
RI Keok dengan Vietnam Soal Investasi, Ini Kata Dubes RI
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
17 October 2019 12:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Geliat investasi Vietnam menjadi sorotan serius oleh Presiden Jokowi terkait kemampuan Negeri Paman Ho itu menarik banyak investasi terutama dari China. Sedangkan Indonesia harus gigit jari, tak bisa menarik investasi dari gelombang relokasi China akibat perang dagang pada 2018 lalu.
Duta Besar Indonesia untuk Vietnam Ibnu Hadi menjelaskan bahwa arus investasi atau relokasi pabrik China ke Vietnam sudah terjadi sebelum perang dagang antara China dan AS. Namun, adanya perang dagang mempercepat arus relokasi pabrik China ke Vietnam.
"Mengenai arus investasi ke Vietnam itu sudah terjadi 2-3 tahun terakhir, tanpa ada trade war. Dengan adanya trade war, pemicu lebih cepat," kata Ibnu kepada CNBC Indonesia, Kamis (17/10)
Ia mengatakan salah satu faktor utama kenapa investor China lebih banyak memilih Vietnam karena jarak geografis yang relatif lebih dekat China. Dengan jarak yang dekat maka, biaya transportasi bisa lebih ditekan. Sedangkan di Indonesia masalah biaya transportasi bagian dari persoalan biaya logistik yang masih tinggi terhadap PDB, Indonesia termasuk yang tertinggi di ASEAN.
"Selebihnya ada faktor lain, tenaga kerja yang mash murah, perizinan mereka cepat, perbedaan dengan kita, perizinan di Vietnam bersifat desentralisasi, diserahkan ke provinsi masing-masing," kata Ibnu.
Selain itu, Vietnam yang punya nama resmi Republik Sosialis Vietnam, maka dengan status sebagai negara sosialis, kepemilikan tanah dimiliki oleh negara. Sehingga pemerintah bisa memberikan tanah kepada investor sebagai bentuk insentif yang menarik.
Sebelumnya efek perang dagang antara China dan AS, Vietnam menikmati limpahan pasar ekspor hingga relokasi pabrik dari China pada 2018. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan, hal yang ironis. Indonesia tak bisa menikmati adanya relokasi pabrik dari China.
"World Bank menyampaikan, dari 33 industri China yang relokasi, itu 23 relokasi ke Vietnam, yang 10 itu terpencar di negara-negara ASEAN lain seperti Kamboja, Myanmar, Thailand, Malaysia, tidak satupun di Indonesia," kata Luhut di Jakarta, Rabu (4/9).
Presiden Jokowi juga memberi contoh lain, yaitu pada 2017 sejumlah perusahaan di relokasi dari Jepang. Lagi-lagi yang menikmati buahnya negara lain, sedangkan Indonesia hanya kecipratan sedikit.
"Kemudian kalau 2017, 73 perusahaan Jepang memilih relokasi tapi relokasinya kemana? coba kita lihat, 73 perusahaan, 43 ke Vietnam, 11 ke Thailand, dan Filipina, baru yang berikutnya 10 ke Indonesia," kata Jokowi.
(hoi/hoi) Next Article Investasi di Vietnam Cukup Pakai Dua 'Surat Sakti'
Duta Besar Indonesia untuk Vietnam Ibnu Hadi menjelaskan bahwa arus investasi atau relokasi pabrik China ke Vietnam sudah terjadi sebelum perang dagang antara China dan AS. Namun, adanya perang dagang mempercepat arus relokasi pabrik China ke Vietnam.
"Mengenai arus investasi ke Vietnam itu sudah terjadi 2-3 tahun terakhir, tanpa ada trade war. Dengan adanya trade war, pemicu lebih cepat," kata Ibnu kepada CNBC Indonesia, Kamis (17/10)
Ia mengatakan salah satu faktor utama kenapa investor China lebih banyak memilih Vietnam karena jarak geografis yang relatif lebih dekat China. Dengan jarak yang dekat maka, biaya transportasi bisa lebih ditekan. Sedangkan di Indonesia masalah biaya transportasi bagian dari persoalan biaya logistik yang masih tinggi terhadap PDB, Indonesia termasuk yang tertinggi di ASEAN.
"Selebihnya ada faktor lain, tenaga kerja yang mash murah, perizinan mereka cepat, perbedaan dengan kita, perizinan di Vietnam bersifat desentralisasi, diserahkan ke provinsi masing-masing," kata Ibnu.
Selain itu, Vietnam yang punya nama resmi Republik Sosialis Vietnam, maka dengan status sebagai negara sosialis, kepemilikan tanah dimiliki oleh negara. Sehingga pemerintah bisa memberikan tanah kepada investor sebagai bentuk insentif yang menarik.
Sebelumnya efek perang dagang antara China dan AS, Vietnam menikmati limpahan pasar ekspor hingga relokasi pabrik dari China pada 2018. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan, hal yang ironis. Indonesia tak bisa menikmati adanya relokasi pabrik dari China.
"World Bank menyampaikan, dari 33 industri China yang relokasi, itu 23 relokasi ke Vietnam, yang 10 itu terpencar di negara-negara ASEAN lain seperti Kamboja, Myanmar, Thailand, Malaysia, tidak satupun di Indonesia," kata Luhut di Jakarta, Rabu (4/9).
Presiden Jokowi juga memberi contoh lain, yaitu pada 2017 sejumlah perusahaan di relokasi dari Jepang. Lagi-lagi yang menikmati buahnya negara lain, sedangkan Indonesia hanya kecipratan sedikit.
"Kemudian kalau 2017, 73 perusahaan Jepang memilih relokasi tapi relokasinya kemana? coba kita lihat, 73 perusahaan, 43 ke Vietnam, 11 ke Thailand, dan Filipina, baru yang berikutnya 10 ke Indonesia," kata Jokowi.
(hoi/hoi) Next Article Investasi di Vietnam Cukup Pakai Dua 'Surat Sakti'
Most Popular