
Jokowi Mau Setop Ekspor Bauksit, Akankah Seheboh Nikel?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 December 2019 10:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Demi mengembangkan industri dalam negeri, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewacanakan untuk mulai membatasi bahkan melarang ekspor sejumlah barang mineral. Setelah ekspor bijih (ore) nikel akan dilarang mulai tahun depan, kini giliran bauksit yang diwacanakan bakal dibatasi.
"Ini satu-satu, nikel dulu. Nanti kita siap, bauksit setop," kata Jokowi, dalam pengarahan pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Kalau melihat catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sepertinya Indonesia bakal baik-baik saja bahkan jika ekspor bauksit dihentikan 100%. Sepanjang Januari-September 2019, nilai ekspor bauksit tidak sampai US$ 1 juta, tepatnya di US$ 722.571. Bagai butiran debu dibandingkan total nilai ekspor yang mencapai US$ 124,17 miliar.
Meski begitu, ekspor bauksit tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab ternyata komoditas ini punya prospek yang cerah. Ini terlihat dari pertumbuhan ekspor bauksit Januari-September 2019 yang melonjak 309,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Negara-negara Asia adalah tujuan utama ekspor bauksit Indonesia. Sepanjang Januari-September 2019, ekspor bauksit ke Jepang tercatat US$ 613.411, meroket 1.014% dibandingkan periode yang sama pada 2018.
Setelah Jepang, China menjadi negara tujuan ekspor bauksit kedua terbesar. Nilai ekspor bauksit ke China tercatat US$ 64.355, naik 21,05%.
Kemudian Singapura menjadi tujuan ekspor terbesar ketiga dengan nilai US$ 28.933. Menariknya, Singapura tidak mendatangkan bauksit dari Indonesia pada periode Januari-September 2018. Mungkin Negeri Singa sedang merencanakan sesuatu, mengembangkan industri berbasis bauksit seperti aluminium.
Kala Indonesia memutuskan menyetop ekspor nikel, dunia gempar karena khawatir pasokan barang tambang ini berkurang drastis. Maklum, Indonesia adalah negara produsen dan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.
US Geoligical Survey (USGS) mencatat, produksi nikel Indonesia pada 2018 mencapai 560.000 ton. Total produksi nikel dunia adalah 2,3 juta ton, sehingga Indonesia sendiri sudah menyumbang hampir 25%.
Sementara di sisi cadangan, Indonesia diyakini menguasai 21 juta ton. Dengan total cadangan nikel dunia yang ditaksir 89 juta ton, maka porsi Indonesia mencapai 23,59%.
Oleh karena itu, keputusan Indonesia membuat harga nikel naik tajam. Sejak awal tahun, harga komoditas ini sudah melonjak sekitar 15%.
Bagaimana dengan bauksit? Apakah kalau bauksit dari Indonesia absen di pasar global akan mempengaruhi harga secara signifikan seperti halnya nikel?
Rasanya tidak. Pasalnya, baik produksi maupun cadangan bauksit Indonesia tidak memegang peranan krusial di pasar global.
Data USGS menyebutkan produksi bauksit Tanah Air pada 2018 adalah 7.100 ton. Hanya 2,37% dari total produksi dunia.
Sedangkan cadangan bauksit Indonesia diperkirakan sebanyak 1,2 juta ton. Hanya 4% dari total cadangan bauksit global.
Jadi, sepertinya dunia tidak akan terlalu kehilangan jika bauksit Indonesia hilang di pasaran. Tidak seperti nikel, kontribusi bauksit Indonesia tergolong minim sehingga agak sulit untuk menggerakkan harga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed) Next Article Konkret, Jokowi Mau Setop Ekspor Bauksit: Ngapain Takut?
"Ini satu-satu, nikel dulu. Nanti kita siap, bauksit setop," kata Jokowi, dalam pengarahan pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Kalau melihat catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sepertinya Indonesia bakal baik-baik saja bahkan jika ekspor bauksit dihentikan 100%. Sepanjang Januari-September 2019, nilai ekspor bauksit tidak sampai US$ 1 juta, tepatnya di US$ 722.571. Bagai butiran debu dibandingkan total nilai ekspor yang mencapai US$ 124,17 miliar.
Negara-negara Asia adalah tujuan utama ekspor bauksit Indonesia. Sepanjang Januari-September 2019, ekspor bauksit ke Jepang tercatat US$ 613.411, meroket 1.014% dibandingkan periode yang sama pada 2018.
Setelah Jepang, China menjadi negara tujuan ekspor bauksit kedua terbesar. Nilai ekspor bauksit ke China tercatat US$ 64.355, naik 21,05%.
Kemudian Singapura menjadi tujuan ekspor terbesar ketiga dengan nilai US$ 28.933. Menariknya, Singapura tidak mendatangkan bauksit dari Indonesia pada periode Januari-September 2018. Mungkin Negeri Singa sedang merencanakan sesuatu, mengembangkan industri berbasis bauksit seperti aluminium.
Kala Indonesia memutuskan menyetop ekspor nikel, dunia gempar karena khawatir pasokan barang tambang ini berkurang drastis. Maklum, Indonesia adalah negara produsen dan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.
US Geoligical Survey (USGS) mencatat, produksi nikel Indonesia pada 2018 mencapai 560.000 ton. Total produksi nikel dunia adalah 2,3 juta ton, sehingga Indonesia sendiri sudah menyumbang hampir 25%.
Sementara di sisi cadangan, Indonesia diyakini menguasai 21 juta ton. Dengan total cadangan nikel dunia yang ditaksir 89 juta ton, maka porsi Indonesia mencapai 23,59%.
Oleh karena itu, keputusan Indonesia membuat harga nikel naik tajam. Sejak awal tahun, harga komoditas ini sudah melonjak sekitar 15%.
Bagaimana dengan bauksit? Apakah kalau bauksit dari Indonesia absen di pasar global akan mempengaruhi harga secara signifikan seperti halnya nikel?
Rasanya tidak. Pasalnya, baik produksi maupun cadangan bauksit Indonesia tidak memegang peranan krusial di pasar global.
Data USGS menyebutkan produksi bauksit Tanah Air pada 2018 adalah 7.100 ton. Hanya 2,37% dari total produksi dunia.
Sedangkan cadangan bauksit Indonesia diperkirakan sebanyak 1,2 juta ton. Hanya 4% dari total cadangan bauksit global.
Jadi, sepertinya dunia tidak akan terlalu kehilangan jika bauksit Indonesia hilang di pasaran. Tidak seperti nikel, kontribusi bauksit Indonesia tergolong minim sehingga agak sulit untuk menggerakkan harga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed) Next Article Konkret, Jokowi Mau Setop Ekspor Bauksit: Ngapain Takut?
Most Popular