
Fenomena Tanah Abang Sepi, Ini Pengakuan Mengejutkan Pedagang
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
23 November 2019 17:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Platform online saat ini menjadi salah satu andalan dalam berdagang. Kecepatan dan kemudahan adalah keunggulannya dibanding toko offline seperti pasar-pasar tradisional.
Alasan di atas yang menjadi salah satu dugaan mengapa kunjungan ke ritel offline menjadi cenderung menurun seperti di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat yang berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, kondisinya relatif sepi. Kondisi ini juga diperkuat oleh pengakuan banyak pedagang yang mengaku mengalami penurunan penjualan sangat drastis dalam setahun terakhir.
Pedagang ada yang berpendapat karena kelesuan ekonomi, tapi juga ada yang menganggap karena dampak perdagangan online. Jika, karena perdagangan online, apakah pedagang bermigrasi ke toko online? Jawabannya justru mengejutkan.
Dari pengakuan para pedagang yang dimintai keterangan, tak semua pedagang offline di Pasar Tanah Abang berniat pindah ke online. Pedagang grosir kaos oblong di Blok F1 Tanah Abang, Lucas misalnya, masih mengandalkan toko fisik sebagai lapak jualannya. Ia tidak memiliki toko online atau mengandalkan platform apapun meski mengetahui manfaat yang bisa diperoleh lebih besar.
Alasannya, pelanggannya saat ini sudah cukup banyak. Pelanggannya juga kebanyakan para pelapak online. Dengan pelanggan yang ada, dia menganggap penjualannya sudah mencukupi.
"Kalau saya grosir, pembeli online kan rata-rata eceran," kata Lucas kepada CNBC Indonesia, Kamis (21/11/2019).
Para pelanggannya tidak selalu harus bertatap muka dengan Lucas ketika berbelanja. Pembeli dapat menghubunginya melalui saluran telepon. Lucas pun mengaku memang sempat berniat untuk mengandalkan platform online ke depannya. Namun, ia sempat mengakui beberapa pelanggannya yang jualan online, juga kini sedang dilanda kelesuan penjualan.
Sementara beberapa pedagang Tanah Abang lain mengaku tidak mengandalkan platform online sebab belum menguasai betul cara penggunaannya.
"Dulu sebenarnya ada media sosial, tetapi yang mengurus itu sudah tidak bekerja di sini lagi," kata Fauziah, pedagang pakaian gamis.
Pedagang gamis, Salsa, mengaku baru akan membuat akun untuk penjualan online. Instagram dan beberapa marketplace ternama akan menjadi lapak barunya. Namun, yang akan mengoperasikan adalah anaknya sebab Salsa mengaku belum mengerti teknis penjualan di dunia maya.
"Ini baru mau dibuat. Tapi anak saya yang pegang," kata Salsa.
Meski sudah berjualan di online, Salsa tetap akan berjualan di kiosnya. Barang pesanan akan diambil dari sana. "Jangan online teruslah, kalau nggak ada belanja [ke kios]?" kata Salsa.
Penjualan offline masih tetap dibutuhkan. Pembeli merasa perlu mengecek kondisi fisik barang, terutama ketika membeli dalam jumlah banyak.
Nurlela, pembeli asal Ciputat Tangerang Selatan, mengatakan datang ke Tanah Abang secara langsung untuk memastikan kualitas pakaian yang dibelinya. Ia akan membeli dalam partai besar untuk dipakai sebagai seragam dalam kegiatan marawis.
"Harus dicek dong seragamnya cocok atau tidak," kata Nurlela yang datang bersama 4 temannya.
CNBC Indonesia sempat menyambangi kawasan Pasar Tanah Abang pada Selasa Sore (19/11) sekitar pukul 16.00. Arus lalu lintas dari arah Jati Baru dan Stasiun Tanah Abang juga sangat lancar, tak mencerminkan anggapan bahwa jalan di sekitar Pasar Tanah Abang yang selalu identik dengan kepadatan.
Sehari berselang, Blok B Tanah Abang, Rabu (20/11) juga sempat disambangi, sekitar pukul 15.00. Suasana di dalam pasar, tampak sepi tak biasanya, beberapa ruko tutup. Tidak banyak lalu-lalang pembeli.
Kami juga menyambangi kawasan ini pada Kamis (21/11), kali ini pagi hari hingga siang hari. Kali ini beberapa blok di Tanah Abang kami telusuri lantai demi lantai, dan hasilnya memang memberi kesan Tanah Abang tiga hari berturut-turut tak seramai sebagai pasar yang tersohor.
Dirut PD Pasar Jaya Arief Nasrudin membantah soal transaksi perdagangan yang sepi di Pasar Tanah Abang. Menurutnya, kondisi di sana merupakan persaingan antar pedagang dan juga pelanggan yang sudah mengorder barang melalui online dan sambungan telepon sehingga memang tak perlu datang langsung ke Tanah Abang.
Ia melihat dari sisi konsumen, apa yang menjadi skala prioritas mereka terutama saat ini mendekati musim liburan. sehingga bisa mempengaruhi kunjungan. "Apakah prioritas mereka belanja atau tidak, apalagi sekarang memasuki musim liburan, mungkin ada sedang menabung atau lainnya," katanya.
PD Pasar Jaya merupakan pengelola area Blok A, Blok B, Blok F dan Blok G.
(hoi/hoi) Next Article Wah! Pasar Tanah Abang Kok Sekarang Sepi, Ada Apa Ya?
Alasan di atas yang menjadi salah satu dugaan mengapa kunjungan ke ritel offline menjadi cenderung menurun seperti di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat yang berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, kondisinya relatif sepi. Kondisi ini juga diperkuat oleh pengakuan banyak pedagang yang mengaku mengalami penurunan penjualan sangat drastis dalam setahun terakhir.
Pedagang ada yang berpendapat karena kelesuan ekonomi, tapi juga ada yang menganggap karena dampak perdagangan online. Jika, karena perdagangan online, apakah pedagang bermigrasi ke toko online? Jawabannya justru mengejutkan.
Alasannya, pelanggannya saat ini sudah cukup banyak. Pelanggannya juga kebanyakan para pelapak online. Dengan pelanggan yang ada, dia menganggap penjualannya sudah mencukupi.
"Kalau saya grosir, pembeli online kan rata-rata eceran," kata Lucas kepada CNBC Indonesia, Kamis (21/11/2019).
Para pelanggannya tidak selalu harus bertatap muka dengan Lucas ketika berbelanja. Pembeli dapat menghubunginya melalui saluran telepon. Lucas pun mengaku memang sempat berniat untuk mengandalkan platform online ke depannya. Namun, ia sempat mengakui beberapa pelanggannya yang jualan online, juga kini sedang dilanda kelesuan penjualan.
Sementara beberapa pedagang Tanah Abang lain mengaku tidak mengandalkan platform online sebab belum menguasai betul cara penggunaannya.
"Dulu sebenarnya ada media sosial, tetapi yang mengurus itu sudah tidak bekerja di sini lagi," kata Fauziah, pedagang pakaian gamis.
Pedagang gamis, Salsa, mengaku baru akan membuat akun untuk penjualan online. Instagram dan beberapa marketplace ternama akan menjadi lapak barunya. Namun, yang akan mengoperasikan adalah anaknya sebab Salsa mengaku belum mengerti teknis penjualan di dunia maya.
"Ini baru mau dibuat. Tapi anak saya yang pegang," kata Salsa.
Meski sudah berjualan di online, Salsa tetap akan berjualan di kiosnya. Barang pesanan akan diambil dari sana. "Jangan online teruslah, kalau nggak ada belanja [ke kios]?" kata Salsa.
Penjualan offline masih tetap dibutuhkan. Pembeli merasa perlu mengecek kondisi fisik barang, terutama ketika membeli dalam jumlah banyak.
Nurlela, pembeli asal Ciputat Tangerang Selatan, mengatakan datang ke Tanah Abang secara langsung untuk memastikan kualitas pakaian yang dibelinya. Ia akan membeli dalam partai besar untuk dipakai sebagai seragam dalam kegiatan marawis.
"Harus dicek dong seragamnya cocok atau tidak," kata Nurlela yang datang bersama 4 temannya.
CNBC Indonesia sempat menyambangi kawasan Pasar Tanah Abang pada Selasa Sore (19/11) sekitar pukul 16.00. Arus lalu lintas dari arah Jati Baru dan Stasiun Tanah Abang juga sangat lancar, tak mencerminkan anggapan bahwa jalan di sekitar Pasar Tanah Abang yang selalu identik dengan kepadatan.
Sehari berselang, Blok B Tanah Abang, Rabu (20/11) juga sempat disambangi, sekitar pukul 15.00. Suasana di dalam pasar, tampak sepi tak biasanya, beberapa ruko tutup. Tidak banyak lalu-lalang pembeli.
Kami juga menyambangi kawasan ini pada Kamis (21/11), kali ini pagi hari hingga siang hari. Kali ini beberapa blok di Tanah Abang kami telusuri lantai demi lantai, dan hasilnya memang memberi kesan Tanah Abang tiga hari berturut-turut tak seramai sebagai pasar yang tersohor.
Dirut PD Pasar Jaya Arief Nasrudin membantah soal transaksi perdagangan yang sepi di Pasar Tanah Abang. Menurutnya, kondisi di sana merupakan persaingan antar pedagang dan juga pelanggan yang sudah mengorder barang melalui online dan sambungan telepon sehingga memang tak perlu datang langsung ke Tanah Abang.
Ia melihat dari sisi konsumen, apa yang menjadi skala prioritas mereka terutama saat ini mendekati musim liburan. sehingga bisa mempengaruhi kunjungan. "Apakah prioritas mereka belanja atau tidak, apalagi sekarang memasuki musim liburan, mungkin ada sedang menabung atau lainnya," katanya.
PD Pasar Jaya merupakan pengelola area Blok A, Blok B, Blok F dan Blok G.
(hoi/hoi) Next Article Wah! Pasar Tanah Abang Kok Sekarang Sepi, Ada Apa Ya?
Most Popular