Penjualan Mobil Terus Lesu, Tanda-Tanda Datang Tsunami PHK?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 December 2019 15:36
Penjualan Mobil Terus Lesu, Tanda-Tanda Datang Tsunami PHK?
Foto: Mobil ekspor di pelabuhan IPCC, Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri otomotif dunia sedang lesu, dan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sudah terasa. Tekanan juga tengah dialami oleh industri otomotif Indonesia.

Mengutip data Marklines, berikut gambaran kelesuan penjualan mobil di sejumlah negara periode November 2019:



Bagaimana dengan di Indonesia? Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan penjualan mobil pada Oktober 2019 tercatat 96.030 unit. Turun 9,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penjualan mobil sudah terkontraksi selama empat bulan beruntun. Sejak awal tahun, pertumbuhan penjualan mobil paling banter hanya 1,1% year-on-year (YoY) yang terjadi pada Juni. Catatan itu sekaligus menjadi satu-satunya yang tumbuh positif, selebihnya terkontraksi.

Sejak pertengahan 2017, pertumbuhan penjualan mobil domestik berada dalam tren turun. Namun tingkat keparahan 2019 sepertinya kian mengkhawatirkan.




Seperti halnya di luar negeri, beban industri otomotif domestik semakin berat. Bahkan jika penjualan jauh di bawah 1 juta unit per tahun, maka potensi gelombang PHK sulit dihindari. Sebagai catatan, penjualan mobil selama Januari-Oktober adalah 849,609 unit. Lalu berdasarkan data Gaikindo lainnya pada Januari-November 2019 total penjualan mobil mencapai 939.379 unit (Catatan: dari 30 brand, sebanyak 9 brand masih data perkiraan).

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sempat menyebut "bila penjualan setahun hanya 800 ribu unit maka berbahaya". Ia tetap optimistis tahun ini target 1 juta unit bisa terlampaui. Gaikindo sempat menargetkan penjualan tahun ini 1,1 juta unit tapi direvisi. Artinya tahun ini, bila target revisi terealisasi maka ada penurunan penjualan dari tahun lalu sebesar 10% dari 1,151 juta unit di 2018.

"Kalau tahun depan 1 juta lagi (penjualan), masak di-PHK? Kalau tak ada penambahan (turun), iya (PHK)," kata Jongkie.

Data penjualan mobil berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Kala penjualan mobil nyungsep, tidak heran laju pertumbuhan ekonomi melambat. Seperti yang terjadi pada tahun ini.

Penjualan mobil adalah salah satu indikator penting untuk meneropong arah perekonomian ke depan. Mengapa bisa demikian?




Pertama, penjualan mobil menggambarkan seberapa kuat konsumsi domestik. Kala seseorang membeli mobil, apalagi dengan cicilan, tentu sudah mempertimbangkan kemampuan untuk membayar. Artinya, ada pendapatan ekstra yang bisa digunakan untuk membayar cicilan.

Jadi ketika penjualan mobil turun, itu menggambarkan masyarakat sedang ragu terhadap prospek pendapatannya ke depan. Ketidakpastian apakah akan ada tambahan penghasilan membuat pembelian barang-barang tahan lama (durable goods) tersier seperti mobil ditunda dulu.

Jika ini terjadi, konsumen merasa tidak pasti akan masa depan mereka, maka sudah pasti perekonomian secara keseluruhan akan melambat. Wajar, karena konsumsi menyumbang lebih dari 50% dari Produk Domestik Bruto (PDB).


Kedua, industri otomotif punya hubungan erat dengan sektor lain. Permintaan besi dan baja, karet, mesin, sampai kredit perbankan terpengaruh oleh industri otomotif.

Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) tumbuh 1,6% YoY pada Oktober 2019. Membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 1% YoY, tetapi jauh dibandingkan awal tahun yang masih mampu tumbuh dua digit.

 


Ketiga, otomotif adalah bagian dari industri pengolahan yang punya kontribusi terbesar dalam pembentukan PDB. Pada kuartal III-2019, industri pengolahan menyumbang 19,62% terhadap PDB nasional.

Ketika memblejeti industri pengolahan lebih dalam, ternyata industri kendaraan bermotor memegang peranan penting. Data BPS pada 2017 menyebutkan bahwa nilai tambah industri kendaraan bermotor menempati peringkat keempat.



Oleh karena itu, saat salah satu komponen penting di kontributor terbesar penyumbang PDB mengalami masalah, maka pertumbuhan ekonomi pasti terpengaruh. Kesimpulannya, selama penjualan otomotif masih lesu, jangan harap ekonomi bisa tumbuh tinggi.




TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular