Sektor Riil Mandek, Ini PR Menteri Kabinet Baru Jokowi

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
14 October 2019 17:59
Sektor riil harus segera dibenahi, karena kunci penting mengangkat perekonomian.
Foto: Suasana pabrik yang memproduksi Gas Insulated Switchgear (GIS) tegangan tinggi di Tangerang. (dok. ABB Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor riil terutama sektor manufaktur beberapa tahun terakhir belum ada tanda-tanda membaik, bahkan dianggap mandek. Bagaimana pengusaha menilai dan seperti apa perlu yang dilakukan perbaikan?

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan dari sektor industri makanan dan minuman khususnya harus ada sinergi antara hulu dan hilir.

"Terkait hulu hilir terutama salah satunya terkait bahan baku karena industri mamin (makanan dan minuman) ini terus terang ketergantungan bahan baku impor sangat tinggi nah di sana perlu integrasi program baik untuk mengurangi impor dan juga untuk mempercepat proses pemenuhan bahan baku," katanya di Kemenperin, Senin (14/10).

Ia bilang perindustrian tak bisa jalan sendiri, harus ada upaya integrasi kebijakan dengan sektor lainnya, terutama soal kebijakan hilirisasi industri. Persoalan industri manufaktur lainnya adalah soal terputus di industri perantara hingga hilir.

"Presiden perlu menetapkan kalau memang benar industri ini maka semua kementerian terkait harus mendukung ke sana jangan sampai hilirisasi di kementerian industri kementerian lain berbeda arah," katanya.

Adhi mencontohkan yang sudah terjadi industri kakao yang tadinya unggul sekarang jadi harus impor bahan baku karena tidak terintegrasi karena ujung ujungnya harus impor. Produksi kakao di hulu bermasalah, tak mampu memenuhi kebutuhan industri hilir di dalam negeri.

"Bagaimana integrasi yang lain itu yg menurut saya perlu diperbaiki. Mudah mudahan kalau Pak Airlangga punya kewenangan lebih tinggi bisa mengintegrasikan ini saya kira industri ini akan maju," katanya.

Catatan sektor manufaktur Indonesia memang masih memprihatinkan. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi pada sektor industri manufaktur terus melambat. Pada kuartal II-2019, angka pertumbuhannya hanya sebesar 3,54% secara tahunan (year-on-year/YoY). Angka pertumbuhan tersebut merupakan yang paling kecil sejak kuartal II-2017 (dua tahun lalu) dan sudah melambat tiga kuartal berturut-turut.

Alhasil, porsi industri manufaktur RI terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal II-2019 tinggal 19,52% yang artinya masih melanjutkan tren pelemahan. Sepanjang periode 2014-2018, porsi industri manufaktur RI telah berkurang sebesar 1,21 persen poin dari 21,07% menjadi 19,86%.

Pelaku pasar mengharapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) lebih cermat dalam memilih menteri-menteri yang akan duduk di sektor riil. "Perlu diperhatikan dan didongkrak juga sektor riil, selama ini mandek. Harus ada terobosan," ujar Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Jason Nasrial saat berbincang di CNBC Indonesia TV, Senin (14/10/2019).



Ia menjabarkan saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia tak bergeser dari angka 5% salah satunya karena sektor riil yang tak ada terobosan. Perlu memilih sosok yang bisa membuat kebijakan yang progresif dan bisa mendongkrak pertumbuhan GDP, terutama sektor seperti manufaktur, kreatif, perdagangan, dan energi.

Untuk Kementerian Perindustrian, Jason memberikan catatan. "Komunikasi koordinasi antara Kementerian Perdagangan dan Industri diperlukan, supaya diketahui apakah perlu langkah impor atau tidak harus ada komunikasi itu."
(hoi/hoi) Next Article Jokowi Tegaskan Belum Ada Rencana Rombak Kabinet

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular