Luhut Gertak Eropa yang Gugat RI Soal Larangan Bijih Nikel

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
13 December 2019 16:43
Uni Eropa menggugat kebijakan Indonesia soal bijih nikel ke WTO.
Foto: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (CNBC Indonesia/Ferry sandi)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia tidak gentar menghadapi gugatan Uni Eropa terkait larangan ekspor bijih nikel yang mulai berlaku efektif 1 Januari 2020 mendatang. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapatkan informasi bahwa Uni Eropa menggugat Indonesia ke WTO terkait larangan ekspor bijih nikel yang mulai berlaku efektif 1 Januari 2020.

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Uni Eropa di tahun 2045 akan mengurangi emisi menjadi 30% melalui penggunaan kendaraan listrik.

Untuk menjalankan rencana ini, Uni Eropa tentu membutuhkan bijih nikel untuk dikembangkan menjadi lithium battery. Kondisi inilah yang akhirnya membuat Uni Eropa mengadu ke Organisasi Perdagangan Dunia.



"Tapi saya bilang sama mereka kami ekspor 98% ke China kok wong China kami tutup nggak marah, dia balik investasi ke Indonesia. Kok kalian hanya 2% kami ekspor mau menuntut kami," terangya dalam acara Peringatan Hari Wawasan Nusantara Indonesia di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jumat, (13/12/2019).

Luhut mengatakan dirinya melihat Uni Eropa bersama dengan Austria ingin membuat lithium battery setelah melihat prospek tersebut. Sementara membuat lithium battery bahan bakunya ada di Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku akan menghadapi gugatan tersebut dengan menyiapkan pengacara terbaik. "Baru kemarin sore kita rapatkan. Pak ini digugat oleh Eropa, ya kita hadapi. Siapkan lawyer paling baik, sehingga kita bisa memenangkan gugatan itu," ungkapnya saat meresmikan ekspor perdana produk Isuzu Traga di pabrik Isuzu Karawang Plant, Kawasan Industri Suryacipta, Karawang Timur, Kamis (12/12/2019).

Awalnya, pernyataan tegas Jokowi itu keluar saat menjelaskan mengenai produk ekspor Indonesia yang bertahun-tahun hanya bertumpu pada komoditas. Mulai dari kelapa sawit, batubara, hingga nikel. "

Tidak pernah mendapatkan nilai tambah dari ekspor-ekspor itu. [...] Syukur-syukur bisa ekspor dalam bentuk barang jadi. Inilah yang dinamakan hilirisasi, industrialisasi dari bahan-bahan mentah yang dimiliki," katanya.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Oops Keceplosan Mengumpat! Geramnya Luhut Saat Bicara WTO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular