
Dilema Pajak: Galak Kurang Bijak, Kalem Jadi Melempem...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 October 2019 08:26

Mengutip dokumen APBN Kita edisi September 2019, sumbangan pajak dari industri manufaktur selama Januari-Agustus adalah Rp 215,58 triliun. Turun 4,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kemudian kontribusi dari sektor perdagangan dan pertambangan masing-masing turun 1,5% dan 16,3%.
Pada era globalisasi, apa yang terjadi di luar tentu mempengaruhi perekonomian domestik. Kebetulan saat ini perekonomian dunia sedang bermasalah karena bangkitnya kebijakan proteksionistis yang merusak rantai pasok global. Ada perang dagang AS Amerika Serikat (AS) vs China, AS vs Uni Eropa, Jepang vs Korea Selatan, dan sebagainya.
Kala para kekuatan ekonomi kelas paus ini saling menutup diri, maka arus perdagangan dan investasi global bakal tertatih-tatih. Indonesia pun merasakan dampaknya. Rantai pasok global yang terganggu menyebabkan ekspor Indonesia terkontraksi alias tumbuh negatif selama 10 bulan beruntun.
Tidak hanya perdagangan, arus investasi pun seret. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat pertumbuhan investasi asing di sektor riil alias Foreign Direct Investment/FDI sempat negatif selama empat kuartal berturut-turut sebelum bangkit pada kuartal II-2019. Itu pun belum bisa tumbuh dua digit seperti sebelumya.
Oleh karena itu, tekanan yang dialami dunia usaha sangat nyata. Kalau pemerintah lebih galak dengan terus mengejar setoran pajak, maka bisa-bisa pengusaha menjadi tidak nyaman dan memutuskan hengkang dari Indonesia. Amit-amit, tetapi apabila ini sampai kejadian maka semua pihak akan dirugikan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pada era globalisasi, apa yang terjadi di luar tentu mempengaruhi perekonomian domestik. Kebetulan saat ini perekonomian dunia sedang bermasalah karena bangkitnya kebijakan proteksionistis yang merusak rantai pasok global. Ada perang dagang AS Amerika Serikat (AS) vs China, AS vs Uni Eropa, Jepang vs Korea Selatan, dan sebagainya.
Kala para kekuatan ekonomi kelas paus ini saling menutup diri, maka arus perdagangan dan investasi global bakal tertatih-tatih. Indonesia pun merasakan dampaknya. Rantai pasok global yang terganggu menyebabkan ekspor Indonesia terkontraksi alias tumbuh negatif selama 10 bulan beruntun.
Tidak hanya perdagangan, arus investasi pun seret. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat pertumbuhan investasi asing di sektor riil alias Foreign Direct Investment/FDI sempat negatif selama empat kuartal berturut-turut sebelum bangkit pada kuartal II-2019. Itu pun belum bisa tumbuh dua digit seperti sebelumya.
Oleh karena itu, tekanan yang dialami dunia usaha sangat nyata. Kalau pemerintah lebih galak dengan terus mengejar setoran pajak, maka bisa-bisa pengusaha menjadi tidak nyaman dan memutuskan hengkang dari Indonesia. Amit-amit, tetapi apabila ini sampai kejadian maka semua pihak akan dirugikan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Next Page
Apa Iya Mau Utang Lagi?
Pages
Most Popular