
PGN dan PRPP Kolaborasi Dalam Penyediaan Gas di GRR Tuban

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebagai Subholding Gas dan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) bekerja sama dalam penyediaan gas bumi di Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Dengan begitu perusahaan akan menyediakan infrastruktur pendukung untuk penjualan gas ke PRPP, baik melalui Land Based LNG Terminal maupun Pipeline and Stations.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Head of Agreement (HOA) dilaksanakan oleh CEO Subholding Gas PT PGN Tbk M. Haryo Yunianto, President Director PRPP Reizaldi Gustino, dan Director of Finance & General Support PRPP Pavel Vagero, disaksikan oleh Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Logistik& Infrastruktur PT Pertamina Mulyono.
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan keberhasilan proyek GRR Tuban nantinya memiliki nilai strategis bagi Pertamina dan Indonesia. Ini akan menjadi integrated refinery and petrochemical pertama di Indonesia.
GRR Tuban akan menghasilkan produk petrokimia yang saat ini masih didominasi oleh impor, sehingga akan menjadi salah satu langkah bagi Indonesia untuk memperbaiki neraca perdagangan dengan mengurangi impor petrochemical.
"Dengan kita sudah memproduksi petrochemical, maka ini menjadi strategi bisnis Pertamina dalam menghadapi transisi energi ke depan," kata Nicke dalam siaran resmi, Rabu (20/4/2022)
Dia menambahkan pembangunan integrated refinery petrochemical ini membutuhkan investasi yang besar. Pertamina berupaya untuk menurunkan investasi melalui integrasi. Dengan integrasi ini, beberapa utility tidak perlu dibangun karena mengoptimalkan apa yang sudah dimiliki oleh Pertamina Group dan bisa menurunkan Capex.
"Dari sisi Pertamina Group, sinergi ini adalah sinergi yang harus saling menguntungkan. Kami akan menggunakan market price sebagai dasar mengambil keputusan dan competitiveness. Kita juga tetap berharap dapat mendorong efisiensi, karena pada akhirnya ketika efisiensi terjadi akan meningkatkan profitability dan dikonsolidasikan ke Pertamina Group. Ini langkah untuk membesarkan Pertamina Group lebih kuat ke depan," ujar Nicke.
Sementara itu Direktur Logistik& Infrastruktur PT Pertamina Mulyono mengungkapkan bahwa pembangunan GRR Tuban mengedepankan efisiensi. Kerja sama ini menurutnya akan segera ditindaklanjuti sehingga bisa memberikan manfaat bagi energi nasional.
"Menurut kami ini sinergi yang luar biasa sekaligus untuk efisiensi dalam membangun pipa dari GRR Tuban ke TPPN sekitar 3 Km. Pembangunan pipa ini bisa mengurangi biaya pembangunan 3 Tank di GRR Tuban dan 2 jetty," papar Mulyono
Dengan volume kebutuhan gas sebesar 227 BBTUD pada 2027 dan 351 BBTUD pada 2028 hingga 2046, PGN berkomitmen penuh sebagai aggregator pemenuhan energi gas bumi ke GRR Tuban.
GRR Tuban terletak sekitar 55 Km dari Pipa Transmisi Gresik- Semarang (Gresem). Pipa Gresem terhubung dengan Pipa EJGP, Pipa Hulu di area Jatim, dan Pipa Kalija di Jawa Tengah, sehingga hal ini dapat dilakukan integrasi infrastruktur pipa dan LNG untuk menyalurkan gas ke Kilang Tuban.
Pasokan gas di GRR Tuban nantinya dapat meningkatkan efisiensi Kilang Pertamina dan meningkatkan nilai keekonomian di Pertamina Group dalam menghadapi tantangan ekonomi dan geopolitik global saat ini.
"Terlepas dari perkembangan situasi global saat ini yang cukup berpengaruh terhadap Pertamina Group, kami tetap memastikan "No Point of Return" untuk terus mewujudkan pembangunan kilang GRR Tuban yang diproyeksikan akan beroperasi di akhir tahun 2027 mendatang," tegas Reizaldi Gustino.
Dia melanjutkan penandatanganan HoA ini dapat menjadi langkah nyata sinergi Pertamina Group yang nantinya dapat memberikan dampak positif dari segi optimasi CAPEX maupun OPEX, dampak lingkungan, serta terjaganya kehandalan Kilang GRR Tuban.
PGN dan PRPP akan mengelola integrasi jadwal penyediaan gas terhadap master schedule project GRR Tuban, serta mengidentifikasi skenario pemenuhan gas dengan pasokan LNG portofolio Pertamina dan gas gas pipa yang paling optimal.
Untuk Supply LNG, Kilang PRPP telah menyediakan lahan dan akan membangun jetty untuk sandar kapal besar termasuk Incoming LNGC. Dengan begitu, skenario Supply LNG dengan moda Land Based LNG Terminal lebih feasible.
Pembangunan integrated refinery petrochemical ini juga menjadi mitigasi dari risiko bisnis Pertamina ke depan agar semakin sustain. Ketika permintaan BBM menurun, maka Kilang Pertamina akan memproduksi petrokimia dan dapat membangun infrastruktur turunannya.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pakai Energi Bersih, Istana Negara Manfaatkan Gas Dari PGN