
Internasional
Demo Hong Kong Semakin Ganas, Api Warnai Pemandangan Kota
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
30 September 2019 06:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang tsunami demonstrasi massa pro demokrasi masih terus mewarnai Hong Kong, Minggu (29/9/2019). Bahkan kebakaran terlihat di jalan-jalan utama akibat "perang" yang terjadi antara pendemo dan polisi.
Sebagaimana dikutip dari CNBC International, kekerasan antara polisi dan pendemo terlihat di Distrik Causeway Bay, Wan Chai dan Admiralty. Massa pro demokrasi melempar bom molotov yang langsung dibalas petugas dengan gas air mata dan water cannon.
Api yang berkobar bahkan terlihat di sudut-sudut jalan. Termasuk di halaman kantor pemerintahan yang memang menjadi sasaran pelemparan bom molotov.
"Ketika polisi datang kami harus bergerak cepat dan kami pun harus membawa ini (batu) selama lari (dari kejaran petugas)," kata Hoa, 25 tahun, salah satu pendemo pro demokrasi.
Menurut perwakilan pemerintah, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam tidak berada di Hong Kong karena menghadiri perayaan ulang tahun China ke-70. Negara ini akan merayakan hari kemerdekaan 1 Oktober nanti.
"Selama 3 bulan (demo berjalan), Carrie Lam tidak begitu peduli pada pendemo. Dia hanya peduli pada Partai Komunis China (CCP)," kata Arthur salah seorang pendemo berusia 40 tahun.
"Hong Kong saat ini berada di antara demokrasi ala Barat dan kediktatoran China ... Hong Kong makin terlihat sebagai daerah polisi."
Demo massa pro demokrasi terus terjadi sejak Juni. Demontrasi dipicu RUU Ekstradisi, yang sudah dibatalkan pemerintah. Demontrasi besar diperkirakan bakal terjadi Selasa, tepat saat ulang tahun China.
"Ini waktunya bagi Raja Xi (Presiden China Xi Jinping) untuk waspada pada serangan kami sekarang. Kami berdiri dengan solidaritas, kami berdiri sebagai satu kesatuan," ujar aktivis massa pro demokrasi Hong Kong, Joshua Wong.
Wong adalah pemimpin pergerakan demokratisasi di China. Wong yang baru berumur 22 tahun, beberapa pekan lalu datang ke Jerman dan Amerika Serikat (AS) guna meminta dukungan "membebaskan" Hong Kong dari China.
Meski massa pro demokrasi terus melancarkan aksi demo, di sudut kota Hong Kong lainnya, massa pro pemerintah China juga terlihat berdemo. Sekitar 200 orang berkumpul di Victoria Peak dan menyanyikan lagu kebangsaan China.
"Jika pemerintah mengambil jalur kekerasan, saya tidak akan mempersoalkan," kata Angela, 40 tahun.
"Kita sudah cukup mentoleransi. Aku menjadi sangat emosional dengan kekacauan ini. Karena rasanya sangat sulit untuk sekedar ke luar."
BERLANJUT KE HAL 2 >>>
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong melaporkan seorang jurnalis berkebangsaan Indonesia bernama Veby Mega Indah terkena tembakan peluru karet di dekat mata. Ia sedang meliput aksi demonstrasi di daerah Wan Chai, Hong Kong, Minggu (29/9/2019).
"Jadi demonya agak sedikit ya kurang kondusif. Ketika polisi menembakkan peringatan, dia kan lagi meliput itu, tiba-tiba pelurunya nyasar ke dia," ujar Konjen RI di Hong Kong Ricky Suhendar saat dihubungi, Minggu (29/9/2019), seperti dikutip CNBC Indonesia.
Veby disebut bekerja di media berbahasa Indonesia yang berada di Hong Kong. Atas peristiwa itu, Ricky mengaku sudah melapor ke Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi. Menlu pun telah menugaskan tim KJRI Hong Kong untuk segera memberikan bantuan kepada Veby.
"Saat ini kondisi Veby dalam keadaan sadar dan masih dalam perawatan dokter. KJRI Hong Kong akan terus memberikan pendampingan dan bantuan kepada yang bersangkutan selama perawatan di rumah sakit," imbuhnya.
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
Sebagaimana dikutip dari CNBC International, kekerasan antara polisi dan pendemo terlihat di Distrik Causeway Bay, Wan Chai dan Admiralty. Massa pro demokrasi melempar bom molotov yang langsung dibalas petugas dengan gas air mata dan water cannon.
Api yang berkobar bahkan terlihat di sudut-sudut jalan. Termasuk di halaman kantor pemerintahan yang memang menjadi sasaran pelemparan bom molotov.
"Ketika polisi datang kami harus bergerak cepat dan kami pun harus membawa ini (batu) selama lari (dari kejaran petugas)," kata Hoa, 25 tahun, salah satu pendemo pro demokrasi.
Menurut perwakilan pemerintah, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam tidak berada di Hong Kong karena menghadiri perayaan ulang tahun China ke-70. Negara ini akan merayakan hari kemerdekaan 1 Oktober nanti.
"Selama 3 bulan (demo berjalan), Carrie Lam tidak begitu peduli pada pendemo. Dia hanya peduli pada Partai Komunis China (CCP)," kata Arthur salah seorang pendemo berusia 40 tahun.
"Hong Kong saat ini berada di antara demokrasi ala Barat dan kediktatoran China ... Hong Kong makin terlihat sebagai daerah polisi."
Demo massa pro demokrasi terus terjadi sejak Juni. Demontrasi dipicu RUU Ekstradisi, yang sudah dibatalkan pemerintah. Demontrasi besar diperkirakan bakal terjadi Selasa, tepat saat ulang tahun China.
"Ini waktunya bagi Raja Xi (Presiden China Xi Jinping) untuk waspada pada serangan kami sekarang. Kami berdiri dengan solidaritas, kami berdiri sebagai satu kesatuan," ujar aktivis massa pro demokrasi Hong Kong, Joshua Wong.
Wong adalah pemimpin pergerakan demokratisasi di China. Wong yang baru berumur 22 tahun, beberapa pekan lalu datang ke Jerman dan Amerika Serikat (AS) guna meminta dukungan "membebaskan" Hong Kong dari China.
Meski massa pro demokrasi terus melancarkan aksi demo, di sudut kota Hong Kong lainnya, massa pro pemerintah China juga terlihat berdemo. Sekitar 200 orang berkumpul di Victoria Peak dan menyanyikan lagu kebangsaan China.
"Jika pemerintah mengambil jalur kekerasan, saya tidak akan mempersoalkan," kata Angela, 40 tahun.
"Kita sudah cukup mentoleransi. Aku menjadi sangat emosional dengan kekacauan ini. Karena rasanya sangat sulit untuk sekedar ke luar."
BERLANJUT KE HAL 2 >>>
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong melaporkan seorang jurnalis berkebangsaan Indonesia bernama Veby Mega Indah terkena tembakan peluru karet di dekat mata. Ia sedang meliput aksi demonstrasi di daerah Wan Chai, Hong Kong, Minggu (29/9/2019).
"Jadi demonya agak sedikit ya kurang kondusif. Ketika polisi menembakkan peringatan, dia kan lagi meliput itu, tiba-tiba pelurunya nyasar ke dia," ujar Konjen RI di Hong Kong Ricky Suhendar saat dihubungi, Minggu (29/9/2019), seperti dikutip CNBC Indonesia.
Veby disebut bekerja di media berbahasa Indonesia yang berada di Hong Kong. Atas peristiwa itu, Ricky mengaku sudah melapor ke Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi. Menlu pun telah menugaskan tim KJRI Hong Kong untuk segera memberikan bantuan kepada Veby.
"Saat ini kondisi Veby dalam keadaan sadar dan masih dalam perawatan dokter. KJRI Hong Kong akan terus memberikan pendampingan dan bantuan kepada yang bersangkutan selama perawatan di rumah sakit," imbuhnya.
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
Most Popular