
Dahsyatnya Pernyataan Trump yang Bikin Dunia Gonjang Ganjing
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
07 December 2019 11:54

Jakarta CNBC Indonesia- Bukan rahasia lagi kalau sikap proteksionis Amerika Serikat (AS) dengan perang dagang membuat perlambatan ekonomi terjadi. Perang dagangnya dengan China misalnya telah membuat sejumlah lembaga global menurunkan outlook pertumbuhan dunia di 2019 ini.
Dana Moneter Internasional I(MF) memproyeksi pertumbuhan global hanya sebesar 3% atau turun dari proyeksi sebelumnya di Juli 3,2%. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) malah lebih parah. Lembaga ini menyebutkan ekonomi hanya tumbuh 2,9% di tahun ini.
Meski begitu, Presiden AS Donald Trump sepertinya tidak berhenti. Ia kembali bermanuver soal perang dagang.
Lalu apa saja pernyataan Trump yang membuat pasar saham "kelabakan":
Presiden Trump memupuskan harapan bahwa ketegangan perdagangannya dengan China bakal segera berakhir tahun ini. Bahkan dihadapan wartawan, di sela-sela pertemuan negara-negara the North Atlantic Treaty Organization (NATO), ia berujar sebaiknya semua pihak menunggu setelah Pemilu Presiden AS digelar atau dengan kata lain, setelah November 2020 nanti.
"Saya lebih suka ide menunggu sampai setelah Pemilu khususnya untuk deal dengan China. Tetapi mereka ingin memuat deal itu sekarang dan kita lihat saja nanti, apakah deal itu terjadi atau tidak," ujarnya sebagaimana dikutip dari CNBC International.
Parahnya lagi, pengusaha properti ini juga menegaskan dirinya tidak memberi tenggat waktu kapan masalah perdagangan keduanya akan diakhiri. "Tidak, aku tak memiliki deadline," tegasnya lagi.
Perang dagang antara AS dan China terjadi sejak 2018. Ketegangan dua raksasa ekonomi ini sukses membuat kestidakstabilan global, bukan cuma pada pasar keuangan, tapi juga bisnis dan sentimen konsumer.
Oktober lalu, kedua negara mengadakan pertemuan tingkat tinggi di AS dan mengaku akan membuat perjanjian damai 'Fase I'. Namun, keinginan China yang meminta AS menghapus semua tarif impor yang diberlakukan, sepertinya membuat pembicaraan alot.
Jika sampai pekan kedua ini, AS dan China belum juga sepakat artinya, Washington akan kembali menaikkan barang impor dari China 15 Desember nanti. Kenaikan akan berlaku bagi sejumlah barang elektronik, mulai dari ponsel pintar hingga laptop.
Dana Moneter Internasional I(MF) memproyeksi pertumbuhan global hanya sebesar 3% atau turun dari proyeksi sebelumnya di Juli 3,2%. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) malah lebih parah. Lembaga ini menyebutkan ekonomi hanya tumbuh 2,9% di tahun ini.
Meski begitu, Presiden AS Donald Trump sepertinya tidak berhenti. Ia kembali bermanuver soal perang dagang.
Presiden Trump memupuskan harapan bahwa ketegangan perdagangannya dengan China bakal segera berakhir tahun ini. Bahkan dihadapan wartawan, di sela-sela pertemuan negara-negara the North Atlantic Treaty Organization (NATO), ia berujar sebaiknya semua pihak menunggu setelah Pemilu Presiden AS digelar atau dengan kata lain, setelah November 2020 nanti.
"Saya lebih suka ide menunggu sampai setelah Pemilu khususnya untuk deal dengan China. Tetapi mereka ingin memuat deal itu sekarang dan kita lihat saja nanti, apakah deal itu terjadi atau tidak," ujarnya sebagaimana dikutip dari CNBC International.
Parahnya lagi, pengusaha properti ini juga menegaskan dirinya tidak memberi tenggat waktu kapan masalah perdagangan keduanya akan diakhiri. "Tidak, aku tak memiliki deadline," tegasnya lagi.
Perang dagang antara AS dan China terjadi sejak 2018. Ketegangan dua raksasa ekonomi ini sukses membuat kestidakstabilan global, bukan cuma pada pasar keuangan, tapi juga bisnis dan sentimen konsumer.
Oktober lalu, kedua negara mengadakan pertemuan tingkat tinggi di AS dan mengaku akan membuat perjanjian damai 'Fase I'. Namun, keinginan China yang meminta AS menghapus semua tarif impor yang diberlakukan, sepertinya membuat pembicaraan alot.
Jika sampai pekan kedua ini, AS dan China belum juga sepakat artinya, Washington akan kembali menaikkan barang impor dari China 15 Desember nanti. Kenaikan akan berlaku bagi sejumlah barang elektronik, mulai dari ponsel pintar hingga laptop.
Next Page
Manuver Trump
Pages
Most Popular