Internasional

Ini 5 Krisis Keuangan Terparah di Dunia

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
10 December 2019 13:13
Ini 5 Krisis Keuangan Terparah di Dunia
Foto: Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis keuangan hebat pernah melanda berbagai negara dunia. Salah satunya adalah Indonesia.

Pada tahun 1997-1998, ekonomi Indonesia dinyatakan terjerat krisis setelah terkena imbas dari kacaunya kondisi keuangan Thailand dan beberapa negara Asia lainnya.


Pada masa itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melambung sangat tinggi, dari Rp 2 ribu per dolar pada Juni 1997 menjadi di atas Rp 16 ribu per dolar pada Juni 1998.

Krisis ekonomi yang berlarut-larut ini berimbas menjadi krisis politik, yang ditandai jatuhnya pemerintahan Orde Baru. Di mana presiden Indonesia yang menjabat pada masa itu yaitu Presiden Soeharto, terpaksa harus mengundurkan diri dari jabatannya pada Mei 1998 akibat memburuknya krisis. Padahal, Soeharto telah cukup lama memimpin Indonesia, yaitu selama sekitar 30 tahun.


Mengutip Britannica, ternyata krisis keuangan cukup sering terjadi di berbagai belahan bumi. Berikut adalah lima krisis keuangan terparah yang pernah terjadi di dunia:

[Gambas:Video CNBC]



Krisis ini pertama kali muncul di London, Inggris, dan dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa. Pada pertengahan 1760-an, Kerajaan Inggris telah mengumpulkan banyak sekali kekayaan melalui kepemilikan dan perdagangan kolonialnya. Ini menciptakan aura optimisme berlebihan dan periode pertumbuhan kredit yang cepat oleh banyak bank Inggris.

Namun, kehebohan itu mendadak berakhir pada 8 Juni 1772, ketika Alexander Fordyce yang merupakan salah satu mitra perbankan perumahan Inggris 'Neal, James, Fordyce, and Down', kabur ke Prancis untuk menghindari membayar utangnya.

Kabar ini dengan cepat menyebar di Inggris dan memicu kekacauan di sektor perbankan di Inggris. Para kreditor beramai-ramai melakukan penarikan tunai di bank-bank Inggris.

Namun kemudian, krisis menyebar dengan cepat ke negara-negara tetangga, termasuk Skotlandia, Belanda, negara-negara bagian lain Eropa, dan negara koloni Inggris-Amerika.

Menurut sejarawan, dampak ekonomi dari krisis ini di antaranya adalah memicu protes Tea Party Boston dan Revolusi Amerika.


Masa Depresi Hebat atau Great Depression adalah bencana keuangan dan ekonomi terburuk pada abad ke-20. Banyak yang percaya bahwa Great Depression dipicu oleh kehancuran Wall Street pada tahun 1929 dan kemudian diperburuk oleh keputusan kebijakan yang diambil pemerintah AS.

Masa Great Depression berlangsung hampir 10 tahun dan mengakibatkan hilangnya pendapatan secara besar-besaran, tingkat pengangguran menyentuh rekor tertinggi, dan produksi terhenti di berbagai kawasan, terutama di negara-negara industri. Di Amerika Serikat, tingkat pengangguran mencapai hampir 25% pada puncak krisis pada tahun 1933.


Krisis ini dimulai ketika negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memutuskan untuk membalas Amerika Serikat yang melakukan pengiriman senjata ke Israel selama Perang Arab-Israel Keempat.

Pada masa itu, negara-negara OPEC menyatakan meng-embargo minyak, dengan tiba-tiba menghentikan ekspor minyak ke Amerika Serikat dan sekutunya. Hal ini menyebabkan kekurangan minyak dalam jumlah besar dan harga minyak melonjak parah. Kejadian ini pada akhirnya menyebabkan krisis ekonomi di AS dan banyak negara maju lainnya.

Dibutuhkan waktu beberapa tahun hingga produksi dan harga minyak kembali pulih ke tingkat sebelum krisis terjadi.


Krisis Asia pertama kali muncul di Thailand pada tahun 1997 dan dengan cepat menyebar ke seluruh Asia Timur dan mitra dagangnya.

Aliran modal spekulatif dari negara-negara maju ke berbagai negara Asia Timur seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Korea Selatan, telah memicu era optimisme yang mengakibatkan kredit yang berlebihan dan tingkat utang yang sangat tinggi di negara-negara tersebut.

Pada Juli 1997, pemerintah Thailand sampai harus meninggalkan kebijakan nilai tukar tetapnya (fixed exchange rate) terhadap dolar AS yang telah diterapkannya begitu lama. Sebabnya adalah kurangnya cadangan mata uang asing negara.

Hal itu memicu gelombang kepanikan di pasar keuangan Asia dan dengan cepat menyebabkan pembalikan (reversal) investasi asing senilai miliaran dolar. Kepanikan akan kacaunya kondisi keuangan di Asia ini pun dengan cepat menyebar ke seluruh dunia.

Dibutuhkan bertahun-tahun untuk membuat kondisi kembali normal. Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan harus turun tangan untuk membuat paket bailout bagi ekonomi yang paling terkena dampak untuk membantu negara-negara tersebut menghindari default.


Krisis keuangan yang juga dikenal dengan nama krisis subprime mortgage ini merupakan yang paling parah sejak Great Depression. Krisis ini telah memicu kekacauan di pasar keuangan di seluruh dunia.

Krisis ini lahir dari hancurnya pasar perumahan di AS dan telah mengakibatkan salah satu bank investasi terbesar di dunia, Lehman Brothers, bankrut.

Kehancuran Lehman Brothers kemudian menyebar ke berbagai lembaga keuangan dan bisnis utama lainnya. Kekacauan ini juga menarik sejumlah besar dana talangan atau bailout.

Butuh hampir satu dekade untuk kembali menormalkan situasi setelah krisis ini, yang selama prosesnya telah membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan dan menghabiskan sangat banyak dana.




Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular