
Pemerintah Mau Bangun LRT Sampai Kawasan Puncak, Serius Nih?
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
20 November 2019 10:45
Jakarta, CNBC Indonesia - Setiap akhir pekan, kemacetan di Puncak, Bogor, tidak bisa dihindari. Sebagai lokasi yang menjadi tujuan destinasi wisata, warga yang melintasi kawasan ini mau tidak mau harus terbiasa terjebak macet, bahkan hingga berjam-jam lamanya dengan panjang kemacetan belasan hingga puluhan kilometer.
Lalu, apa solusi pemerintah? Salah satu solusi yang diwacanakan adalah membuat moda transportasi massal. Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Bambang Prihartono mengatakan cara ekstrem akan coba dilakukan, yakni membangun LRT menuju kawasan Puncak.
"Untuk jangka panjang, angkutan massal ke daerah Puncak, yaitu kita akan bangun LRT dari Baranangsiang (Bogor Kota). Baranangsiang akan bangun dibangun TOD (transit oriented development). Nanti dari Baranangsiang lewat Gadog kemudian ke arah Puncak," katanya di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Langkah itu, disebut Bambang, sebagai solusi jangka panjang. Sementara jangka pendek yakni dengan rekayasa lalu lintas. Kemudian jangka menengah, yaitu dengan membangun jalan alternatif.
"Kenapa demikian? Karena sampe detik ini kita gak punya angkutan massal ke arah puncak," ujar Bambang.
Rencana tersebut bukan tidak mungkin terjadi, meskipun dinilai akan sulit karena berkaitan dengan pembebasan lahan. Namun Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kemungkinan proyek LRT dibangun menuju kawasan Puncak masih bisa terjadi.
"Bisa aja, apa yang gak bisa?," kata Luhut di kantornya, kemarin.
Untuk mengurai kemacetan di Puncak, mulai tanggal 27 Oktober lalu sudah mulai diterapkan sistem manajemen rekayasa lalu lintas (MRLL) 2-1. Sistem ini hanya diberlakukan pada akhir pekan, yakni Sabtu dan Minggu.
Jika dalam sistem buka tutup kendaraan hanya bisa bergerak satu arah pada waktu tertentu (Simpang Gadog menuju Puncak atau hanya arah sebaliknya), maka dengan sistem ini, kendaraan dapat bergerak dari dua arah dalam waktu bersamaan.
"Setelah melaksanakan pertemuan bersama masyarakat sebanyak kurang lebih delapan kali, dan atas masukan masyarakat tersebut, bersama-sama kemudian kita formulasikan simulasi sistem 2-1 ini," ujar Bambang.
Sementara itu, untuk jangka pendeknya, pemerintah mewacanakan akan membuat jalur Puncak II. yakni Jalan Poros Timur mencakup Sentul-Babakan Madang-Sukamulya-Kota Bunga Cipanas Cianjur yang kondisi jalannya mayoritas masih rusak.
Namun sayang, jalur ini sudah banyak papan-papan nama yang menjelaskan kepemilikan tanah di sisi kanan dan kiri jalur. Sehingga, bukan pekerjaan mudah dalam pembebasan lahannya.
(miq/miq) Next Article Solusi Pemerintah Atasi Kemacetan Kronis Puncak: Bangun LRT!
Lalu, apa solusi pemerintah? Salah satu solusi yang diwacanakan adalah membuat moda transportasi massal. Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Bambang Prihartono mengatakan cara ekstrem akan coba dilakukan, yakni membangun LRT menuju kawasan Puncak.
"Untuk jangka panjang, angkutan massal ke daerah Puncak, yaitu kita akan bangun LRT dari Baranangsiang (Bogor Kota). Baranangsiang akan bangun dibangun TOD (transit oriented development). Nanti dari Baranangsiang lewat Gadog kemudian ke arah Puncak," katanya di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Selasa (19/11/2019).
"Kenapa demikian? Karena sampe detik ini kita gak punya angkutan massal ke arah puncak," ujar Bambang.
Rencana tersebut bukan tidak mungkin terjadi, meskipun dinilai akan sulit karena berkaitan dengan pembebasan lahan. Namun Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kemungkinan proyek LRT dibangun menuju kawasan Puncak masih bisa terjadi.
"Bisa aja, apa yang gak bisa?," kata Luhut di kantornya, kemarin.
Untuk mengurai kemacetan di Puncak, mulai tanggal 27 Oktober lalu sudah mulai diterapkan sistem manajemen rekayasa lalu lintas (MRLL) 2-1. Sistem ini hanya diberlakukan pada akhir pekan, yakni Sabtu dan Minggu.
Jika dalam sistem buka tutup kendaraan hanya bisa bergerak satu arah pada waktu tertentu (Simpang Gadog menuju Puncak atau hanya arah sebaliknya), maka dengan sistem ini, kendaraan dapat bergerak dari dua arah dalam waktu bersamaan.
"Setelah melaksanakan pertemuan bersama masyarakat sebanyak kurang lebih delapan kali, dan atas masukan masyarakat tersebut, bersama-sama kemudian kita formulasikan simulasi sistem 2-1 ini," ujar Bambang.
Sementara itu, untuk jangka pendeknya, pemerintah mewacanakan akan membuat jalur Puncak II. yakni Jalan Poros Timur mencakup Sentul-Babakan Madang-Sukamulya-Kota Bunga Cipanas Cianjur yang kondisi jalannya mayoritas masih rusak.
Namun sayang, jalur ini sudah banyak papan-papan nama yang menjelaskan kepemilikan tanah di sisi kanan dan kiri jalur. Sehingga, bukan pekerjaan mudah dalam pembebasan lahannya.
(miq/miq) Next Article Solusi Pemerintah Atasi Kemacetan Kronis Puncak: Bangun LRT!
Most Popular