
Jokowi Mau Ganggu Orang yang Bikin RI Doyan Impor Migas
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 November 2019 14:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) yang digelar kemarin (28/11/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan mengetahui orang yang 'doyan' impor minyak dan gas (migas). Ia tak segan-segan 'menggigit' mereka yang mencoba menghalangi Indonesia mengurangi impor migas. Selama ini impor migas jadi penyebab defisit neraca dagang dan CAD.
"Saya tahu yang impor siapa sekarang. Yang sudah saya sampaikan kalau ada yang mau ganggu, pasti akan saya gigit orang itu. Enggak akan selesai kalau masalah ini tidak kita selesaikan," tegas Jokowi.
Jokowi berjanji akan memberantas para penyuka impor migas. Jokowi menyinggung soal masih ramainya impor minyak dan LPG. "Ada yang senang impor tapi tidak mau diganggu impornya. Baik itu minyak maupun LPG. Ini yang akan saya ganggu," kata Jokowi.
Jokowi memang tak merinci pernyataannya, tapi yang pasti selama ini yang mengimpor migas umumnya dilakukan oleh Pertamina. Namun, yang dimaksudnya tentu adalah orang-orang yang punya 'tangan' untuk membuat situasi Pertamina harus bergantung pada impor.
Indonesia menyandang status sebagai negara net importir minyak sejak 2004. Artinya Indonesia lebih banyak membeli minyak ketimbang menjualnya. Saat ini kapasitas lifting minyak dalam negeri baru di angka 744 ribu barel per hari (bpd) sedangkan kebutuhan minyak bisa mencapai 1,5 juta bpd. Ada gap yang besar sehingga membuat Indonesia harus membuka keran impor.
Indonesia tak hanya mengimpor minyak mentah saja. Namun Indonesia juga mengimpor produk kilang yang merupakan olahan minyak mentah seperti BBM.
Soal impor BBM, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor hasil minyak (yang didominasi oleh BBM) selama Januari-September 2019 turun 22,06% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan impor BBM membuat defisit neraca migas menurun. Namun tetap saja impor membuat neraca dagang migas RI masih tekor secara keseluruhan. Pada kuartal III-2019, Bank Indonesia (BI) mencatat neraca migas defisit US$ 2,17 miliar.
Karena keran impor migas masih terbuka dan neraca dagang tekor, hal ini berimbas pada transaksi berjalan Indonesia. Transaksi berjalan Indonesia sepanjang 2018 terus mengalami defisit (CAD). Paling parah terjadi pada kuartal IV-2018, defisit neraca dagang mencapai 3,58% produk domestik bruto (PDB).
Kalau ingin penyakit kronis ini segera diangkat. Maka keran impor migas harus benar-benar ditekan supaya aliran impor migas tak terus membanjiri RI.
Dua langkah strategis perlu ditempuh pemerintah dalam hal ini. Pertama ganyang mafia impor migas serta buat kerangka kebijakan yang jelas untuk mengembangkan bisnis BUMN migas yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
"Saya tahu yang impor siapa sekarang. Yang sudah saya sampaikan kalau ada yang mau ganggu, pasti akan saya gigit orang itu. Enggak akan selesai kalau masalah ini tidak kita selesaikan," tegas Jokowi.
Jokowi berjanji akan memberantas para penyuka impor migas. Jokowi menyinggung soal masih ramainya impor minyak dan LPG. "Ada yang senang impor tapi tidak mau diganggu impornya. Baik itu minyak maupun LPG. Ini yang akan saya ganggu," kata Jokowi.
Indonesia menyandang status sebagai negara net importir minyak sejak 2004. Artinya Indonesia lebih banyak membeli minyak ketimbang menjualnya. Saat ini kapasitas lifting minyak dalam negeri baru di angka 744 ribu barel per hari (bpd) sedangkan kebutuhan minyak bisa mencapai 1,5 juta bpd. Ada gap yang besar sehingga membuat Indonesia harus membuka keran impor.
Indonesia tak hanya mengimpor minyak mentah saja. Namun Indonesia juga mengimpor produk kilang yang merupakan olahan minyak mentah seperti BBM.
Soal impor BBM, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor hasil minyak (yang didominasi oleh BBM) selama Januari-September 2019 turun 22,06% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan impor BBM membuat defisit neraca migas menurun. Namun tetap saja impor membuat neraca dagang migas RI masih tekor secara keseluruhan. Pada kuartal III-2019, Bank Indonesia (BI) mencatat neraca migas defisit US$ 2,17 miliar.
Karena keran impor migas masih terbuka dan neraca dagang tekor, hal ini berimbas pada transaksi berjalan Indonesia. Transaksi berjalan Indonesia sepanjang 2018 terus mengalami defisit (CAD). Paling parah terjadi pada kuartal IV-2018, defisit neraca dagang mencapai 3,58% produk domestik bruto (PDB).
Kalau ingin penyakit kronis ini segera diangkat. Maka keran impor migas harus benar-benar ditekan supaya aliran impor migas tak terus membanjiri RI.
Dua langkah strategis perlu ditempuh pemerintah dalam hal ini. Pertama ganyang mafia impor migas serta buat kerangka kebijakan yang jelas untuk mengembangkan bisnis BUMN migas yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Next Page
Ganyang Mafia Migas
Pages
Most Popular