
Kabar Gembira, 98,86% Wilayah RI Sudah Tersambung Listrik
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
24 October 2019 16:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM mencatat rasio elektrifikasi hingga September 2019 mencapai 98,86%. Adapun target hingga akhir 2019 rasio elektrifikasi mencapai 99,99%.
"Per September 2019 sudah mencapai 98,86% dari tahun lalu 98,3%, Selama 4 tahun terakhir rata-rata mencapai 3 persen lebih perkembangannya," kata Direktur Pembinaan Program dan Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P Hutajulu saat Media Gathering di kantor Dirjen Ketenagalistrikan, Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Menurutnya, angka tersebut sudah lebih baik dibanding sebelumnya, di mana-mana rata-rata rasio elektrifikasi hanya mencapai 1% saja. Fakta lain terkait rasio elektrifikasi ini adalah di mana di Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah mencapai 73%.
"Dulu hanya 60% sekarang 73%. Jadi kita pacu bagaimanapun caranya karena tertinggal dari propinsi lain," jelasnya lagi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan (Gatrik) Rida Mulyana mengatakan akan terus menggenjot rasio elektrifikasi sesuai target. Berbagai upaya dilakukan antara lain Listrik Desa (LisDes) serta melalui Papua Terang.
"(Dari target) sisa yang 1,1% persen itu tersebar di daerah yang kalau tak pulau kecil, daerah yang remote," ujarnya.
Sebelumnya, PT PLN mengatakan yang menjadi kendala rasio elektrifikasi ini terutama di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) karena masyarakatnya tidak memiliki kapasitas keuangan untuk penyambungan listrik. Untuk biaya penyambungan listrik diperlukan sekitar Rp 700.000, untuk masyarakat 3T nilai ini bisa dibilang cukup tinggi.
Meski banyak kerja sama yang dijalin PLN namun tetap masih ada gap untuk masyarakat 3T mendapatkan listrik.
"Tapi peran PLN sebagai PSO itu memang dituntut memberikan layanan tersebut. Makanya kami mau mengundang voluntary kepada saudara kita yg belum mendapatkan listrik. Kami punya program one man one hope untuk memberikan voluntary sambungan listrik. Dengan program ini, maka listrik bisa menjangkau mereka," kata Plt Direktur Utama PLN Sripeni Inten.
(gus/gus) Next Article Konsumsi Listrik RI Masih Kalah Dibanding Brunei & Singapura
"Per September 2019 sudah mencapai 98,86% dari tahun lalu 98,3%, Selama 4 tahun terakhir rata-rata mencapai 3 persen lebih perkembangannya," kata Direktur Pembinaan Program dan Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P Hutajulu saat Media Gathering di kantor Dirjen Ketenagalistrikan, Jakarta, Kamis (24/10/2019).
"Dulu hanya 60% sekarang 73%. Jadi kita pacu bagaimanapun caranya karena tertinggal dari propinsi lain," jelasnya lagi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan (Gatrik) Rida Mulyana mengatakan akan terus menggenjot rasio elektrifikasi sesuai target. Berbagai upaya dilakukan antara lain Listrik Desa (LisDes) serta melalui Papua Terang.
"(Dari target) sisa yang 1,1% persen itu tersebar di daerah yang kalau tak pulau kecil, daerah yang remote," ujarnya.
Sebelumnya, PT PLN mengatakan yang menjadi kendala rasio elektrifikasi ini terutama di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) karena masyarakatnya tidak memiliki kapasitas keuangan untuk penyambungan listrik. Untuk biaya penyambungan listrik diperlukan sekitar Rp 700.000, untuk masyarakat 3T nilai ini bisa dibilang cukup tinggi.
Meski banyak kerja sama yang dijalin PLN namun tetap masih ada gap untuk masyarakat 3T mendapatkan listrik.
"Tapi peran PLN sebagai PSO itu memang dituntut memberikan layanan tersebut. Makanya kami mau mengundang voluntary kepada saudara kita yg belum mendapatkan listrik. Kami punya program one man one hope untuk memberikan voluntary sambungan listrik. Dengan program ini, maka listrik bisa menjangkau mereka," kata Plt Direktur Utama PLN Sripeni Inten.
(gus/gus) Next Article Konsumsi Listrik RI Masih Kalah Dibanding Brunei & Singapura
Most Popular