Tak Hanya Global, Industri Otomotif Tanah Air Juga Loyo

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 December 2019 07:41
Tak Hanya Global, Industri Otomotif Tanah Air Juga Loyo
Foto: Infografis/PHK Karyawan Otomotif/Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri otomotif global diwarnai dengan penurunan volume penjualan serta perumahan hingga 80.000 orang karyawan. Tak jauh berbeda industri otomotif tanah air juga loyo diwarnai dengan seretnya penjualan mobil dan motor.

Melansir CNBC International, penjualan mobil di tahun 2019 diprediksi turun 3,1 juta unit jauh lebih besar dibanding pada saat krisis ekonomi tahun 2008. Studi tersebut dilakukan oleh lembaga pemeringkat utang global Fitch Rating.

Pada 2017, penjualan mobil global tercatat mencapai 81,8 juta unit. Volume penjualan turun di tahun 2018 menjadi 80,6 juta unit dan tahun ini diramal turun lagi menjadi 77,5 juta unit. 

Tak Hanya Global, Industri Otomotif Tanah Air Juga Loyo

Anjloknya volume penjualan mobil diakibatkan oleh penurunan permintaan China sebagai pasar terbesar di dunia. Dalam periode 10 bulan pertama tahun 2019, penjualan mobil turun 11%. Penurunan permintaan ini ditengarai karena pelemahan pertumbuhan kredit, orang mulai beralih ke mobil bekas.

Tak hanya itu, perlambatan ekonomi global yang diakibatkan oleh perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia menyebabkan volume perdagangan dan aliran investasi terkontraksi. Faktor tersebut turut memperburuk kondisi industri otomotif global.

Menurut laporan South China Morning Post, diprediksi akan ada 80.000 pekerja yang terancam kehilangan pekerjaan dalam beberapa tahun ke depan.

"Meskipun pemotongan (jumlah pekerja diperkirakan) terkonsentrasi di Jerman, Amerika serikat (AS) dan Inggris, ekonomi yang tumbuh lebih cepat belum kebal dan produsen mobil diperkirakan akan mengurangi operasi di sana," tulis SCMP.

Beberapa perusahaan otomotif global bahkan berencana merumahkan sebagian besar pekerjanya untuk menekan biaya. Beberapa perusahan seperti Nissan, Daimler, Audi, Ford dan Volvo telah mengumumkan rencana perumahan sebagian besar karyawannya.

Bagaimana dengan kondisi sektor otomotif di Indonesia? Sektor otomotif tanah air masuk ke dalam sektor manufaktur. Menurut data BPS, industri alat angkut Indonesia mencatatkan pertumbuhan negatif alias terkontraksi.

Pada kuartal III-2019 industri alat angkut dalam negeri mengalami kontraksi 1,23% secara tahunan (yoy). Secara kumulatif, industri alat angkut juga mengalami kontraksi 3,83% (c-to-c).

Sektor manufaktur dalam negeri juga mengalami kontraksi. Hal tersebut tercermin dari angka PMI Manufaktur Indonesia. Sejak bulan Juli angka PMI Manufaktur Indonesia berada di bawah 50. Angka 50 sebagai ambangnya, di atas angka tersebut artinya sedang ekspansi sedangkan jika di bawah artinya kontraksi.

Baca'Mega Tsunami PHK Otomotif, 80 Ribu Karyawan Jadi Korban'

[Gambas:Video CNBC]

Sektor manufaktur tanah air terus mengalami kontraksi dari Juli hingga Oktober dibuktikan dengan angka PMI manufaktur yang terus tergerus. Namun pada November angka PMI manufaktur mencatatkan perbaikan dibanding bulan sebelumnya.



Ditinjau dari sisi penjualan, pertumbuhan volume penjualan motor dan mobil sepanjang tahun ini terus mengalami perlambatan. Bahkan pertumbuhan volume penjualan mobil terus mencatatkan angka yang negatif.



Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), volume penjualan mobil tahun ini diprediksi tidak akan mencapai target 1,1 juta unit. Target penjualan mobil memang tidak jauh berbeda dengan capaian tahun 2018.

Beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi adalah perlambatan pertumbuhan kredit, pergerakan harga komoditas hingga keyakinan konsumen dalam melihat perekonomian sekarang dan ke depan.

Dari faktor penyaluran kredit, Bank Indonesia (BI) dalam laporan Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) mencatat pertumbuhan kredit konsumsi (KK) tumbuh melambat pada kuartal III-2019. KK tumbuh melambat menjadi 6,82% (yoy) dari 7,64% (yoy) pada kuartal sebelumnya.

Dalam membeli kendaraan bermotor masyarakat Indonesia mengandalkan kredit konsumsi ini. Perlambatan penyaluran kredit disebabkan dari sisi permintaan terhadap kredit bukan dari sisi suplai karena institusi perbankan tidak mengalami permasalah dari sisi likuiditas.

Permintaan terhadap kredit masih rendah padahal BI telah melonggarkan kebijakan moneternya dengan menurunkan suku bunga (BI-7DRRR) menjadi 5% dan rasio GWM sebesar 50 basis poin. Dengan kebijakan moneter yang longgar di harapkan daoat memberi stimulus untuk perekonomian.

Merosotnya IKK mencerminkan pandangan konsumen tentang perekonomian saat ini dan yang akan datang. Memang masyarakat Indonesia masih optimis melihat kondisi ekonomi. Namun optimisme tersebut terus tergerus. IKK baru mulai menggeliat pada November.



Nyatanya industri otomotif tanah air juga tertekan. Semoga ekonomi RI cepat kembali bangkit agar tak ada berita industri otomotif tanah air akan merumahkan pegawainya seperti yang terjadi di berbagai negara.




TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg) Next Article Nissan PHK Ratusan Orang, Kemenaker Belum Tahu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular