
Duh! 5 Tahun Jokowi, Bangun Kilang Berakhir Sebatas Janji
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
04 October 2019 12:27

Jakarta, CNBC Indonesia- Usai sudah masa bakti Presiden Joko Widodo di 5 tahun pertama kepemimpinannya. Janjinya untuk mengebut pembangunan kilang masih sekadar janji, belum ada yang teralisasi.
Pembangunan kilang sebenarnya masuk dalam proyek infrastruktur prioritas, baik membangun kilang baru (Grassroot) maupun pengembangan kapasitas kilang yang sudah ada (RDMP).
Setidaknya ada 6 proyek kilang yang dijanjikan untuk dikebut, yakni; Kilang Dumai, Kilang Balikpapan, Kilang Cilacap, dan kilang Balongan yang untuk ditingkatkan kapasitasnya. Ditambah dua kilang baru yakni kilang Bontang dan kilang Tuban.
Ada saja hambatan untuk merealisasikan pembangunan kilang tersebut.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menjelaskan untuk kilang Cilacap perundingannya diperpanjang oleh Saudi Aramco, sebagai calon investor, sampai 31 Oktober ini.
"Perpanjangan karena evaluasi masih berjalan, kita lihat setelah evaluasi, penyiapan data dan lainnya untuk hitung angka keekonomiannya," ujar Arcandra di kantor Kementerian ESDM, Kamis (03/10/2019).
Kemudian untuk kilang Balikpapan, ia mengatakan proses seleksi mitra masih berjalan dan sudah ada beberapa calon. "Tapi masih dibahas, proyek financingnya juga masih proses. Keputusan partnernya secepatnya, percepatan detail early work sedang berlangsung."
Sementara, untuk kilang Tuban memang sempat terganjal masalah lahan dan sampai terbawa ke pengadilan. Namun, hal itu sudah bisa diatasi. Saat ini proyek sedang finalisasi license dan management kontrak. "Design engineering juga sedang berlangsung."
Kilang Bontang, beda lagi. Ini justru masih di tahap pembahasan JV Agreement. "Masih membahas dengan ENI," katanya.
Sebelumnya, Arcandra pernah menjelaskan keberadaan kilang sangat signifikan untuk menekan defisit mengingat konsumsi BBM lebih tinggi ketimbang produksi. "Konsumsi kita 1,4 juta barel sehari. Kilang hanya mampu mengolah maksimal 800 ribu sehari, sisanya harus diimpor baik impor bbm maupun minyak mentah," kata dia di Cilacap, beberapa waktu lalu.
Jika dihitung secara kasar saja, harga minyak dunia di level US$ 65 per barel dikali dengan 600 ribu maka sehari dibutuhkan hingga US$ 40 juta untuk impor.
"Setahun itu bisa US$ 14 miliar. Merujuk ke 2017-2018, setiap US$ 1 yang kita impor jika dibikin kilang maka ada penghematan 5 sen dari US$ 1 tersebut. Jadi setiap terlambat bangun kilang, ada opportunity lost senilai US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun. Makanya kita dorong proyek RDMP."
(gus/gus) Next Article Jokowi: Sudah Ketemu Siapa yang Senang Impor (Minyak)!
Pembangunan kilang sebenarnya masuk dalam proyek infrastruktur prioritas, baik membangun kilang baru (Grassroot) maupun pengembangan kapasitas kilang yang sudah ada (RDMP).
Ada saja hambatan untuk merealisasikan pembangunan kilang tersebut.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menjelaskan untuk kilang Cilacap perundingannya diperpanjang oleh Saudi Aramco, sebagai calon investor, sampai 31 Oktober ini.
"Perpanjangan karena evaluasi masih berjalan, kita lihat setelah evaluasi, penyiapan data dan lainnya untuk hitung angka keekonomiannya," ujar Arcandra di kantor Kementerian ESDM, Kamis (03/10/2019).
Kemudian untuk kilang Balikpapan, ia mengatakan proses seleksi mitra masih berjalan dan sudah ada beberapa calon. "Tapi masih dibahas, proyek financingnya juga masih proses. Keputusan partnernya secepatnya, percepatan detail early work sedang berlangsung."
Sementara, untuk kilang Tuban memang sempat terganjal masalah lahan dan sampai terbawa ke pengadilan. Namun, hal itu sudah bisa diatasi. Saat ini proyek sedang finalisasi license dan management kontrak. "Design engineering juga sedang berlangsung."
Kilang Bontang, beda lagi. Ini justru masih di tahap pembahasan JV Agreement. "Masih membahas dengan ENI," katanya.
Sebelumnya, Arcandra pernah menjelaskan keberadaan kilang sangat signifikan untuk menekan defisit mengingat konsumsi BBM lebih tinggi ketimbang produksi. "Konsumsi kita 1,4 juta barel sehari. Kilang hanya mampu mengolah maksimal 800 ribu sehari, sisanya harus diimpor baik impor bbm maupun minyak mentah," kata dia di Cilacap, beberapa waktu lalu.
Jika dihitung secara kasar saja, harga minyak dunia di level US$ 65 per barel dikali dengan 600 ribu maka sehari dibutuhkan hingga US$ 40 juta untuk impor.
"Setahun itu bisa US$ 14 miliar. Merujuk ke 2017-2018, setiap US$ 1 yang kita impor jika dibikin kilang maka ada penghematan 5 sen dari US$ 1 tersebut. Jadi setiap terlambat bangun kilang, ada opportunity lost senilai US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun. Makanya kita dorong proyek RDMP."
![]() |
(gus/gus) Next Article Jokowi: Sudah Ketemu Siapa yang Senang Impor (Minyak)!
Most Popular