
Ekonomi Melambat, Rakyat Tunggu Gebrakan Jokowi dan Menteri!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 October 2019 06:42

Oleh karena itu, kunci untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi adalah faktor domestik. Nah, masalahnya permintaan domestik juga sedang loyo. Buktinya ya itu tadi, pertumbuhan kredit perbankan terus melambat.
BI sudah mencoba memberi 'jamu' dari sisi penawaran dengan menurunkan suku bunga acuan. Sejak awal tahun, Gubernur Perry Warjiyo dan kolega sudah empat kali menurunkan suku bunga acuan. Plus kebijakan pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) yang membuat perbankan bisa mengelola likuiditas untuk disalurkan ke kredit.
Terlihat suku bunga kredit bergerak dalam tren menurun pada tahun ini, meski masih di kisaran belasan persen. Tren penurunan suku bunga kredit diharapkan mampu menaikkan minat dunia usaha dan rumah tangga untuk mengakses pembiayaan perbankan.
"Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi domestik dan global dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal serta turut mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," demikian sebut keterangan tertulis BI usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Oktober.
Artinya, posisi (stance) kebijakan moneter maupun makroprudensial masih bias longgar. Bukan tidak mungkin BI 7 Day Reverse Repo Rate kembali diturunkan demi mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, inflasi yang stabil (dekat dengan titik tengah Bank Indonesia), dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil, Bank Indonesia memiliki lebih banyak ruang untuk memangkas suku bunga kebijakan lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan. Kami melihat adanya kemungkinan penurunan suku bunga lanjutan sebesar 25 bps pada kuartal IV-2019," sebut Masyita Crystallin, Kepala Ekonom DBS Indonesia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/sef)
BI sudah mencoba memberi 'jamu' dari sisi penawaran dengan menurunkan suku bunga acuan. Sejak awal tahun, Gubernur Perry Warjiyo dan kolega sudah empat kali menurunkan suku bunga acuan. Plus kebijakan pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) yang membuat perbankan bisa mengelola likuiditas untuk disalurkan ke kredit.
Terlihat suku bunga kredit bergerak dalam tren menurun pada tahun ini, meski masih di kisaran belasan persen. Tren penurunan suku bunga kredit diharapkan mampu menaikkan minat dunia usaha dan rumah tangga untuk mengakses pembiayaan perbankan.
"Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi domestik dan global dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal serta turut mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," demikian sebut keterangan tertulis BI usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Oktober.
Artinya, posisi (stance) kebijakan moneter maupun makroprudensial masih bias longgar. Bukan tidak mungkin BI 7 Day Reverse Repo Rate kembali diturunkan demi mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, inflasi yang stabil (dekat dengan titik tengah Bank Indonesia), dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil, Bank Indonesia memiliki lebih banyak ruang untuk memangkas suku bunga kebijakan lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan. Kami melihat adanya kemungkinan penurunan suku bunga lanjutan sebesar 25 bps pada kuartal IV-2019," sebut Masyita Crystallin, Kepala Ekonom DBS Indonesia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/sef)
Next Page
Pemerintah Juga Harus Beri Terobosan!
Pages
Most Popular