Menimbang Divestasi Vale, Untung atau Rugi Buat RI?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 October 2019 18:21
Untung Rugi Divestasi Vale
Foto: CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty

PT Vale Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi lebih dari 70.000 ton nikel dalam setahun. Selain itu ke depan perusahaan bersama partnernya Sumitomo Metal Mining Co Ltd berencana mengembangkan proyek baterai nikel senilai US$ 5 miliar. Selain PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) juga memiliki smelter nikel.

Dengan sumber daya yang dimiliki oleh PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) tentunya Pemerintah harus mempertimbangkan secara matang siapa yang akan membeli aset divestasi tersebut dan bagaimana mengintegrasikannya agar simbiosis mutualisme untuk kedua entitas akan terjalin dan sinergi dapat terwujud.

Ditinjau dari segi ekonomi, pelarangan ekspor bijih nikel yang dimajukan ini berdampak pada peningkatan harga nikel. Harga nikel dunia naik 69% sejak awal tahun. Harga nikel kembali melonjak drastis ketika Kementerian ESDM mengumumkan percepatan pelarangan ekspor bijih nikel mulai Januari 2020. Harga melonjak tajam karena ada sentimen berkurangnya pasokan bijih nikel sebagai akibat pelarangan ekspor Indonesia sebagai negara eksportir bijih nikel terbesar di dunia.

Ke depannya dengan berbagai proyek smelter yang mulai rampung dan beroperasi, Indonesia dapat mengekspor produk nikel yang memiliki nilai tambah bagi perekonomian.

Kewajiban divestasi ini adalah salah satu bentuk sikap nasionalisme terhadap sumber daya alam yang Indonesia miliki. Namun adanya tidakpastian kebijakan pemerintah membuat sektor pertambangan Indonesia menjadi kurang kompetitif.

Studi yang dilakukan oleh Fitch, menyebutkan bahwa daya saing pertambangan Indonesia rendah karena regulasi yang tidak pasti. Contoh kasus ketidakpastian regulasi ini adalah ketika pemerintah melakukan negosiasi dengan Freeport McMoran.

Sebelumnya pemerintah hanya meminta divestasi 30% saham perusahaan tambang emas tersebut. Namun akhirnya Freeport harus melepas mayoritas sahamnya (51,2%) ke holding pertambangan Indonesia Inalum.

Sehingga walau berpotensi untuk memberikan nilai tambah terhadap perekonomian Indonesia, proses divestasi saham Vale ini juga masih menyimpan sejumlah tanya buat para investor. Sampai saat ini, permasalahan kepastian hukum masih menjadi fokus utama di sektor pertambangan RI di mata investor. Sehingga, yang diharapkan adalah jawaban cepat dari pemerintah terkait divestasi, besaran pastinya, dan langkah ke depannya. 


(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular