Internasional

Shisha Dipajakin, Warga Saudi Kritik Pemerintah di Medsos

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
26 October 2019 14:24
Pemerintah Arab Saudi dikritik di media sosial karena memberi pajak ke shisha
Foto: Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menghadiri pembukaan KTT para pemimpin G20 di Buenos Aires, Argentina 30 November 2018. REUTERS / Sergio Moraes / File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah Arab Saudi dikritik di media sosial. Pasalnya, negara kerjaan itu baru saja mengenakan kenaikan pajak hingga 100% pada tagihan restoran yang melayani shisha (hookah), yang populer sebagai hiburan di Saudi.

Kehebohan dipicu kebingungan tentang bagaimana pajak akan diterapkan. Dikutip dari AFP, di jagad medsos Saudi-pun muncul tagar "pajak restoran hookah" sebagai bentuk kecaman ke aturan baru itu.


Bukan hanya itu, banyak anak muda Saudi juga memposting tagihan mereka di restoran, yang angkanya melonjak dua kali lipat karena shisha. Alhasil, beberapa restoran memilih berhenti menawarkan shiha sementara yang lain menurunkan harga untuk menenangkan pelanggan.

Aturan pajak ini berlaku mulai Oktober ini. Bukan hanya shisha, pajak serupa juga akan berlaku untuk semua produk tembakau.

"Pajak tembakau ini kontroversial dan membingungkan," tulis surat kabar Saudi, Al-Madina.

Pengguna Twitter juga mengatakan keputusan baru ini bertentangan dengan ambisi 2030 negara itu, yang ingin mengubah citra ultra konservatif guna memperbaiki perekonomian. Apalagi tumpuannya bukan hanya investasi dan pariwisata.


Shisha adalah gaya merokok tembakau ala Timur Tengah. Caranya sedikit berbeda dengan menghisap tembakau pada umumnya, di mana terdapat tabung atau pipa yang berisi air dengan wadah sebagai tempat asap, mangkuk, pipa, dan selang penghirup asap.

Beberapa tahun terakhir, guna menghadapi defisit anggaran yang terus terjadi, negara pengekspor minyak ini telah melakukan sejumlah reformasi kebijakan. mulai dari memotong subsisi bahan bakar dan listrik, hingga mengenakan pajak termasuk pada produk makanan dan minuman ringan.

Meski ramai di medsos dan mengundang kecaman dari mayoritas masyarakat, banyak pengamat kesehatan menilai langkah ini baik untuk melindungi masyarakat.

"Ini adalah cara tidak langsung untuk melarang shisha tanpa benar-benar melarangnya," tulis Twitter Elevtronic Lawyer, salah satu akun dengan jumlah pengikut terbanyak, mencapai 80.000, di Saudi.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Arab Saudi Siap Pulihkan Pasokan Minyak Pasca Serangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular