
Pajak oh Pajak: Mau PPN, PPh, Semuanya Lesu Nih...!
Lidya Julita Sembiring-Kembaren, CNBC Indonesia
18 November 2019 13:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Dinamika perekonomian global sudah terasa di perekonomian domestik. Salah satunya adalah kelesuan penerimaan pajak.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengumumkan, realisasi penerimaan perpajakan selama Januari-Oktober 2019 adalah Rp 1.173,9 triliun. Jumlah ini baru 65,7% dibandingkan target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang sebesar Rp 1.786,4 triliun.
Berdasarkan jenis pajak, kontribusi terbesar adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri. Sepanjang Januari-Oktober 2019, jumlah penerimaan PPN DN adalah Rp 234,8 triliun atau 23,1% dari total penerimaan pajak.
Pada Januari-Oktober 2018, penerimaan PPN DN mampu tumbuh 8,9%. Namun tahun ini, yang ada malah terkontraksi atau turun 2,4% year-on-year (YoY).
Kontributor terbesar kedua adalah Pajak Penghasilan (PPh) Badan. Hingga Oktober, realisasi penerimaan PPh Badan adalah Rp 192,6 triliun, 18,9% dari total penerimaan pajak.
Namun dibandingkan dengan Januari-Oktober 2018, penerimaan PPh Badan turun 0,7%. Padahal pada Januari-Oktober 2018, penerimaan PPh Badan melonjak 25,2% YoY.
Kemudian penyumbang ketiga terbesar adalah PPh 21, yang pada Januari-Oktober tercatat Rp 121,27 triliun (11,9%). PPh 21 masih tumbuh 9,8% YoY, tetapi melambat karena pada Januari-Oktober 2018 membukukan kenaikan 17% YoY.
"Ada cerita sektor ekonomi yang mengalami tekanan, yaitu pertambangan dan industri. Namun ada sektor yang tumbuh yakni jasa keuangan, serta transportasi dan pergudangan. Penerimaan pajak kita teliti dari bulan ke bulan, dan pada Oktober memang ada perlambatan PPh 21 tetapi harus kita lihat dalam tren sehat. Meski perusahaan mengalami tekanan, pajak pekerja masih tumbuh mendekati 10%.
"PPh Badan memang negatif, tetapi pada Oktober saja ada rebound ke 8,5%. Jadi kita lihat turning point dan harapan awal agar tren positif tetap dijaga," papar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Senin (18/11/2019).
Suryo Utomo, Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa penerimaan pajak tertekan karena sektor migas. Sampai Oktober, PPh dari migas turun 9,3% YoY. Padahal pada 2018 bisa tumbuh 17%.
"Ini karena penurunan harga minyak di pasar internasional," ujarnya.
Sementara PPh Non-Migas, demikian Suryo, masih mencatat pertumbuhan meski hanya 3,3% YoY. Jauh melambat ketimbang Januari-Oktober 2018 yang sebesar 17%.
"Jadi koreksinya lumayan. Namun demikian, PPh Non-Migas masih tumbuh," ujar Suryo.
(aji/aji) Next Article Ini Dia 'The Real Ghostbuster' Buat Mengusir Hantu Shortfall
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengumumkan, realisasi penerimaan perpajakan selama Januari-Oktober 2019 adalah Rp 1.173,9 triliun. Jumlah ini baru 65,7% dibandingkan target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang sebesar Rp 1.786,4 triliun.
Berdasarkan jenis pajak, kontribusi terbesar adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri. Sepanjang Januari-Oktober 2019, jumlah penerimaan PPN DN adalah Rp 234,8 triliun atau 23,1% dari total penerimaan pajak.
Kontributor terbesar kedua adalah Pajak Penghasilan (PPh) Badan. Hingga Oktober, realisasi penerimaan PPh Badan adalah Rp 192,6 triliun, 18,9% dari total penerimaan pajak.
Namun dibandingkan dengan Januari-Oktober 2018, penerimaan PPh Badan turun 0,7%. Padahal pada Januari-Oktober 2018, penerimaan PPh Badan melonjak 25,2% YoY.
Kemudian penyumbang ketiga terbesar adalah PPh 21, yang pada Januari-Oktober tercatat Rp 121,27 triliun (11,9%). PPh 21 masih tumbuh 9,8% YoY, tetapi melambat karena pada Januari-Oktober 2018 membukukan kenaikan 17% YoY.
![]() |
"Ada cerita sektor ekonomi yang mengalami tekanan, yaitu pertambangan dan industri. Namun ada sektor yang tumbuh yakni jasa keuangan, serta transportasi dan pergudangan. Penerimaan pajak kita teliti dari bulan ke bulan, dan pada Oktober memang ada perlambatan PPh 21 tetapi harus kita lihat dalam tren sehat. Meski perusahaan mengalami tekanan, pajak pekerja masih tumbuh mendekati 10%.
"PPh Badan memang negatif, tetapi pada Oktober saja ada rebound ke 8,5%. Jadi kita lihat turning point dan harapan awal agar tren positif tetap dijaga," papar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Senin (18/11/2019).
Suryo Utomo, Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa penerimaan pajak tertekan karena sektor migas. Sampai Oktober, PPh dari migas turun 9,3% YoY. Padahal pada 2018 bisa tumbuh 17%.
"Ini karena penurunan harga minyak di pasar internasional," ujarnya.
Sementara PPh Non-Migas, demikian Suryo, masih mencatat pertumbuhan meski hanya 3,3% YoY. Jauh melambat ketimbang Januari-Oktober 2018 yang sebesar 17%.
"Jadi koreksinya lumayan. Namun demikian, PPh Non-Migas masih tumbuh," ujar Suryo.
(aji/aji) Next Article Ini Dia 'The Real Ghostbuster' Buat Mengusir Hantu Shortfall
Most Popular