
Ini Lho Bahayanya, Pengangguran Turun Tapi Driver Ojol Ramai

Guna mengantisipasi dampak negatif dari merajarelanya driver Ojol ini, pemerintah harus fokus mengembangkan sektor riil alias sektor tradable. Selain karena banyak menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi tingkat pendidikan yang rendah, sektor ini termasuk ke sektor formal yang akan memberikan dana segar ke pemerintah guna menggenjot pembangunan (melalui pembayaran PPh dari para pekerjanya).
Perlu diketahui bahwa perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor tradable dan sektor non-tradable. Sektor tradable berisikan industri-industri yang output-nya diperdagangkan secara internasional serta melibatkan proses produksi yang konvensional. Agrikultur, pertambangan, dan manufaktur termasuk ke dalam sektor ini. Pada umumnya, sektor tradable memerlukan banyak tenaga kerja berpendidikan rendah, buruh pabrik misalnya.
Sementara itu, sektor non-tradable pada umumnya terdiri dari sektor-sektor jasa seperti jasa telekomunikasi, transportasi, dan keuangan. Sektor ini memerlukan lebih sedikit tenaga kerja, namun dengan kualifikasi tingkat pendidikan yang lebih tinggi, biasanya dimulai dari jenjang S1 ke atas atau setidaknya diploma.
Terhitung sejak Jokowi mengambil alih posisi RI-1 dari tangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2014 silam, perekonomian Indonesia sudah dikuasai oleh sektor non-tradable. Berdasarkan perhitungan Tim Riset CNBC Indonesia, sektor non-tradable menguasai sebesar 54,8% dari perekonomian Indonesia, sementara porsi dari sektor tradable adalah sebesar 45,2%.
Namun, tahun demi tahun terlewati, sektor non-tradable kian menguasai perekonomian tanah air. Pada tahun 2018, sektor non-tradable menguasai sebesar 57% dari perekonomian Indonesia, sementara porsi dari sektor tradable adalah sebesar 43%. Per akhir semester I-2019, porsi dari sektor non-tradable terhadap perekonomian Indonesia kembali naik menjadi 57,2%, sementara porsi dari sektor tradable menciut menjadi 42,8%.
Kenaikan porsi sektor non-tradable tidak lain didorong oleh pesatnya pertumbuhan di sektor tersebut, mengalahkan sektor tradable.
Lemahnya pertumbuhan sektor tradable membuat penciptaan lapangan kerja di sektor ini menjadi lambat. Dalam periode Maret 2016 hingga Februari 2019, sektor tradable menciptakan sebanyak 2,13 juta lapangan kerja, sementara sektor non-tradable menciptakan jauh lebih banyak lapangan kerja, yakni 6,58 juta. Penciptaan lapangan kerja oleh sektor non-tradable mencapai tiga kali lipat lebih dari penciptaan lapangan kerja sektor tradable.
Padahal, lapangan kerja di sektor tradable adalah yang relatif mudah diakses oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas berpendidikan rendah.
Kalau diamati lebih jauh, kondisi penciptaan lapangan kerja oleh sektor tradable benar-benar mengenaskan. Dalam periode Maret 2016 hingga Februari 2019, total lapangan kerja yang disediakan oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (yang merupakan bagian dari sektor tradable) justru berkurang hingga 180.000. Sementara itu, tambahan lapangan kerja dari sektor pertambangan hanya mencapai 50.000. Untuk sektor manufaktur, tambahan lapangan kerjanya adalah 2,26 juta.
Untuk diketahui, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang paling diandalkan Indonesia untuk urusan penyediaan lapangan kerja. Per Februari 2019, sektor ini berkontribusi sebesar 29,46% dari total penyediaan lapangan kerja di tanah air. Di posisi tiga, ada sektor manufaktur dengan sumbangsih 14,09%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
