
Oops Keceplosan Mengumpat! Geramnya Luhut Saat Bicara WTO

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan kembali berapi-api ketika berbicara mengenai kedaulatan sumber daya alam, khususnya komoditas tambang dan mineral kritis Indonesia.
Saking semangatnya, Menko Luhut pun tak sengaja menyebut sebuah kata umpatan yang merujuk kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Bukan tanpa alasan, kebijakan Indonesia untuk memproteksi sumber daya mineralnya justru dianggap melanggar perjanjian perdagangan internasional oleh WTO. Seperti halnya kebijakan larangan ekspor bijih nikel sejak 2020 lalu, namun Indonesia digugat oleh Uni Eropa di WTO, dan pada Oktober 2022 lalu WTO menyatakan Indonesia kalah atas gugatan oleh Uni Eropa ini.
Berbicara di Jakarta Geopolitical Forum yang diselenggarakan Lemhanas, Rabu (14/06/2023), Luhut menjelaskan, Indonesia saat ini menguasai cadangan mineral kritis berupa nikel yang cukup besar. Oleh sebab itu, ia mempertanyakan kenapa negara ini tidak boleh mengolah bijih nikelnya sendiri di dalam negeri.
"Jadi kenapa kita tidak boleh mengolah mineral kita sendiri, kenapa harus diekspor. What the hell of (keceplosan), sorry to say, forgive me," ungkap Luhut dalam acara Jakarta Geopolitical Forum VII, Rabu (14/6/2023).
"Why the, sorry, WTO telah memaksa kita untuk mengekspor mineral kita sendiri. Lihat lah Indonesia. Indonesia sudah mendapatkan keuntungan melalui hilirisasi industri mineral, baru hanya karena satu jenis komoditas bijih nikel," jelasnya.
Ia pun heran dengan World Trade Organization (WTO) yang memaksa Indonesia untuk mengekspor bahan mentah berupa nikel. Padahal, dengan Indonesia melakukan kegiatan hilirisasi di dalam negeri, negara ini mendapatkan untung.
Menurut Luhut, hilirisasi nikel dalam negeri selain meningkatkan perekonomian di dalam negeri, juga menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga bisa membuat usaha kecil menengah dapat turut berpartisipasi.
Luhut menyebut, pada 2022 lalu nilai ekspor produk hilir nikel RI tercatat telah mencapai US$ 34 miliar, melejit 750% dari capaian di 2017 yang "hanya" sebesar US$ 4 miliar.
"Dan pada tahun ini saya kira akan naik lagi," ucapnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Langka Saat Luhut Berpeci Hitam di Kantor NU