
Karena Sri Mulyani, Investor Tenang Hadapi Volatilitas Pasar
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 October 2019 15:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Sri Mulyani Indrawati (SMI) berhasil terpilih kembali sebagai menteri keuangan di periode dua pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ternyata, hal ini membawa dampak baik pada pasar, seperti disampaikan Masyita Crystallin, Ekonom Bank DBS untuk Indonesia dan Filipina.
"Menurut saya, penunjukkan kembali Sri Mulyani sangat positif dan mendapatkan reaksi positif dari pasar. Saya rasa beliau akan melanjutkan manajemen anggaran yang baik dan melanjutkan reformasi fiskal," kata Masyita saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (23/10/2019).
Masyita menjelaskan bahwa setelah terpilih, Sri Mulyani dipastikan akan melanjutkan reformasi fiskal dan juga memastikan manajemen budget yang prudence. Menurutnya, manajemen budget yang prudence itu penting karena Indonesia termasuk salah satu negara dengan imbal hasil surat utang negara yang cukup baik.
"Selain imbal hasil yang cukup baik, investor asing itu biasanya melihat juga apakah pemerintah itu prudence dalam menjalankan budgetnya, APBN-nya. Dan di bawah SMI, kepercayaan investor itu cukup tinggi," tambahnya.
"Jadi kita merasa lebih tenang menghadapi financial market yang lagi volatile,".
Sebelumnya di periode pertama pemerintah Jokowi, Sri Mulyani yang adalah Mantan Managing Director World Bank, telah mengambil keputusan yang berani dengan meningkatkan utang dalam jumlah yang besar guna membiayai pembangunan. Hal ini dilakukannya untuk mengompensasi penerimaan negara yang relatif lemah karena perekonomian global sedang melambat.
Tambahan utang di era Jokowi yang begitu pesat banyak dialokasikan untuk membangun infrastruktur, sebuah faktor yang sangat krusial dalam memajukan sebuah perekonomian.
Walaupun secara gencar menambah utang, Sri Mulyani tetap tidak melupakan yang namanya prinsip kehati-hatian. Hal ini pun telah ditekankan dalam laporan Citi Indonesia.
Dalam laporan itu, Citi memproyeksikan Indonesia akan tetap menganut kebijakan fiskal yang hati-hati di bawah naungan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
Lebih lanjut, laporan itu mengatakan bahwa pengangkatan kembali Sri Mulyani juga dapat berarti bahwa reformasi pajak akan berjalan tanpa gangguan.
Hal ini pun dibahas oleh Masyita. Selain itu, Masyita juga menyebut bahwa Sri Mulyani baik dalam melihat hal-hal jangka panjang, seperti masalah tax ratio.
"Salah satu isu utama Indonesia itu kan kita punya tax ratio masih sangat kecil di bawah 12% ... Nah itu Sri Mulyani ini baik dalam melihat hal-hal jangka panjang seperti ini. Seperti tax reform yang dilakukan beliau itu sebenarnya tujuannya kan untuk meningkatkan tax ratio," katanya.
"Karena negara kita itu nggak bisa maju kalau tax ratio itu masih rendah. Pertumbuhan tidak bisa terlalu tinggi. Itu dari segi menteri keuangan,".
Meskipun pelaku pasar optimistis, di pasar modal masih terjadi aliran modal asing keluar atau net sell asing. Data perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pukul 15.51 WIB, net sell asing mencapai 407 miliar di semua pasar.
(sef/sef) Next Article Virus Corona Bikin Ekonomi Suram? Ini Proyeksi Menkeu
"Menurut saya, penunjukkan kembali Sri Mulyani sangat positif dan mendapatkan reaksi positif dari pasar. Saya rasa beliau akan melanjutkan manajemen anggaran yang baik dan melanjutkan reformasi fiskal," kata Masyita saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (23/10/2019).
Masyita menjelaskan bahwa setelah terpilih, Sri Mulyani dipastikan akan melanjutkan reformasi fiskal dan juga memastikan manajemen budget yang prudence. Menurutnya, manajemen budget yang prudence itu penting karena Indonesia termasuk salah satu negara dengan imbal hasil surat utang negara yang cukup baik.
"Selain imbal hasil yang cukup baik, investor asing itu biasanya melihat juga apakah pemerintah itu prudence dalam menjalankan budgetnya, APBN-nya. Dan di bawah SMI, kepercayaan investor itu cukup tinggi," tambahnya.
"Jadi kita merasa lebih tenang menghadapi financial market yang lagi volatile,".
Sebelumnya di periode pertama pemerintah Jokowi, Sri Mulyani yang adalah Mantan Managing Director World Bank, telah mengambil keputusan yang berani dengan meningkatkan utang dalam jumlah yang besar guna membiayai pembangunan. Hal ini dilakukannya untuk mengompensasi penerimaan negara yang relatif lemah karena perekonomian global sedang melambat.
Tambahan utang di era Jokowi yang begitu pesat banyak dialokasikan untuk membangun infrastruktur, sebuah faktor yang sangat krusial dalam memajukan sebuah perekonomian.
Walaupun secara gencar menambah utang, Sri Mulyani tetap tidak melupakan yang namanya prinsip kehati-hatian. Hal ini pun telah ditekankan dalam laporan Citi Indonesia.
Dalam laporan itu, Citi memproyeksikan Indonesia akan tetap menganut kebijakan fiskal yang hati-hati di bawah naungan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
Lebih lanjut, laporan itu mengatakan bahwa pengangkatan kembali Sri Mulyani juga dapat berarti bahwa reformasi pajak akan berjalan tanpa gangguan.
Hal ini pun dibahas oleh Masyita. Selain itu, Masyita juga menyebut bahwa Sri Mulyani baik dalam melihat hal-hal jangka panjang, seperti masalah tax ratio.
"Salah satu isu utama Indonesia itu kan kita punya tax ratio masih sangat kecil di bawah 12% ... Nah itu Sri Mulyani ini baik dalam melihat hal-hal jangka panjang seperti ini. Seperti tax reform yang dilakukan beliau itu sebenarnya tujuannya kan untuk meningkatkan tax ratio," katanya.
"Karena negara kita itu nggak bisa maju kalau tax ratio itu masih rendah. Pertumbuhan tidak bisa terlalu tinggi. Itu dari segi menteri keuangan,".
Meskipun pelaku pasar optimistis, di pasar modal masih terjadi aliran modal asing keluar atau net sell asing. Data perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pukul 15.51 WIB, net sell asing mencapai 407 miliar di semua pasar.
(sef/sef) Next Article Virus Corona Bikin Ekonomi Suram? Ini Proyeksi Menkeu
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular