TPPI Jadi BUMN dan Nasib Masa Depan Petrokimia RI

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
05 November 2019 17:14
TPPI Jadi BUMN dan Nasib Masa Depan Petrokimia RI
Foto: Hore….Pertamina Ditunjuk Kelola Tuban Petro (CNBC Indonesia TV)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah resmi menguasai 96% saham PT Tuban Petrochemical Industries (TPI). Melalui TPI dan anak perusahaannya PT Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI), pemerintah akan mengembangkan industri petrokimia dalam negeri.

Sebelumnya, pemerintah telah memiliki 70% saham TPI alias Petro Tuban. Namun dalam upaya penyehatan keuangan perusahaan yang terlilit utang, pemerintah menyuntikkan modal negara (PMN). Dengan demikian, utang TPI bakal berkurang dari Rp 3,3 triliun menjadi Rp 700 miliar saja.

TPI sebagai induk usaha TPPI selama ini difungsikan sebagai pengolah BBM. Langkah restrukturisasi utang yang ditempuh akan memberikan kesempatan perusahaan untuk berkembang sebagai basis industri petrokimia nasional yang terintegrasi.

Ke depan kilang TPPI yang sempat mangkrak dapat dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan industri petrokimia domestik dan dapat diarahkan untuk pasar ekspor.

Sebelum "mati suri", kilang milik TPPI sebenarnya beroperasi dan memiliki potensi yang besar. Menurut data Pertamina pada 2015, kilang TPPI dapat menghasilkan sekitar 61.000 barel per hari premium, 10.000 barel per hari HOMC, 11.500 barel per hari solar dan LPG dengan kapasitas 480 metrik ton per hari.

Kilang TPPI dapat memproses sekitar 100.000 barel per hari kondensat dan atau nafta. Beberapa produk yang dihasilkan oleh kilang TPPI antara lain LPG, solar, premium dan aromatik seperti (paraxylene, orthoxylene, benzene dan toluene).

Melihat potensi yang besar tersebut, pemerintahan Jokowi menetapkan bahwa kilang tersebut akan menjadi basis industri petrokimia nasional. Menurut Kementerian Perindustrian, industri petrokimia nasional sebenarnya terbagi menjadi tiga lapis yaitu industri hulu, industri petrokimia antara dan industri hilir.

Industri hulu menghasilkan beberapa produk dasar petrokimia seperti olefin (ethylene,propiline,butadiene,dll), industri aromatik (benzene,xylene, toluene) serta industri berbasis C-1 (ammonia dan methanol).
Menimbang Potensi Pengembangan Industri Petrokimia Lewat TPPISumber : IHS Markit
Industri petrokimia antara mengolah produk olefin menjadi produk turunannya seperti ethylene glycol, styrene, vinyl chloride dll, sementara industri hilir menghasilkan barang jadi seperti plastik dan produk tekstil ke pelanggan akhir.

Saat ini, industri petrokimia Indonesia masih didominasi oleh PT Chandra Asri Petrochemicals Tbk (TPIA) yang merupakan anak perusahaan PT Barito Pasific Tbk (BRPT). TPIA merupakan market leader di industri petrokimia tanah air dengan bisnis model yang terintegrasi. Artinya TPIA menghasilkan berbagai produk petrokimia hulu hingga ke hilir.
Tercatat TPIA menghasilkan 4 produk petrokimia hulu, dua produk antara dan empat produk hilir pada 2018. Sementara pada tahun yang sama TPPI hanya dioperasikan untuk menghasilkan produk kimia hulu yaitu benzene dan paraxylene.

Kedua segmen tersebut merupakan pangsa pasar yang belum digarap oleh kompetitor lainnya, bahkan termasuk TPIA. Pada 2018, segmen produksi benzene dan xylene hanya dikuasai oleh Pertamina dan TPPI. Tentu hal tersebut memberikan keuntungan untuk TPPI karena tidak berhadapan secara head to head dengan kompetitor yang lain.

Lanskap persaingan industri petrokimia tanah air masih diwarnai oleh delapan pemain besar saja baik yang fokus di satu sektor saja maupun yang terintegrasi seperti TPIA dan Pertamina. Mereka adalah PT Lotte Chemical Titan, Polytama, Asahimas dan Polychem.
Menimbang Potensi Pengembangan Industri Petrokimia Lewat TPPISumber : TPIA, Nexant

Paraxylene yang dihasilkan kilang TPPI merupakan bahan baku pembuatan produk plastik. Sejak 2015-2018, impor paraxylene Indonesia cenderung meningkat. Impor paraxylene Indonesia tumbuh rata-rata 5,49% per tahun sejak 2015-2018. Terakhir, impor paraxylene Indonesia pada 2018 mencapai US$ 890 juta atau setara dengan Rp 12,5 triliun dengan asumsi 14.000/US$.



Dengan kapasitas produksi yang tinggi, kilang TPPI dapat dioptimalkan untuk mendongkrak produksi produk petrokimia dalam negeri. Produk tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan domestik serta untuk diekspor. Ekspor produk hasil minyak dari industri petrokimia tentu akan mengurangi defisit neraca dagang Indonesia yang terjadi akibat impor minyak dan hasil minyak yang selama ini terjadi.

Ke depan jika memang diarahkan untuk menjadi salah satu pilar industri petrokimia tanah air, potensi kilang dapat ditingkatkan untuk bersinergi dengan Pertamina mengingat TPPI sudah menjadi milik negara.

Nexant memprediksikan bahwa permintaan produk industri petrokimia dalam negeri akan terus bertumbuh dan solid didukung oleh peningkatan populasi, bertambahnya jumlah penduduk kelas menengah, aktivitas manufaktur serta urbanisasi yang tinggi.

Selain pasarnya yang bisa dibilang menjanjikan, pengembangan industri petrokimia tanah air juga akan berdampak positif terhadap perekonomian. Menurut kajian yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan, beberapa kontribusi positif tersebut antara lain

• Pengurangan volume impor sebesar hingga 6.200 kilo ton per tahun (KTPA) di tahun 2030 untuk produk petrokimia utama
• Menghemat devisa hingga US$ 6,6 miliar di tahun 2030
• Proyeksi pendapatan pajak yang dapat diperoleh mencapai US$ 1,3 miliar pada 2030
• Penyerapan lapangan pekerjaan lebih dari 2000 orang
• Total investasi yang dibutuhkan mencapai US$ 12,2 miliar hingga 2030
• Pemanfaatan kondensat dalam negeri, dan
• Membantu mempercepat pembangunan industri hilir yang berbahan baku produk petrokimia


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular