah kilang Balongan pada 1995. Sejak saat itu, memang susah sekali membangun kilang di negeri ini. Selain ulah importir minyak yang mengganggu, ada juga permasalahan lainnya yang membuat pembangunan kilang ini terhambat.
"Dana juga masalah, tapi yang paling penting itu ya tekadnya untuk selesaikan itu. Mafia-mafia impor itu memang susah," katanya.
(gus/gus) Next Article Jokowi Curiga: 30 Tahun RI Tak Bangun Kilang Minyak, Ada Apa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular