
CAD Membaik, Ini Penyebabnya
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 November 2019 14:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2019. Pos yang kerap menjadi sorotan adalah transaksi berjalan (current account).
Sejak 2011, transaksi berjalan Indonesia terus membukukan defisit sampai saat ini. Pada kuartal III-2019, defisit transaksi berjalan tercatat US$ 7,66 miliar atau 2,66% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Meski masih defisit, tetapi membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang tekor 2,93% PDB.
Transaksi berjalan adalah neraca yang mencerminkan pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan valas dari pos ini dinilai lebih berjangka panjang sehingga menjadi fondasi penting bagi nilai tukar mata uang.
Transaksi berjalan sendiri terdiri dari beberapa sub-kelompok. Pertama adalah neraca perdagangan barang, yang surplus US$ 1,25 miliar. Jauh membaik dibandingkan kuartal II-2019 yang sebesar US$ 483 juta.
Perbaikan neraca perdagangan barang didukung oleh menyusutnya defisit neraca migas. BI mencatat defisit neraca migas turun US$ 809 juta dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal III-2019 defisit neraca dagang migas adalah US$ 2,2 miliar.
Sebagai catatan, impor migas di sepanjang Januari-September 2019 tercatat US$ 15,8 miliar. Turun 28,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Di sisi lain ekspor migas juga turun 25,4% secara tahunan pada periode sembilan bulan awal 2019. Pada Januari-September 2018, ekspor migas Indonesia tercatat US$ 12,6 miliar dan tahun ini adalah US$ 9,4 miliar. Akibatnya defisit neraca migas turun dari US$ 9,45 miliar menjadi US$ 6,4 miliar.
Keberhasilan untuk mengurangi impor migas ini tentu berdampak positif terhadap transaksi berjalan RI. Ke depan program-program yang ditargetkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak perlu diprioritaskan seperti B30.
Sejak 2011, transaksi berjalan Indonesia terus membukukan defisit sampai saat ini. Pada kuartal III-2019, defisit transaksi berjalan tercatat US$ 7,66 miliar atau 2,66% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Meski masih defisit, tetapi membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang tekor 2,93% PDB.
Transaksi berjalan adalah neraca yang mencerminkan pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan valas dari pos ini dinilai lebih berjangka panjang sehingga menjadi fondasi penting bagi nilai tukar mata uang.
Transaksi berjalan sendiri terdiri dari beberapa sub-kelompok. Pertama adalah neraca perdagangan barang, yang surplus US$ 1,25 miliar. Jauh membaik dibandingkan kuartal II-2019 yang sebesar US$ 483 juta.
Perbaikan neraca perdagangan barang didukung oleh menyusutnya defisit neraca migas. BI mencatat defisit neraca migas turun US$ 809 juta dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal III-2019 defisit neraca dagang migas adalah US$ 2,2 miliar.
Sebagai catatan, impor migas di sepanjang Januari-September 2019 tercatat US$ 15,8 miliar. Turun 28,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Di sisi lain ekspor migas juga turun 25,4% secara tahunan pada periode sembilan bulan awal 2019. Pada Januari-September 2018, ekspor migas Indonesia tercatat US$ 12,6 miliar dan tahun ini adalah US$ 9,4 miliar. Akibatnya defisit neraca migas turun dari US$ 9,45 miliar menjadi US$ 6,4 miliar.
![]() |
Keberhasilan untuk mengurangi impor migas ini tentu berdampak positif terhadap transaksi berjalan RI. Ke depan program-program yang ditargetkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak perlu diprioritaskan seperti B30.
Next Page
Ini yang Bikin CAD Membaik
Pages
Most Popular