Sri Mulyani Beberkan Beda Guncangan 2008 & 2023 di Pasar Utang RI

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
06 June 2024 17:30
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati dalam International Tourism Investment Forum (ITIF) hadir di Jakarta pada Rabu (5/6/2024). (Tangkapan Layar Youtube Kemenparekraf)
Foto: Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati dalam International Tourism Investment Forum (ITIF) hadir di Jakarta pada Rabu (5/6/2024). (Tangkapan Layar Youtube Kemenparekraf)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan perbandingan kinerja pasar surat utang pemerintah Indonesia pada krisis keuangan 2008 dan saat ini. Hal ini disampaikan dalam rapat kerja dengan pemerintah, BI, BPS dan OJK dengan Komisi XI, DPR RI, Kamis (6/6/2024).

Sri Mulyani menjelaskan pada 2008, situasi global cukup mencekam. inflasi Indonesia melesat tinggi sekali mendekati double digit. Supreme mortgage di AS mulai bergejolak.

"Itu kita harus menanggung suku bunga 10 tahun 20%, (suku bunga) 1 tahun pun di 19%. Waktu itu market kita belum dalam," kata Sri Mulyani dalam presentasinya di DPR RI.

Menurut Sri Mulyani, pemegang ritel surat utang RI hampir 40% adalah investor asing.

"Mereka (asing) khawatir dia langsung dump, harga jatuh, yield naik," ujarnya.

Kondisi ini berbeda dari 2023-2024, waktu the Fed menaikkan 500 basis poin (bps). Posisi SBN, kata Sri Mulyani, masih relatif stabil. Buktinya, yield SBN 10 tahun pada akhir 2023 sebesar 6,60% dan 6,92% per 5 Juni 2024.

"Ini adalah achievement yang harus dijaga. Saya terima kasih komisi XI DPR, Banggar ini yang ikut jagain agar APBN dan fiskal kita baik," ungkapnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biar Dolar Nyaris Rp16.500, Utang RI Dijamin Aman!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular