
Sriwijaya Air Akui 2 Boeing 737 NG Retak, Kandangkan Pesawat
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
15 October 2019 19:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Sriwijaya Air harus mengandangkan dua pesawat tipe Boeing 737NG karena ditemukan keretakan pada bagian sekitar bodi dan sayap. Belum ada yang tahu sampai kapan grounded dilakukan.
Direktur Teknik Sriwijaya Air, Romdani Ardali Adang, menjelaskan bahwa kejadian ini merupakan temuan baru. Kebijakan grounded menjadi langkah pencegahan agar tidak terjadi hal yang membahayakan ketika pesawat terbang.
"Kita koordinasikan dengan Boeing untuk perbaikannya dan Boeing juga belum bisa kasih estimasi. Kan karena ini barang baru. Temuan baru. Sementara yang ditunjuk baru satu MRO (Maintenance Repair & Overhaul) di Amerika. Yang punya kapabilitas itu," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/10/2019).
Karena di seluruh dunia hanya ada 1 bengkel pesawat yang bisa memperbaiki, maka estimasi waktu untuk terbang kembali belum ditentukan. Dia bilang, ke depan memang kapabilitas untuk memperbaiki keretakan ini akan berkembang di seluruh mitra Boeing.
"Boeing itu belum memberikan gambaran, materialnya apa juga belum disiapkan. Cuma buat pencegahan, kalau crack supaya di-grounded dulu dari pada ada apa-apa di atas," tandasnya.
Ditanya mengenai kerugian atas dikandangkannya 2 pesawat ini, dia tak menjelaskan rinci. Hanya saja, dia menyampaikan gambaran bahwa biaya sewa per pesawat jenis tersebut mencapai US$ 200 ribu per bulan.
"Sewa bayarnya satu pesawat US$ 200 ribu. Dari komersial kan ngitung revenue, totalnya enggak tahu kita," urainya.
Selain 2 pesawat yang dikandangkan, Sriwijaya Air juga punya 3 tipe serupa yang berusia lebih dari 30.000 flight cycle. Namun, 3 tipe tersebut dinyatakan aman dan tetap bisa melayani operasional.
(hoi/hoi) Next Article Punya Boeing 737NG Terbanyak, Apa Pesawat Lion Ada Retak?
Direktur Teknik Sriwijaya Air, Romdani Ardali Adang, menjelaskan bahwa kejadian ini merupakan temuan baru. Kebijakan grounded menjadi langkah pencegahan agar tidak terjadi hal yang membahayakan ketika pesawat terbang.
"Kita koordinasikan dengan Boeing untuk perbaikannya dan Boeing juga belum bisa kasih estimasi. Kan karena ini barang baru. Temuan baru. Sementara yang ditunjuk baru satu MRO (Maintenance Repair & Overhaul) di Amerika. Yang punya kapabilitas itu," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/10/2019).
Karena di seluruh dunia hanya ada 1 bengkel pesawat yang bisa memperbaiki, maka estimasi waktu untuk terbang kembali belum ditentukan. Dia bilang, ke depan memang kapabilitas untuk memperbaiki keretakan ini akan berkembang di seluruh mitra Boeing.
"Boeing itu belum memberikan gambaran, materialnya apa juga belum disiapkan. Cuma buat pencegahan, kalau crack supaya di-grounded dulu dari pada ada apa-apa di atas," tandasnya.
Ditanya mengenai kerugian atas dikandangkannya 2 pesawat ini, dia tak menjelaskan rinci. Hanya saja, dia menyampaikan gambaran bahwa biaya sewa per pesawat jenis tersebut mencapai US$ 200 ribu per bulan.
"Sewa bayarnya satu pesawat US$ 200 ribu. Dari komersial kan ngitung revenue, totalnya enggak tahu kita," urainya.
Selain 2 pesawat yang dikandangkan, Sriwijaya Air juga punya 3 tipe serupa yang berusia lebih dari 30.000 flight cycle. Namun, 3 tipe tersebut dinyatakan aman dan tetap bisa melayani operasional.
(hoi/hoi) Next Article Punya Boeing 737NG Terbanyak, Apa Pesawat Lion Ada Retak?
Most Popular