Internasional

Babi Jumbo hingga Babi Mutan, Cara China Atasi Krisis Babi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
05 December 2019 12:02
Babi Jumbo hingga Babi Mutan, Cara China Atasi Krisis Babi
Jakarta, CNBC Indonesia- Bukan rahasia lagi kalau pasokan babi di China berkurang signifikan karena demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF). Bahkan akibat kelangkaan ini, harga babi naik signifikan dan menyebabkan inflasi tinggi di negara itu.


Dari data Biro Statistik Nasional (NBS) China, Inflasi Oktober China sempat menyentuh level tertinggi sejak 2012. Bahkan mencapai 3,8%, naik dari bulan September yang 3%. dan di atas ekspektasi pasar yang 3,3%.

Sejumlah cara dilakukan China untuk mengamankan pasokan babi. Bukan hanya impor dari sejumlah negara tapi juga melakukan eksperimen untuk menjamin daging babi tersedia di konsumen dalam negeri.

[Gambas:Video CNBC]



Selain rutin melakukan pencegahan dan vaksinasi, ternyata pemerintah China juga banyak melakukan eksperimen untuk menciptakan babi mutan alias babi super yang diharapkan dapat lebih kuat melawan penyakit dan bisa tumbuh lebih cepat.

Mengutip laporan South China Morning Post (SCMP), terdapat beberapa peternakan besar (megafarm) di pinggiran Beijing. Di tempat itu puluhan babi merah muda dan hitam diawasi dengan ketat selama beberapa tahun terakhir. Mereka terlindung dari udara luar dan diberikan makanan dan memiliki waktu tidur yang baik.

"Pertanyaan yang paling membara bagi ilmuwan adalah bagaimana membuat babi lebih sehat," kata Zhao, kepala peneliti dan teknisi di Akademi Ilmu Pengetahuan di institut Zoologi Beijing. Lembaga itu dikelola pemerintah China. Pria berusia 45 tahun itu memimpin 20 peneliti dan teknisi dalam grupnya.

Upaya menciptakan babi mutan itu juga sengaja dilakukan China guna mengurangi impor babi dari negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS). Apalagi di tengah perang dagang kedua negara yang sedang membara.

Menurut laporan, investasi China dalam penelitian dan pengembangan babi mutan ini sangat tinggi, mencapai US$ 445 miliar pada 2017. Perusahaan-perusahaan China juga meningkatkan akuisisi terhadap perusahaan bioteknologi dan farmasi asing, di mana nilai akuisisi mereka mencapai US$ 25,4 miliar sejak awal 2014.


Kelangkaan daging babi dan melambungnya harga membuat pemerintah China pusing. Alhasil, pemerintah pun tengah mengembangkan seekor babi yang sangat besar bahkan seberat beruang kutub, di wilayah China bagian selatan.

Pengembangan babi ini dilakukan di Pang Cong, Nanning, Provinsi Gaungxi. Sebagaimana ditulis Bloomberg, babi ini diprediksi akan memiliki berat 500 kg atu sekitar 1.102 pon.

Saat dipotong, petani bisa menjual babi ini dengan harga 10.000 yuan atau US$ 1.399. Keuntungan yang di dapat petani bisa tiga kali lipat lebih besar dari penghasilan rata-rata bulanan di wilayah itu.

Ide Pang ini juga diikuti peternak lain di China. Di kota Jilin, peternak juga mengembangkan babi 175 kg hingga 200 kg.

Saat ini, harga babi telah meningkat 46,2% hingga menjadi 33 yuan (Rp 66.000) per kg di beberapa wilayah. Harga ini merupakan rekor tertinggi dan lebih dari dua kali lipat harga setahun yang lalu.


Fitch Solutions mengatakan, permintaan China untuk 'daging palsu' alias tiruan, naik di tengah minimnya pasokan daging babi domestik dan mahalnya harga babi hingga 94%.

Daging palsu merupakan alternatif pengganti daging asli yang terbuat dari tahu dan gandum. Fitch percaya mahalnya harga babi di China akan membuat masyarakat beralih ke daging alternatif ini.

"Ketika persediaan berkurang, diperlukan impor daging yang lebih banyak untuk memenuhi permintaan konsumen," tulis Fitch sebagaimana dilansir CNBC International.

"Namun China melakukan cara lain dengan memberi pilihan baru, yakni dengan membuat daging tiruan sebagai salah satu pilihan,".

Di China babi memang menjadi makanan pokok. Namun, wabah demam babi Afrika telah menekan pasokan daging, yang menyebabkan pemusnahan 1,17 juta babi di China.

Padahal, China adalah salah satu konsumen daging babi tertinggi di dunia. Negara itu juga merupakan produsen daging babi terbesar di dunia pada 2018.

Penyakit mematikan itu menyebabkan penurunan 20 juta ton di pasar daging babi China. Ini dipastikan bisa membuat konsumen beralih ke daging palsu sebagai alternatif.

Permintaan daging babi di China secara historis sangat tinggi. Pada 2018, negara tersebut menyumbang sekitar 46% dari total konsumsi daging babi dunia, menurut data OECD.
(sef/sef) Next Article Cerita Babi yang Bikin Pening dan "Dipaksa" Gemuk di China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular