
Medan-Semarang Bakal Terkoneksi Pipa Gas Trans Jawa Sumatera
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
17 October 2019 16:01

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mengharapkan infrastruktur gas bumi Trans Jawa segera terkoneksi dengan Sumatera. Dengan demikian, kehandalan pasokan gas bumi kian meningkat dan diiringi perluasan pasar guna utilisasi gas bumi domestik.
Berdasarkan keterangan pers dari PGN, terkoneksinya jaringan infrastruktur gas Trans Jawa dan Sumatera praktis tinggal menyisakan pipa Cirebon - Semarang dan Medan - Dumai.
Sesuai rencana kerja PGN hingga 2024, perusahaan akan membangun sejumlah infrastruktur baru di antaranya jaringan pipa transmisi dan distribusi masing-masing sepanjang 528 kilometer dan 500 kilometer.
Lalu, 7 LNG filling station untuk truk/kapal, 5 FSRU, 3,59 juta sambungan rumah tangga dan 17 fasilitas LNG untuk mensuplai kebutuhan kelistrikan dan menjangkau wilayah geografis dengan karakteristik kepulauan di seluruh Indonesia.
"Pembangunan infrastruktur jaringan gas bumi adalah keniscayaan untuk mencapai target bauran energi seperti yang ditargetkan pemerintah," kata Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, Kamis (17/10/2019).
Rachmat melanjutkan bila target bauran energi minimal 22% pada 2024 tercapai, negara bisa menghemat triliunan rupiah. Impor bahan bakar minyak dan LPG akan berkurang sehingga berpotensi menghemat Rp 62 triliun. Kemudian, subsidi untuk BBM dan LPG juga bisa dipangkas hingga Rp 13 triliun dan bauran energi juga memberi nilai tambah hingga Rp 60 triliun.
"Tercapainya target bauran energi di sektor gas juga akan membantu pemerintah meningkatkan ketahanan energi nasional sesuai dengan potensi sumber daya negeri ini ke depan," ujarnya.
Saat ini sebagai sub holding migas, total jaringan pipa gas PGN sepanjang lebih dari 10.000 Km. Selain itu, PGN juga mengoperasikan 2 FSRU, 1 land-based regasification terminal, 64 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan 4 mobile refueling unit (MRU).
Khusus di Jawa Timur, PGN tengah mempersiapkan pembangunan fasilitas Liquid Natural Gas (LNG) Terminal di Pelabuhan Tanjung Perak, Teluk Lamong, Surabaya.
Dalam membangun LNG terminal berkapasitas 40 BBTUD itu, PGN bekerja sama dengan dengan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). Pembangunan LNG Terminal yang terbagi dalam tiga fase itu ditargetkan bakal beroperasi akhir tahun ini dan rampung keseluruhan pada 2023 mendatang.
"Tahun ini LNG Terminal berkapasitas 40 MMscfd (million standard cubic feet per day) diharapkan dapat beroperasi. Total kapasitas 180 MMscfd beroperasi penuh pada 2023 mendatang," kata Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, Kamis (17/10/2019).
Sementara fase kedua adalah pembangunan Terminal pengisian LNG skala kecil menggunakan ISO Tank ukuran 20-40 kaki container untuk mendistribusikan gas alam cair di luar sistem pipa ataupun menggunakan truk. Sedangkan fase ketiga yakni pembangunan tangki LNG permanen ukuran 50 ribu cbm dan dapat ditingkatkan hingga 180 cbm.
LNG Terminal itu sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gas di Jawa Timur. Keberadaan LNG Terminal di Teluk Lamong itu diharapkan jadi langkah antisipatif jika ada kendala terkait pasokan gas bumi di Jatim.
Selain fasilitas Terminal LNG Teluk Lamong akan meregasifikasi pasok LNG dan dialirkan ke jaringan pipa, fasilitas tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk pengisian LNG trucking dengan memanfaatkan ISO tank yang dapat mendistribusikan kebutuhan gas bumi ke wilayah yang belum dijangkau infrastruktur pipa. Diharapkan, fasilitas tersebut bisa jadi solusi dan sarana untuk membuka pasar ritel baru di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Terlebih jika jika pipa transmisi Gresik - Semarang sepanjang 267 kilometer rampung. Pembangunan pipa gas Gresik - Semarang ditargetkan kelar pada Maret tahun depan di mana saat ini progres pembangunannya sudah lebih dari 90 persen. Selain pipa transmisi, PGN juga bakal membangunan pipa distribusi Semarang - Kendal - Ungaran sepanjang 96 kilometer. Di Sumatera, PGN juga tengah mengerjakan pembangunan pipa transmisi Duri - Dumai tahap II sepanjang 67 kilometer.
"Selain infrastruktur gas bumi yang sedang digenjot, pemenuhan kebutuhan gas bumi untuk menekan subsidi energi dari sisi pasok harus mulai diperhatikan. Dengan karakteristik cadangan-cadangan baru yang lebih cocok ditransportasikan dengan basis LNG dan uncommitted LNG yang belum terserap secara maksimal, tampaknya pasar domestik membutuhkan kebijakan DMO LNG agar konsumen domestik dapat diproteksi guna meningkatkan daya saing dengan pasar ekspor," imbuh Rachmat.
(dob/dob) Next Article PGN dan PRPP Kolaborasi Dalam Penyediaan Gas di GRR Tuban
Berdasarkan keterangan pers dari PGN, terkoneksinya jaringan infrastruktur gas Trans Jawa dan Sumatera praktis tinggal menyisakan pipa Cirebon - Semarang dan Medan - Dumai.
Sesuai rencana kerja PGN hingga 2024, perusahaan akan membangun sejumlah infrastruktur baru di antaranya jaringan pipa transmisi dan distribusi masing-masing sepanjang 528 kilometer dan 500 kilometer.
"Pembangunan infrastruktur jaringan gas bumi adalah keniscayaan untuk mencapai target bauran energi seperti yang ditargetkan pemerintah," kata Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, Kamis (17/10/2019).
Rachmat melanjutkan bila target bauran energi minimal 22% pada 2024 tercapai, negara bisa menghemat triliunan rupiah. Impor bahan bakar minyak dan LPG akan berkurang sehingga berpotensi menghemat Rp 62 triliun. Kemudian, subsidi untuk BBM dan LPG juga bisa dipangkas hingga Rp 13 triliun dan bauran energi juga memberi nilai tambah hingga Rp 60 triliun.
"Tercapainya target bauran energi di sektor gas juga akan membantu pemerintah meningkatkan ketahanan energi nasional sesuai dengan potensi sumber daya negeri ini ke depan," ujarnya.
Saat ini sebagai sub holding migas, total jaringan pipa gas PGN sepanjang lebih dari 10.000 Km. Selain itu, PGN juga mengoperasikan 2 FSRU, 1 land-based regasification terminal, 64 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan 4 mobile refueling unit (MRU).
Khusus di Jawa Timur, PGN tengah mempersiapkan pembangunan fasilitas Liquid Natural Gas (LNG) Terminal di Pelabuhan Tanjung Perak, Teluk Lamong, Surabaya.
Dalam membangun LNG terminal berkapasitas 40 BBTUD itu, PGN bekerja sama dengan dengan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). Pembangunan LNG Terminal yang terbagi dalam tiga fase itu ditargetkan bakal beroperasi akhir tahun ini dan rampung keseluruhan pada 2023 mendatang.
"Tahun ini LNG Terminal berkapasitas 40 MMscfd (million standard cubic feet per day) diharapkan dapat beroperasi. Total kapasitas 180 MMscfd beroperasi penuh pada 2023 mendatang," kata Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, Kamis (17/10/2019).
Sementara fase kedua adalah pembangunan Terminal pengisian LNG skala kecil menggunakan ISO Tank ukuran 20-40 kaki container untuk mendistribusikan gas alam cair di luar sistem pipa ataupun menggunakan truk. Sedangkan fase ketiga yakni pembangunan tangki LNG permanen ukuran 50 ribu cbm dan dapat ditingkatkan hingga 180 cbm.
LNG Terminal itu sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gas di Jawa Timur. Keberadaan LNG Terminal di Teluk Lamong itu diharapkan jadi langkah antisipatif jika ada kendala terkait pasokan gas bumi di Jatim.
Selain fasilitas Terminal LNG Teluk Lamong akan meregasifikasi pasok LNG dan dialirkan ke jaringan pipa, fasilitas tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk pengisian LNG trucking dengan memanfaatkan ISO tank yang dapat mendistribusikan kebutuhan gas bumi ke wilayah yang belum dijangkau infrastruktur pipa. Diharapkan, fasilitas tersebut bisa jadi solusi dan sarana untuk membuka pasar ritel baru di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Terlebih jika jika pipa transmisi Gresik - Semarang sepanjang 267 kilometer rampung. Pembangunan pipa gas Gresik - Semarang ditargetkan kelar pada Maret tahun depan di mana saat ini progres pembangunannya sudah lebih dari 90 persen. Selain pipa transmisi, PGN juga bakal membangunan pipa distribusi Semarang - Kendal - Ungaran sepanjang 96 kilometer. Di Sumatera, PGN juga tengah mengerjakan pembangunan pipa transmisi Duri - Dumai tahap II sepanjang 67 kilometer.
"Selain infrastruktur gas bumi yang sedang digenjot, pemenuhan kebutuhan gas bumi untuk menekan subsidi energi dari sisi pasok harus mulai diperhatikan. Dengan karakteristik cadangan-cadangan baru yang lebih cocok ditransportasikan dengan basis LNG dan uncommitted LNG yang belum terserap secara maksimal, tampaknya pasar domestik membutuhkan kebijakan DMO LNG agar konsumen domestik dapat diproteksi guna meningkatkan daya saing dengan pasar ekspor," imbuh Rachmat.
(dob/dob) Next Article PGN dan PRPP Kolaborasi Dalam Penyediaan Gas di GRR Tuban
Most Popular