
Internasional
Diserang Tsunami Demo, Hong Kong Terbitkan Aturan Darurat
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
04 October 2019 12:37

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah Hong Kong mendiskusikan terbitnya aturan darurat khusus, pada Jumat (4/10/2019). Aturan ini bakal melarang penggunaan masker wajah pada pengunjuk rasa.
Langkah ini dilakukan seiring semakin meningkatnya kekerasan pada demonstrasi yang dilakukan. Pendemo yang marah memblokade jalan, merusak toko dan stasiun metro serta melempari petugas dengan molotov.
Keinginan pemerintah ini menimbulkan kemarahan massa pro demokrasi Hong Kong yang mendalangi unjuk rasa. Rencananya hari ini, pengunjuk rasa akan kembali berdemo untuk menentang aturan penanganan darurat dan penggunaan senjata api saat aparat menangani pendemo.
Pengunjuk rasa memperkirakan aturan ini akan membuat Pemerintah Hong Kong semakin merajalela. Termasuk membatasi peliputan dan melakukan sensor pada media.
Sebelumnya dalam dokumen yang ditemukan Reuters, pemerintah telah melonggarkan aturan penanganan demonstrasi. Polisi diizinkan menggunakan senjata mematikan.
Unjuk rasa sudah terjadi 4 bulan di Hong Kong. Selasa (1/10/2019) lalu, polisi Hong Kong menembak seorang pengunjuk rasa yang ternyata masih remaja berusia 18 tahun.
Menurut polisi, penembakan terpaksa dilakukan karena pengunjuk rasa lebih dulu menyerang salah seorang polisi. "Penembakan itu dilakukan sebagai upaya melindungi diri karena hidupnya dalam bahaya," tulis Reuters mengutip keterangan polisi.
Unjuk rasa yang terus terjadi membuat salah satu pusat keuangan global itu didera krisis. Sebuah survei bisnis menunjukkan, aktivitas sektor swasta Hong Kong pada Agustus anjlok akibat demonstrasi yang terus terjadi.
Bahkan, penurunan terjadi sangat signifikan di Agustus ini, melemah selama 10 tahun terakhir. Sebagaimana dipublikasikan IHS Markit, indeks manager pembelian (Purchasing Manager's Index/ PMI) Hong Kong merosot 40,8 pada Agustus, dari sebelumnya 43,8 pada Juli.
Angka itu menandakan penurunan paling tajam di sektor swasta sejak Februari 2009.
"Data PMI terbaru mengungkapkan, bahwa ekonomi Hong Kong pada kuartal ketiga bermain-main dengan resesi," kata Bernard Aw, Ekonom Utama di IHS Markit, seperti dilansir dari CNBC Internasional.
Hong Kong berada di ambang resesi pertamanya selama satu dekade. Faktornya karena ekonomi menyusut sebesar 0,4% pada April-Juni. Protes yang semakin meningkat mengurangi wisatawan dan memukul penjualan ritel di salah satu tujuan belanja paling populer di dunia.
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
Langkah ini dilakukan seiring semakin meningkatnya kekerasan pada demonstrasi yang dilakukan. Pendemo yang marah memblokade jalan, merusak toko dan stasiun metro serta melempari petugas dengan molotov.
Keinginan pemerintah ini menimbulkan kemarahan massa pro demokrasi Hong Kong yang mendalangi unjuk rasa. Rencananya hari ini, pengunjuk rasa akan kembali berdemo untuk menentang aturan penanganan darurat dan penggunaan senjata api saat aparat menangani pendemo.
Pengunjuk rasa memperkirakan aturan ini akan membuat Pemerintah Hong Kong semakin merajalela. Termasuk membatasi peliputan dan melakukan sensor pada media.
Sebelumnya dalam dokumen yang ditemukan Reuters, pemerintah telah melonggarkan aturan penanganan demonstrasi. Polisi diizinkan menggunakan senjata mematikan.
Unjuk rasa sudah terjadi 4 bulan di Hong Kong. Selasa (1/10/2019) lalu, polisi Hong Kong menembak seorang pengunjuk rasa yang ternyata masih remaja berusia 18 tahun.
Menurut polisi, penembakan terpaksa dilakukan karena pengunjuk rasa lebih dulu menyerang salah seorang polisi. "Penembakan itu dilakukan sebagai upaya melindungi diri karena hidupnya dalam bahaya," tulis Reuters mengutip keterangan polisi.
Unjuk rasa yang terus terjadi membuat salah satu pusat keuangan global itu didera krisis. Sebuah survei bisnis menunjukkan, aktivitas sektor swasta Hong Kong pada Agustus anjlok akibat demonstrasi yang terus terjadi.
Bahkan, penurunan terjadi sangat signifikan di Agustus ini, melemah selama 10 tahun terakhir. Sebagaimana dipublikasikan IHS Markit, indeks manager pembelian (Purchasing Manager's Index/ PMI) Hong Kong merosot 40,8 pada Agustus, dari sebelumnya 43,8 pada Juli.
Angka itu menandakan penurunan paling tajam di sektor swasta sejak Februari 2009.
"Data PMI terbaru mengungkapkan, bahwa ekonomi Hong Kong pada kuartal ketiga bermain-main dengan resesi," kata Bernard Aw, Ekonom Utama di IHS Markit, seperti dilansir dari CNBC Internasional.
Hong Kong berada di ambang resesi pertamanya selama satu dekade. Faktornya karena ekonomi menyusut sebesar 0,4% pada April-Juni. Protes yang semakin meningkat mengurangi wisatawan dan memukul penjualan ritel di salah satu tujuan belanja paling populer di dunia.
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
Most Popular