Teror PHK Robotisasi Jadi Isu Pertemuan Buruh se-Asia Pasifik

News - Suhendra, CNBC Indonesia
10 October 2019 13:38
Para buruh sedang serius membahas ancaman PHK dari robotisasi dan digitalisasi. Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC Indonesia - Robotisasi menjadi kekhawatiran para buruh di banyak negara industri. Pada konferensi International Trade Union Confederation - Asia Pacific (ITUC AP) atau organisasi konfederasi serikat pekerja di Asia Pasifik yang digelar di Tokyo 7-9 Oktober 2019, isu ini menjadi pembahasan hangat.

"Future work dampak nya bagi buruh yang akan kehilangan pekerjaan yaitu akibat digital ekonomi dan robotisasi," kata Presiden KSPI Said Iqbal kepada CNBC Indonesia, Kamis (10/10)

Pada laman resmi ITUC AP, isu yang dibahas memang soal kesetaraan gender, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lainnya. Namun, Said Iqbal bilang justru isu yang hangat dibahas soal pekerjaan masa depan, hingga upah murah.



"Juga dibahas di negara berkembang tentang kebijakan upah murah dan limitasi jaminan sosial," kata Iqbal yang hadir di acara ITUC AP.

Negara-negara industri, tak kecuali negara berkembang seperti Indonesia, persoalan robotisasi dan digitalisasi sudah benar-benar terjadi dan robotisasi jadi ancaman PHK beberapa tahun ke depan.

Bahkan lembaga riset McKinsey memprediksi tahun 2030 akan ada 23 juta pekerjaan yang hilang di Indonesia karena digantikan otomasi. Hal ini terungkap dalam laporan berjudul 'Otomasi dan masa depan pekerja Indonesia: Pekerjaan yang hilang, muncul dan berubah'.

Associate Partner McKinsey & Company Southeast Asia, Vivek Lath mengatakan pekerjaan yang akan hilang dan digantikan oleh otomasi adalah yang bersifat repetisi atau berulang-ulang.

"Misalnya data entry, payroll officer, production workers, machine operator dan data collection," ujarnya di Jakarta, Rabu (23/9/2019).

President Director PT McKinsey Indonesia, Phillia Wibowo mengatakan ada beberapa skill penting yang harus dipelajari dan diterapkan para pekerja secepatnya, agar tidak digantikan oleh otomatisasi.

"Perdebatan publik mengenai otomatisasi di Indonesia sering kali terfokus pada risiko masa depan pekerjaan. Tetapi menurut penelitian kami, akan lebih banyak pekerjaan baru yang akan diciptakan dibandingkan yang hilang. Hal ini didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumen dan infrastruktur," ujar Phillia Wibowo/


Phillia mengatakan Indonesia harus mulai fokus menyiapkan transisi keterampilan agar tidak tergeser otomatisasi.

"Fokus untuk siapkan keterampilan untuk adopsi teknologi, dan khususnya, Indonesia akan perlu berfokus meningkatkan pendidikan dan pelatihan kejuruan untuk mengajarkan, memberikan, dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja untuk era kerja yang baru," lanjutnya.

Dengan pergeseran yang tidak terhindarkan ke ekonomi digital, keterampilan baru akan dibutuhkan baik oleh pencari kerja yang baru pertama kali mencari kerja, mau pun pekerja yang mengalami perpindahan. Tentu perubahan kebutuhan tenaga kerja ini memberikan implikasi yang jelas untuk pendidikan di Indonesia.
Artikel Selanjutnya

Duh! Disikat oleh Robot, 30% Pekerja RI Terancam PHK


(hoi/hoi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading