
Katanya RI Pro China Biayai Ibu Kota Baru, Kok Bisa?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 December 2019 12:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Proses pemindahan ibu kota baru Indonesia, dari Jakarta ke Kalimantan Timur terus dilakukan.
Adapun daerah yang dipilih untuk ibu kota baru adalah sebagian di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Menurut pemerintah, anggaran untuk pemindahan ibu kota baru ini kurang lebih sekitar Rp 466 triliun.
Anggaran ini akan terbagi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), swasta dan Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Mengutip laporan Financial Times (FT), sebagai sumber pendanaan swasta, Indonesia dinilai lebih memilih Bank Investasi Infrastruktur Asia (Asian Infrastructure Investment Bank/AIIB) dibandingkan lembaga multilateral lain yang lebih mapan .
Dipilihnya bank yang berbasis di Beijing, China itu, dibandingkan dengan lembaga pendanaan global lainnya seperti Bank Dunia (World Bank/WB) asal Amerika Serikat, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB), bukan tanpa alasan.
Salah satu alasan kuat yang mendasarinya adalah AIIB dapat menawarkan opsi yang lebih fleksibel untuk pendanaan dibandingkan dengan WB dan ADB.
"Jika saya membutuhkannya (dana), saya akan pergi dulu ke AIIB," kata Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Kennedy Simanjuntak sebagaimana dikutip dari FT, Senin (2/12/2019).
"Jika kami menggunakan multilateral gaya lama, kami tidak dapat mencapai target kami untuk memulai relokasi ke ibukota baru pada tahun 2024."
Selain itu, Kennedy mengatakan ukuran AIIB yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan lembaga multilateral yang lebih mapan, membuatnya lebih gesit dan lebih terbuka dalam hal struktur pendanaan yang inovatif.
Adapun daerah yang dipilih untuk ibu kota baru adalah sebagian di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Menurut pemerintah, anggaran untuk pemindahan ibu kota baru ini kurang lebih sekitar Rp 466 triliun.
Mengutip laporan Financial Times (FT), sebagai sumber pendanaan swasta, Indonesia dinilai lebih memilih Bank Investasi Infrastruktur Asia (Asian Infrastructure Investment Bank/AIIB) dibandingkan lembaga multilateral lain yang lebih mapan .
Dipilihnya bank yang berbasis di Beijing, China itu, dibandingkan dengan lembaga pendanaan global lainnya seperti Bank Dunia (World Bank/WB) asal Amerika Serikat, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB), bukan tanpa alasan.
Salah satu alasan kuat yang mendasarinya adalah AIIB dapat menawarkan opsi yang lebih fleksibel untuk pendanaan dibandingkan dengan WB dan ADB.
"Jika saya membutuhkannya (dana), saya akan pergi dulu ke AIIB," kata Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Kennedy Simanjuntak sebagaimana dikutip dari FT, Senin (2/12/2019).
"Jika kami menggunakan multilateral gaya lama, kami tidak dapat mencapai target kami untuk memulai relokasi ke ibukota baru pada tahun 2024."
Selain itu, Kennedy mengatakan ukuran AIIB yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan lembaga multilateral yang lebih mapan, membuatnya lebih gesit dan lebih terbuka dalam hal struktur pendanaan yang inovatif.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular