
'Merpati Tidak Pernah Ingkar Janji', Kapan Terbang Lagi?
Monica Wareza, CNBC Indonesia
14 November 2019 19:46

Bandung, CNBC Indonesia - PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero)/PPA mendapat tugas menangani aset-aset PT PT Merpati Nusantara Airlines (MNA). PPA belum tahu kepastian kapan perusahaan penerbangan pelat merah ini akan kembali mengudara semenjak stop operasi 1 Februari 2014.
Direktur Utama PPA Iman Rachman mengatakan karena perusahaan ini sudah menghentikan operasinya, tentunya membutuhkan lisensi terbang kembali untuk bisa mengoperasikan penerbangan dari regulator. Sementara, hingga saat ini MNA masih belum mampu menyelesaikan masalah keuangan terutama utang.
"Merpati tidak pernah ingkar janji, tapi kapannya nanti akan kami sampaikan lagi," kata Iman di Bandung, Jawa Barat, Kamis (14/11/2019).
Ia menjelaskan, MNA sebelumnya telah memiliki perjanjian untuk menyelesaikan masalah utang yang mencapai Rp 10 triliun melalui perjanjian dengan para kreditor. Salah satu jalannya adalah dengan mendatangkan investor baru yang akan menyuntikkan modal ke perusahaan.
Namun, sebagai perusahaan BUMN untuk mendapatkan investor baru tentunya dibutuhkan ijzn dari DPR untuk melakukan privatisasi. Hingga saat ini, izin tersebut bahkan belum disampaikan ke DPR.
Aset MNA yang masih dapat beroperasi adalah bisnis maintenance, repair & overhaul (MRO) penerbangan serta training center yang akan dikerjasamakan dengan PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA).
"Sedang diskusi," kata Dikdik Permadi Yoffana, Direktur Konsultasi Bisnis dan Aset Manajemen PPA.
Sebelumnya Merpati memulai bisnis kargo per 10 November 2019 dengan pesawat milik Garuda Indonesia. Layanan kargo Merpati bakal melayani pengiriman berbagai barang dari 10 perusahaan BUMN yang belum lama ini teken kontrak kerja sama.
Kesepuluh BUMN tersebut yakni PT Garuda Indonesia (Persero), PT Semen Indonesia (Persero), PT Pertamina (Persero), Perum Bulog, Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), PT PLN (Persero), Bank Mandiri, Bank BTN, Bank BNI, hingga Bank BRI. Kerja sama ini bagian dari sinergi BUMN untuk membantu Merpati.
Terkait, posisi utang, pihak MNA sempat mengklaim kini hanya tersisa Rp 6 triliun. Berdasarkan data Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Merpati memiliki utang lebih dari Rp 10 triliun pada akhir 2018.
Aset Merpati ditaksir hanya Rp 1,21 triliun, sehingga, ekuitas perseroan minus Rp 9,51 triliun. Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Asep Ekanugraha pernah mengungkapkan beberapa waktu lalu bahwa angka tersebut sudah berubah.
"Posisi utang kita sekitar Rp 6 triliun," kata Asep di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jakarta, Rabu (16/10/2019).
(hoi/hoi) Next Article 10 BUMN Keroyokan Bangkitkan Lagi Merpati Airlines
Direktur Utama PPA Iman Rachman mengatakan karena perusahaan ini sudah menghentikan operasinya, tentunya membutuhkan lisensi terbang kembali untuk bisa mengoperasikan penerbangan dari regulator. Sementara, hingga saat ini MNA masih belum mampu menyelesaikan masalah keuangan terutama utang.
"Merpati tidak pernah ingkar janji, tapi kapannya nanti akan kami sampaikan lagi," kata Iman di Bandung, Jawa Barat, Kamis (14/11/2019).
Ia menjelaskan, MNA sebelumnya telah memiliki perjanjian untuk menyelesaikan masalah utang yang mencapai Rp 10 triliun melalui perjanjian dengan para kreditor. Salah satu jalannya adalah dengan mendatangkan investor baru yang akan menyuntikkan modal ke perusahaan.
Namun, sebagai perusahaan BUMN untuk mendapatkan investor baru tentunya dibutuhkan ijzn dari DPR untuk melakukan privatisasi. Hingga saat ini, izin tersebut bahkan belum disampaikan ke DPR.
Aset MNA yang masih dapat beroperasi adalah bisnis maintenance, repair & overhaul (MRO) penerbangan serta training center yang akan dikerjasamakan dengan PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA).
"Sedang diskusi," kata Dikdik Permadi Yoffana, Direktur Konsultasi Bisnis dan Aset Manajemen PPA.
Sebelumnya Merpati memulai bisnis kargo per 10 November 2019 dengan pesawat milik Garuda Indonesia. Layanan kargo Merpati bakal melayani pengiriman berbagai barang dari 10 perusahaan BUMN yang belum lama ini teken kontrak kerja sama.
Kesepuluh BUMN tersebut yakni PT Garuda Indonesia (Persero), PT Semen Indonesia (Persero), PT Pertamina (Persero), Perum Bulog, Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), PT PLN (Persero), Bank Mandiri, Bank BTN, Bank BNI, hingga Bank BRI. Kerja sama ini bagian dari sinergi BUMN untuk membantu Merpati.
Terkait, posisi utang, pihak MNA sempat mengklaim kini hanya tersisa Rp 6 triliun. Berdasarkan data Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Merpati memiliki utang lebih dari Rp 10 triliun pada akhir 2018.
Aset Merpati ditaksir hanya Rp 1,21 triliun, sehingga, ekuitas perseroan minus Rp 9,51 triliun. Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Asep Ekanugraha pernah mengungkapkan beberapa waktu lalu bahwa angka tersebut sudah berubah.
"Posisi utang kita sekitar Rp 6 triliun," kata Asep di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jakarta, Rabu (16/10/2019).
(hoi/hoi) Next Article 10 BUMN Keroyokan Bangkitkan Lagi Merpati Airlines
Most Popular