
Kala ASEAN Berdoa Agar AS-China Kembali Mesra
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 November 2019 10:15

Dampak perang dagang AS-China terutama masuk melalui jalur ekspor. Maklum, AS-China adalah perekonomian terbesar kedua di dunia. Permintaan dari dua negara tersebut begitu menentukan kinerja ekspor negara-negara lain.
Masalahnya, AS-China masih menerapkan bea masuk untuk importasi produk dari masing-masing negara. Sejauh ini, AS sudah menerapkan bea masuk bagi impor produk China senilai US$ 550 miliar. China membalas dengan membebankan bea masuk US$ 185 miliar kepada produk-produk made in the USA.
Barang China jadi lebih mahal di AS, begitu pula sebaliknya. Akibatnya, penjualan korporasi AS di China menurun, China pun vice versa.
Dunia usaha di AS dan China akhirnya menurunkan produksi. Pada Oktober, produksi industri AS turun 1,1% YoY. Ini adalah penurunan tertajam dalam tiga tahun terakhir.
Pada saat yang sama, China masih bisa membukukan kenaikan produksi industrial 4,7% YoY. Memang tumbuh, tetapi menjadi laju terlemah sejak Agustus.
Kala dunia usaha di AS dan China menurunkan produksi, maka permintaan bahan baku dan barang modal dari berbagai negara pun dikurangi. Inilah penyebab ekspor di banyak negara babak-belur.
Ekspor non-migas Singapura pada Oktober turun 12,3% YoY. Ekspor Negeri Singa sudah mengalami kontraksi selama delapan bulan beruntun.
Indonesia juga setali tiga uang, bahkan mungkin lebih parah. Pada Oktober, ekspor Indonesia turun 6,13% YoY. Ini membuat ekspor Indonesia terkontraksi selama 12 bulan beruntun alias genap setahun.
(aji/dru)
Masalahnya, AS-China masih menerapkan bea masuk untuk importasi produk dari masing-masing negara. Sejauh ini, AS sudah menerapkan bea masuk bagi impor produk China senilai US$ 550 miliar. China membalas dengan membebankan bea masuk US$ 185 miliar kepada produk-produk made in the USA.
Barang China jadi lebih mahal di AS, begitu pula sebaliknya. Akibatnya, penjualan korporasi AS di China menurun, China pun vice versa.
Pada saat yang sama, China masih bisa membukukan kenaikan produksi industrial 4,7% YoY. Memang tumbuh, tetapi menjadi laju terlemah sejak Agustus.
Kala dunia usaha di AS dan China menurunkan produksi, maka permintaan bahan baku dan barang modal dari berbagai negara pun dikurangi. Inilah penyebab ekspor di banyak negara babak-belur.
Ekspor non-migas Singapura pada Oktober turun 12,3% YoY. Ekspor Negeri Singa sudah mengalami kontraksi selama delapan bulan beruntun.
Indonesia juga setali tiga uang, bahkan mungkin lebih parah. Pada Oktober, ekspor Indonesia turun 6,13% YoY. Ini membuat ekspor Indonesia terkontraksi selama 12 bulan beruntun alias genap setahun.
(aji/dru)
Next Page
Semoga AS-China Segera Berdamai
Pages
Most Popular