
Terungkap, Alasan Pemerintah Cari Utang Dolar & Euro Rp 29 T
Lidya Kembaren, CNBC Indonesia
23 October 2019 19:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah diketahui kembali menawarkan obligasi global setara Rp 29,65 triliun dalam denominasi dolar AS dan euro dengan target US$1 miliar dan 1 miliar euro.
Nilai tersebut setara Rp 14,03 triliun dan Rp 15,62 triliun. Berdasarkan keterangan beberapa pelaku pasar obligasi siang ini (23/10/19), ditunjukkan bahwa penerbitan itu berencana dilakukan pada efek utang bertenor 30 tahun dengan tingkat imbal hasil (yield) di sekitar 4,1%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengungkapkan alasan pemerintah kembali menarik utang di tahun ini. Dimana penarikan utang untuk menutupi pembiayaan ekonomi yang terdampak kondisi global.
"Seperti saya sampaikan APBN 2019 akan menjadi instrumen yang sangat menentukan di dalam menjaga momentum ekonomi kita di 2019 yang tekanannya terus menerus," ujar Sri Mulyani di kantornya, Rabu (23/10/2019).
Ia menjelaskan, hal ini terlihat dari realisasi ekspor yang menjadi pendorong perekonomian, pertumbuhannya masih negatif. Selain itu, investasi yang diharapkan bisa membantu pun realisasinya masih di bawah target.
"Kita lihat dari hasil aggregate demand ekspor kita negative growth dan dari sisi investasi mengalami di bawah yang diharapkan dari 7% menjadi 5% sehingga kita harus terus bekerja untuk membuat aggregate demand enggak terlalu terus di dalam kondisi pelemahan karena dampak dari global environment kita," jelasnya.
Dengan kondisi ini, maka berdampak juga pada penurunan kinerja badan usaha yang juga berdampak bagi penerimaan pajak. Penerimaan pajak yang seret membuat penerimaan negara juga tidak bisa diandalkan untuk membiayai APBN sehingga butuh anggaran tambahan.
"Oleh karena itu, dari sisi pembiayaan akan disesuaikanĀ dengan langkah-langkah untuk mendukung APBN 2019 dan berjalan juga untuk transisi 2020 secara baik. Dari sisi issuance kita akan selalu mencari waktu yang tepat, price yang baik, yield yang paling kompetitif sehingga dalam pendanaan dan pengelolaan APBN bisa disampaikan secara transparan baik dan bisa terjaga confidence dan sustainability," tegasnya.
(hoi/hoi) Next Article Sri Mulyani Buka-Bukaan Surat Utang RI Terbesar & Terlama
Nilai tersebut setara Rp 14,03 triliun dan Rp 15,62 triliun. Berdasarkan keterangan beberapa pelaku pasar obligasi siang ini (23/10/19), ditunjukkan bahwa penerbitan itu berencana dilakukan pada efek utang bertenor 30 tahun dengan tingkat imbal hasil (yield) di sekitar 4,1%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengungkapkan alasan pemerintah kembali menarik utang di tahun ini. Dimana penarikan utang untuk menutupi pembiayaan ekonomi yang terdampak kondisi global.
Ia menjelaskan, hal ini terlihat dari realisasi ekspor yang menjadi pendorong perekonomian, pertumbuhannya masih negatif. Selain itu, investasi yang diharapkan bisa membantu pun realisasinya masih di bawah target.
"Kita lihat dari hasil aggregate demand ekspor kita negative growth dan dari sisi investasi mengalami di bawah yang diharapkan dari 7% menjadi 5% sehingga kita harus terus bekerja untuk membuat aggregate demand enggak terlalu terus di dalam kondisi pelemahan karena dampak dari global environment kita," jelasnya.
Dengan kondisi ini, maka berdampak juga pada penurunan kinerja badan usaha yang juga berdampak bagi penerimaan pajak. Penerimaan pajak yang seret membuat penerimaan negara juga tidak bisa diandalkan untuk membiayai APBN sehingga butuh anggaran tambahan.
"Oleh karena itu, dari sisi pembiayaan akan disesuaikanĀ dengan langkah-langkah untuk mendukung APBN 2019 dan berjalan juga untuk transisi 2020 secara baik. Dari sisi issuance kita akan selalu mencari waktu yang tepat, price yang baik, yield yang paling kompetitif sehingga dalam pendanaan dan pengelolaan APBN bisa disampaikan secara transparan baik dan bisa terjaga confidence dan sustainability," tegasnya.
(hoi/hoi) Next Article Sri Mulyani Buka-Bukaan Surat Utang RI Terbesar & Terlama
Most Popular