Tsunami PHK Nissan Sampai Juga ke Indonesia

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
31 July 2019 12:58
Rencana PHK di Nissan global sampai juga ke Indonesia, ada ratusan pekerja yang kena PHK.
Foto: Nissan (AP Photo/Jae C. Hong)
Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang PHK mendera para karyawan produsen mobil Jepang Nissan di pelbagai negara juga terjadi di Indonesia. Nissan memangkas jumlah karyawannya hingga lebih dari 12.500 pegawai di seluruh dunia. Di Indonesia, terdapat 830 pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Dikutip dari detikcom, President Director PT Nissan Motor Indonesia Isao Sekiguchi mengatakan PHK merupakan bagian dari upaya Nissan untuk memperbaiki operasi dan efisiensi investasi.

"Seperti yang disampaikan CEO Nissan Hiroto Saikawa kami mengambil tindakan untuk menghentikan atau mengurangi kapasitas di lini produksi di 8 lokasi. Dari FY20-FY21 kami akan menghentikan atau mengurangi kapasitas, di lini atau pabrik di 6 lokasi. Total pengurangan jumlah karyawan akan menjadi sekitar 12.500 orang. Tidak ada detail spesifik yang dapat dibagikan saat ini," ujarnya.


Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perindustrian, Johny Darmawan menilai, kasus PHK Nissan perlu dilihat dengan cermat. Yang terpenting adalah terpenuhinya hak pekerja untuk mendapatkan pesangon.

"Nissan di dunia kan lagi turun. Tidak bisa dielakkan jika pengurangan karyawan. Namun, perusahaan harus membayar pesangon sesuai dengan aturan," kata Johnny kepada CNBC Indonesia, Selasa (30/7/2019).

Keputusan PHK memang bukan pilihan yang mudah untuk diambil. Terutama saat ini sejumlah industri lain seperti tekstil, sepatu, dan otomotif juga sedang dalam tren penurunan.

Namun Johnny mengatakan persoalan PHK di Nissan tidak dapat disamaratakan untuk semua industri otomotif.

"Sekarang ini masalahnya satu isu dibesar-besarkan. Kalau Nissan akibat global," ucapnya.



Mengatasi persoalan ini, pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah untuk menambah daya tarik dan mendorong kenaikan industri lainnya.

"Kita harapkan manufaktur meningkat cepat, bukan hanya Nissan, yang lain juga. Dan pemerintah bisa mencoba menghidupkan industri-industri lain sehingga ada yang naik ada yang turun," ucapnya.

Insentif berupa super deductible tax dianggap sudah tepat. Namun memang menurut Johnny perlu ada terobosan lain. Jika tren kenaikan di industri terjadi, penyerapan tenaga kerja dapat maksimal. Para pekerja yang terkena PHK dapat menemukan pekerjaan barunya.

"Mestinya begitu (industri yang naik dapat menyerap pekerja PHK)," kata Johnny.

Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong, menilai bahwa PHK Nissan tak terpisahkan dari kondisi terkini industri otomotif global yang sedang dalam guncangan.

"Saya sampaikan secara global industri otomotif sedang guncangan luar biasa. Pertama siklus otomotif sedang menurun setiap bulan ada pengumuman dari Nissan PHK 12 ribuan pekerja. Sebelumnya Ford PHK karyawan di Eropa," kata pria yang biasa disapa Tom Lembong ini di kantornya, Selasa (30/7)

Pada 2018, untuk kali pertama dalam sejarah penjualan mobil di China mengalami penurunan dibandingkan 2017. Pada tahun lalu penjualan mobil di China hanya terjual 28 juta unit atau turun 3% dibandingkan 2017.

"Jadi secara siklus ekonomi dan industri otomotif sedang dalam tren menurun," katanya.

Menurunya tren industri mobil lantaran saat ini industri dihadapkan pada tiga revolusi yang sedang bergulir saat ini. Satu di antaranya perkembangan bisnis digital ride hailing atau ride sharing macam transportasi online.

"Transportasi daring Uber, Grab, Gojek atau on demand banyak kurangi kebutuhan mobil karena kendaraannya sudah ada utulisasinya meningkat drastis," katanya.
Lalu, terkait regulasi sejumlah negara. Tren kewajiban regulator soal kendaraan listrik digalakkan padahal banyak industri memakai teknologi konvensional. Ini terutama terjadi di AS dan negara-negara di Eropa.

"Otomotif ditimpa investasi miliaran dolar untuk elektrifikasi yang tadi mobil motor tradisional jadi pabrik yang produksi mobil listrik dan menyebabkan PHK semua perusahaan otomotif utama termasuk Nissan, Ford, GM terjadi pada tahun lalu.

Faktor lainnya adalah otonomisasi kendaraan. Industri otomotif sedang mengarah pada kendaraan otonom atau kendaraan yang bisa melaju sendiri tanpa kemudi.

"Perusahaan otomotif Hyundai juga Toyota, BMW, VW harus keluarkan miliaran dolar untuk kembangkan teknologi kendaraan otonom," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Nissan PHK Ratusan Orang, Kemenaker Belum Tahu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular