Internasional

Sengsara Karena Demo, Hong Kong Seminggu Rugi Rp 5 T

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
09 October 2019 12:06
Ekonomi Hong Kong rugi Rp 5 T dalam sepekan
Foto: Bentrok Polisi dengan Pendemo pada Aksi Protes Anti-Pemerintah di Hong Kong, Minggu, 6 Oktober 2019 (REUTERS/Athit Perawongmetha)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menurut analis lokal dan para pemimpin bisnis, ekonomi Hong Kong kehilangan setidaknya HK$ 2,8 miliar (US$ 356 juta/Rp 5 triliun) selama tujuh hari terakhir. Pariwisata di kota itu jeblok dan jaringan kereta api kota dilumpuhkan oleh pengunjuk rasa anti-pemerintah.

Para ahli yang berbicara dengan South China Morning Post (SCMP) mengatakan, kerusakan pada sektor bisnis tertentu seperti ritel, makan, transportasi dan hotel, bahkan bisa melebihi HK$ 1,9 miliar selama liburan tiga hari di akhir pekan.


Sebelumnya, Kepala Eksekutif Carrie Lam mengeluarkan larangan memakai topeng di saat berdemo dengan menerapkan hukum darurat. Aturan hukum darurat ini pernah berlaku di era kolonial Inggris dan sudah tidak digunakan dalam lebih dari setengah abad.

Para pengunjuk rasa semakin beringas karena aturan ini. Mereka mengecam keras dan menentang larangan ini dan membuat kekacauan di seluruh Hong Kong pada akhir pekan kemarin.

Vandalisme yang meluas di stasiun MTR menyebabkan sistem kereta api kota itu benar-benar ditutup untuk pertama kalinya dalam 40 tahun. Sebagian besar mal, supermarket, bahkan toko serba ada juga tutup untuk hari itu.

Anggota parlemen pariwisata Yiu Si-wing mengatakan bahwa angka kedatangan turis dari 1 Oktober hingga 6 Oktober, saat libur nasional digelar, turun 53,6% dari tahun lalu menjadi 730.000.

Yiu mengatakan, pengunjung ke Hong Kong rata-rata menghabiskan HK$ 4.000 selama mereka di kota. Berdasarkan rata-rata itu, ia menghitung bahwa jumlah pengunjung yang menurun berarti kehilangan setidaknya HK$ 2,8 miliar sejak 1 Oktober.

Penurunan jumlah pengunjung itu lebih dari perkiraan awal sekitar 40%. Yiu mengatakan, tingkat hunian hotel Hong Kong telah turun menjadi sekitar 50% dari lebih dari 95% selama periode yang sama tahun lalu.


"Prospek pasar redup karena masih belum ada tanda-tanda pelonggaran protes. Sejauh ini, tidak ada yang bisa memberi tahu kami kapan kerusuhan sosial ini akan mereda," katanya.

Ekonom Andy Kwan dari Pusat Penelitian Bisnis dan Ekonomi ACE, memperkirakan bahwa sektor ritel mengalami kerugian dalam penjualan sekitar HK$ 1 miliar (atau sekitar 25%) selama tiga hari terakhir. Dia mengatakan perkiraannya didasarkan pada HK$ 40 miliar dalam penjualan ritel yang dicatat Oktober lalu.

Kwan mengatakan penggunaan undang-undang darurat pemerintah, bukan protes destruktif. Ini malah menimbulkan lebih banyak kerusakan pada ekonomi Hong Kong.

"Dampak dari protes terhadap ekonomi hanya jangka pendek," katanya. "Bagaimanapun, saya pikir tidak semua orang adalah pengunjuk rasa yang sebenarnya. Beberapa menyamar sebagai pengunjuk rasa,".

Sementara itu Francis Lun pejabat perusahaan pialang Hong Kong memperkirakan MTR Corp menderita kerugian HK$ 500 juta selama akhir pekan, dengan memperhitungkan HK$ 300 juta dari fasilitas yang rusak, dan HK $200 juta dari hilangnya pendapatan.

Lun mengatakan perusahaan kereta milik pemerintah itu akan menghadapi lebih banyak masalah dari pengunjuk rasa karena banyak yang menuduh MRT berpihak pada polisi.

"Fasilitas stasiun MTR telah berulang kali rusak dan perbaikan tidak dapat mengimbangi kerusakan," katanya. "Saya pikir, pada akhirnya, MTR mungkin mengalami defisit tahun ini,".

[Gambas:Video CNBC]


(sef/sef) Next Article Senjata Baru Hong Kong Keluar Resesi, Guyur Dana Rp 218 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular