
Jokowi Beri Arahan Khusus Soal Nasib Krakatau Steel
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
28 October 2019 20:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaruh perhatian pada nasib PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). Orang nomor satu di Indonesia ini meminta Menteri Perindustrian Agus Gumiwang untuk mencari cara agar perusahaan baja tersebut mampu berkompetisi di pasar.
Hal tersebut terungkap saat Agus Gumiwang menanggapi pertanyaan awak media yang menanyakan upaya menyelamatkan industri baja dan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) nasional yang mengalami tekanan.
"Baja akan segera kita lihat, pelajari, paling tidak saya (pelajari) karena memang arahan dari Bapak Presiden, Krakatau Steel diberi perhatian agar mereka bisa berkompetisi di market," kata Agus di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (28/10/2019).
Disinggung apa langkah lanjutan Kemenperin, Agus mengatakan perlu mempelajari terlebih dahulu masalah tersebut. Begitu juga dengan upaya penyelamatan di industri TPT.
Kinerja keuangan KRAS memang masih bermasalah, kini dalam proses restrukturisasi keuangan dan organisasi. KRAS didera kerugian selama 7 tahun berturut-turut, utang menggunung, isu PHK massal, hingga mundurnya komisaris independen belum lama ini.
Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang KRAS mencapai US$ 2,49 miliar atau setara Rp 35 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$), naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.
Secara umum, industri baja nasional memang menghadapi tekanan. Utilisasi kapasitas industri baja nasional 2018 masih relatif rendah di kisaran 35-66% akibat derasnya produk impor.
Yang paling tertekan adalah produsen baja lapis nasional. Menurut data BPS 2018, impor baja lapis sampai Juli 2019 tercatat sebesar 864 ribu ton, yang mana pada bulan Juli 2019 terjadi peningkatan importasi yang signifikan sebesar 125 ribu ton, mayoritas berasal dari Vietnam sebesar 18 ribu ton.
(hoi/hoi) Next Article Bos KRAS Pimpin Asosiasi Industri Besi-Baja se-Asia Tenggara
Hal tersebut terungkap saat Agus Gumiwang menanggapi pertanyaan awak media yang menanyakan upaya menyelamatkan industri baja dan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) nasional yang mengalami tekanan.
"Baja akan segera kita lihat, pelajari, paling tidak saya (pelajari) karena memang arahan dari Bapak Presiden, Krakatau Steel diberi perhatian agar mereka bisa berkompetisi di market," kata Agus di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (28/10/2019).
Kinerja keuangan KRAS memang masih bermasalah, kini dalam proses restrukturisasi keuangan dan organisasi. KRAS didera kerugian selama 7 tahun berturut-turut, utang menggunung, isu PHK massal, hingga mundurnya komisaris independen belum lama ini.
Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang KRAS mencapai US$ 2,49 miliar atau setara Rp 35 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$), naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.
Secara umum, industri baja nasional memang menghadapi tekanan. Utilisasi kapasitas industri baja nasional 2018 masih relatif rendah di kisaran 35-66% akibat derasnya produk impor.
Yang paling tertekan adalah produsen baja lapis nasional. Menurut data BPS 2018, impor baja lapis sampai Juli 2019 tercatat sebesar 864 ribu ton, yang mana pada bulan Juli 2019 terjadi peningkatan importasi yang signifikan sebesar 125 ribu ton, mayoritas berasal dari Vietnam sebesar 18 ribu ton.
(hoi/hoi) Next Article Bos KRAS Pimpin Asosiasi Industri Besi-Baja se-Asia Tenggara
Most Popular