
Biang Kerok Defisit Dagang: Mobil Sport Hingga Laptop Impor
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
15 October 2019 14:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang September 2019, neraca dagang Indonesia masih mengalami defisit sebesar US$ 160 juta. Sedangkan sepanjang tahun berjalan terjadi defisit US$ 1,95 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, ekspor sepanjang September tercatat US$ 14,10 miliar dan impor sebesar US$ 14,26 miliar.
"Impor naik tipis 0,63% mtm, dan yoy impor turun 2,41%," ujarnya di Gedung BPS, Selasa (15/10/2019).
Ia menjelaskan, menurut penggunaan barang seperti konsumsi mengalami kenaikan baik bulanan dan tahunan. Impor konsumsi meningkat karena kenaikan permintaan kendaraan seperti daging beku, mobil sport dan bahan kimia.
Sedangkan untuk bahan baku terjadi penurunan impor karena permintaan yang turun. Komoditas yang turun salah satunya raw sugar dari Thailand.
Kemudian, dari sektor barang modal terjadi kenaikan dibandingkan bulan lalu dan penurunan jika dibandingkan tahun lalu. Adapun komoditas impor di kelompok ini adalah barang elektronik.
"Barang modal yang import laptop, notebook, komputer dan beberapa mesin dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk berbagai keperluan," jelasnya.
Lebih rinci, adapun barang yang mengalami peningkatan impor tertinggi adalah serealia, gandum dan kapal laut serta bangunan terapung. Sedangkan barang yang mengalami penurunan impor tertinggi adalah gula dan kembang gula serta kapal terbang dan tembaga.
Selanjutnya, jika dilihat dari negara asalnya yang mengalami kenaikan impor tertinggi adalah dari China sebesar US$ 142,6 juta, dari Ukraina US$ 131 juta dan impor dari Korea Selatan naik menjadi US$ 74,8 juta.
Sedangkan yang mengalami penurunan impor ke Indonesia tertinggi adalah Amerika Serikat US$ 78,6 juta, Jepang US$ 59,7 juta dan Italia US$ 58,5 juta.
Untuk tahun berjalan Januari-September 2019, nilai impor tercatat US$ 126,12 juta atau turun 9,12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor utama secara kumulatif terutama masih berasa dari China sebesar 29,34% dan kemudian disusul oleh Jepang.
"Komoditas dari China, handphone, notebook dan Jepang ada mesin. Tapi secara kumulatif komposisi pangsa impor non migas tidak berubah," tegasnya.
(dru) Next Article 'Harta Karun' yang Bikin Jokowi Raih Prestasi Ekspor Terbaik
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, ekspor sepanjang September tercatat US$ 14,10 miliar dan impor sebesar US$ 14,26 miliar.
"Impor naik tipis 0,63% mtm, dan yoy impor turun 2,41%," ujarnya di Gedung BPS, Selasa (15/10/2019).
![]() |
Kemudian, dari sektor barang modal terjadi kenaikan dibandingkan bulan lalu dan penurunan jika dibandingkan tahun lalu. Adapun komoditas impor di kelompok ini adalah barang elektronik.
"Barang modal yang import laptop, notebook, komputer dan beberapa mesin dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk berbagai keperluan," jelasnya.
Lebih rinci, adapun barang yang mengalami peningkatan impor tertinggi adalah serealia, gandum dan kapal laut serta bangunan terapung. Sedangkan barang yang mengalami penurunan impor tertinggi adalah gula dan kembang gula serta kapal terbang dan tembaga.
Selanjutnya, jika dilihat dari negara asalnya yang mengalami kenaikan impor tertinggi adalah dari China sebesar US$ 142,6 juta, dari Ukraina US$ 131 juta dan impor dari Korea Selatan naik menjadi US$ 74,8 juta.
Sedangkan yang mengalami penurunan impor ke Indonesia tertinggi adalah Amerika Serikat US$ 78,6 juta, Jepang US$ 59,7 juta dan Italia US$ 58,5 juta.
Untuk tahun berjalan Januari-September 2019, nilai impor tercatat US$ 126,12 juta atau turun 9,12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor utama secara kumulatif terutama masih berasa dari China sebesar 29,34% dan kemudian disusul oleh Jepang.
"Komoditas dari China, handphone, notebook dan Jepang ada mesin. Tapi secara kumulatif komposisi pangsa impor non migas tidak berubah," tegasnya.
(dru) Next Article 'Harta Karun' yang Bikin Jokowi Raih Prestasi Ekspor Terbaik
Most Popular