
CAD Membaik, Ini Penyebabnya
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 November 2019 14:19

Namun apabila ditinjau dari neraca perdagangan non-migas, nilainya justru turun pada kuartal III-2019 dibanding kuartal sebelumnya. BI mencatat surplus perdagangan non-migas pada kuartal III turun 11,8% dibanding kuartal sebelumnya.
Kalau dilihat dari sisi ekspor, pertumbuhan ekspor sepuluh komoditas utama non-migas pada kuartal III 2019 terkontraksi 6,8% (YoY). Ekspor dua komoditas unggulan tanah air yaitu batu bara dan CPO masih mengalami kontraksi pada kuartal III.
Perlu diketahui ekspor batu bara memberikan sumbangsih sebesar 14,66% dari total ekspor sepanjang 2019. Sementara ekspor CPO menyumbang sebesar 10,81%.
Ekspor batu bara pada kuartal III-2019 terkontraksi hingga 15,4% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya 2,2%. Penyebab penurunan ekspor tersebut dikarenakan turunnya ekspor batu bara ke India, Jepang dan Malaysia.
Komoditas unggulan lain yang juga mengalami kontraksi adalah CPO. Ekspor CPO mengalami perbaikan walau masih terkontraksi.
Pada kuartal III-2019, kontraksi ekspor CPO tercatat sebesar 20,2% (YoY) lebih baik dari kuartal sebelumnya yang mencapai 20,3% (YoY). Perbaikan terjadi karena meningkatnya pertumbuhan ekspor ke China seiring dengan eskalasi perang dagang dengan Amerika Serikat.
Secara keseluruhan neraca perdagangan barang mencatatkan surplus terbesar di tahun ini sebesar US$ 1,2 miliar. Nasib berkebalikan dialami oleh neraca jasa yang defisitnya semakin melebar.
Pada kuartal III-2019, defisit neraca perdagangan jasa adalah US$ 2,27 miliar. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yang minus US$ 1,9 miliar. Penurunan neraca jasa terutama terjadi pada jasa transportasi sejalan dengan peningkatan impor barang non-migas dan pelaksanaan kegiatan ibadah haji.
Kemudian ada pos pendapatan primer, yang menunjukkan perbaikan. Pada kuartal III-2019, pendapatan primer memang masih defisit US$ 8,4 miliar, tetapi lebih landai dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 8,7 miliar. Perbaikan di pos pendapatan primer terjadi karena adanya lebih rendahnya repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.
Surplus terjadi di pos pendapatan sekunder. Pada kuartal III-2019, pendapatan sekunder mencatat surplus US$ 1,78 miliar. Lebih rendah ketimbang kuartal II-2019 yang sebesar 1,99 miliar.
Jadi kesimpulannya perbaikan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III diakibatkan oleh surplus neraca perdagangan barang yang melonjak tajam dan penurunan defisit pos pendapatan primer.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Kalau dilihat dari sisi ekspor, pertumbuhan ekspor sepuluh komoditas utama non-migas pada kuartal III 2019 terkontraksi 6,8% (YoY). Ekspor dua komoditas unggulan tanah air yaitu batu bara dan CPO masih mengalami kontraksi pada kuartal III.
![]() |
Ekspor batu bara pada kuartal III-2019 terkontraksi hingga 15,4% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya 2,2%. Penyebab penurunan ekspor tersebut dikarenakan turunnya ekspor batu bara ke India, Jepang dan Malaysia.
Komoditas unggulan lain yang juga mengalami kontraksi adalah CPO. Ekspor CPO mengalami perbaikan walau masih terkontraksi.
Pada kuartal III-2019, kontraksi ekspor CPO tercatat sebesar 20,2% (YoY) lebih baik dari kuartal sebelumnya yang mencapai 20,3% (YoY). Perbaikan terjadi karena meningkatnya pertumbuhan ekspor ke China seiring dengan eskalasi perang dagang dengan Amerika Serikat.
Secara keseluruhan neraca perdagangan barang mencatatkan surplus terbesar di tahun ini sebesar US$ 1,2 miliar. Nasib berkebalikan dialami oleh neraca jasa yang defisitnya semakin melebar.
Pada kuartal III-2019, defisit neraca perdagangan jasa adalah US$ 2,27 miliar. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yang minus US$ 1,9 miliar. Penurunan neraca jasa terutama terjadi pada jasa transportasi sejalan dengan peningkatan impor barang non-migas dan pelaksanaan kegiatan ibadah haji.
Kemudian ada pos pendapatan primer, yang menunjukkan perbaikan. Pada kuartal III-2019, pendapatan primer memang masih defisit US$ 8,4 miliar, tetapi lebih landai dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 8,7 miliar. Perbaikan di pos pendapatan primer terjadi karena adanya lebih rendahnya repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.
Surplus terjadi di pos pendapatan sekunder. Pada kuartal III-2019, pendapatan sekunder mencatat surplus US$ 1,78 miliar. Lebih rendah ketimbang kuartal II-2019 yang sebesar 1,99 miliar.
Jadi kesimpulannya perbaikan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III diakibatkan oleh surplus neraca perdagangan barang yang melonjak tajam dan penurunan defisit pos pendapatan primer.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pages
Most Popular