Alih-alih membuat pasar tenang, pidato Trump yang dilakukan Selasa (12/11/2019) itu justru jadi bola liar yang menyulut kembali api perang dagang terutama dengan China.
Setidaknya ada sejumlah isu yang mendapat komentar ter-update dari presiden kontroversial ini. Mulai dari ketegangan dengan China hingga keinginannya bekerja sama dengan diktator asal menguntungkan AS.
Berikut rangkuman CNBC Indonesia.
Bukan menentramkan ketegangan mengingat fase satu perundingan dagang tengah dilakukan, Trump sepertinya terus mendiskreditkan negara ini.
Ia menuding China sudah memanfaatkan AS. Bahkan sejak aktiv menjadi organisasi perdagangan PBB, World Trade organization (WTO) di 2001 lalu.
"Sejak masuknya China ke WTO ... tidak ada yang memanipulasi lebih baik atau memanfaatkan AS lebih banyak," katanya dikutip dari CNBC International.
"Aku tidak akan mengatakan kata "curang". tapi tidak ada yang lebih curang dari China."
Trump pun menyalahkan para pimpinan AS sebelumnya karena tak sukses bernegosiasi dengan China.
Dikatakan Trump, lemahnya pemimpin AS terdahulu, membuat China bisa memanipulasi perjanjian yang ujung-ujungnya merugikan pekerja manufaktur AS.
Perang dagang antara AS dan China sudah terjadi hampir dua tahun. AS pertama kali menerapkan kenaikan tarif impor pada barang China sejak Maret 2018 lalu.
Oktober lalu, kedua negara melakukan pertemuan dagang. Dari pertemuan itu, AS dan China setuju akan adanya perjanjian perdamaian fase pertama, yang akan ditandata-tangani setelah pertemuan ini.
Tapi poin pentingnya adalah, AS ingin China lebih membuka pintu masuk pada barang atau jasa dari AS dan menghapus upaya pencurian intelektual, yang selama ini dituduhkan Washington pada Beijing.
China pun menekan AS dengan meminta penghapusan seluruh tarif yang diberlakukan ke negara itu. AS setidaknya masih memiliki hutang menghapus satu tarif lagi ke China, yang akan diberlakukan negara adi daya itu Desember nanti.
"Kita sudah dekan dengan deal ke China," tegas Trump lagi. "Kalau tidak tercipta deal dengan China, kita akan naikan tarif dengan sangat substansial."
Donald Trump melemparkan banyak peluru ke sejumlah negara yang dianggapnya "musuh" perdagangan negara adi daya itu.
Bukan hanya China, yang memang menjadi seteru AS setahun belakangan ini. Trump juga menuding Uni Eropa melakukan sejumlah hal yang buruk ke ekonomi AS.
"Banyak negara yang secara tidak wajar menerapkan tarif yang tinggi atau menciptakan halangan perdagangan perdagangan yang sulit," ujar Trump dikutip CNBC International.
"Saya akan jujur, Uni Eropa ... hambatan yang mereka hadapi sangat mengerikan. Dalam hal ini lebih buruk daripada China."
Dalam kesempatan itu, ia menegaskan AS tak segan menaikkan tarif dengan negara manapun yang dianggapnya telah berbuat curang ke AS.
"Kita akan menaikkan tarif pada negara manapun yang sudah memperlakukan kita dengan buruk. Ada banyak negara yang sudah salah memperlakukan kita," katanya.
Ia pun membantah kalau perang dagang yang dilancarkannya membuat ketidakpastian global. Ia menilai apa yang ia lakukan adalah tindakan yang benar.
Menurutnya hal yang salah adalah jika dirinya sebagai pemimpin AS tidak melakukan hal apapun untuk kepentingan ekonomi terutama petani AS.
Trump, merujuk pemimpin AS sebelumnya sebagai biang keladi yang membiarkan negara lain semena-mena terhadap AS.
"Biaya dari tidak melakukan apapun adalah hal yang membunuh kita," katanya lagi. Trump mengatakan AS sempat mengalami defisit perdagangan hingga US$ 800 miliar
Sebelumnya, ketegangan dagang antara AS dan UE terjadi karena kisruh maskapai asal kedua negara yakni Airbus dan Boeing.
AS menuduh Eropa memberi subsidi ilegal pada Airbus dan melaporkannya ke World Trade Organization (WTO).
AS kemudian menerapkan kenaikan tarif ke sejumlah barang Eropa setelah dinyatakan menang oleh WTO.
Dalam pidatonya Presiden AS Donald Trump juga mengatakan pihaknya membuka pintu seluas-luasnya untuk bekerja sama dengan siapapun.
Termasuk diktator dari negara manapun yang akan ingin bermitra dan sesuai dengan kepentingan AS.
Ia menekankan tidak akan pilih-pilih teman, untuk kepentingan penguatan ekonomi AS.
"Inilah tindakan yang saya lakukan. Ketika saya bertemu banyak pemimpin yang datang- raja,ratu, perdana menteri, presiden dan diktator - saya temui mereka semua," katanya.
Semua pihak ingin datang (bekerja sama dengan AS). Dikatator, oke saja, datang saja. Apapun asal baik bagi AS," katanya lagi.